9

541 47 1
                                    

"Negara,negara apa yang paling nyesek."

"Gatau."

"Kenya."

"Kok?"

"Kenyataane mung dianggep konco. Haha,sakno lur."(Kenyataannya cuma dianggap teman. Haha,kasian)

Edwin tertawa terbahak-bahak karena tidak ada yang bisa menjawab tebakannya yang receh. Semua ikut tertawa tak terkecuali Cassia.

Disinilah mereka,di kantin sekolah memesan indomie soto dengan telur dan taburan cabe rawit. Ada ketiga kakak ganteng, Cassia, Jeje,dan dua makhluk laknat teman Eqi,siapa lagi kalau bukan Edwin dan Dimas.

Karena ini adalah traktiran, mereka bebas mengambil apapun,bahkan kalau bisa kantinnya mereka beli.

"Gue dong. Kuli,kuli apa yang menanggung beban hidup terlalu banyak?"

Tidak ada yang menjawab karena mereka sibuk berpikir.

"Gue tau. Kuliah bertahun-tahun tak kunjung wisuda."

"Bukan goblok. Jawabannya salah. Jawabannya kulihat dikau duduk di pelaminan dengan laki-laki lain."

Suara tawa itu setidaknya memancing Gi yang semula hendak membeli keripik usus langsung menghampiri Cassia dan gerombolannya. Tampak disana ada sosok yang ia temui kemarin.

"Mas kayu jati?!"

Ecto menoleh dan mendapati Gi dengan Indomie goreng dan keripik usus tiga bungkus di tangannya berdiri di belakangnya.

"Heh,cewek aneh."

Gi menatap mereka satu persatu. Ia sendiri tidak tahu dengan berita jika wali Cassia yang menghadiri penyuluhan adalah dua orang ganteng itu. Maklum,siswi teladan datang terlambat dan harus mengepel dua koridor kelas 11 dan kelas 12. Tapi tenang, Gi orangnya bodo amat,ia tidak malu atau sungkan. Malah hal ini membuatnya senang,dengan begitu ia tak perlu mengikuti pelajaran matematika yang membuat rambutnya rontok dan kepalanya botak.

"Wait,Gi. Lo...kenal...dan kalian...kenal...maksud gue, kalian saling kenal."tanya Eqi masih bingung bagaimana Gi bisa mengenal kedua kakaknya.

Eri langsung tunjuk tangan sambil menatap Gi tajam.

"Dia pacarnya Ecto,cewek yang diajak bolos dan dia yang kemarin mau ngajakin gelut.

"Sejak kapan gue pacaran sama cewek aneh ini?"

Ecto tidak terima karena kenyataannya mereka baru ketemu kemarin, itupun tidak disengaja.

"Lah lo kan kemarin ngajakin dia bolos,tolol."

"SEKALI LAGI,GUE NGGAK NGAJAK DIA BOLOS. KENAL AJA BARU KEMARIN."

Ecto menjelaskannya, dibantu Gi sedikit. Hal itu membuat Eri tertawa keras mendengar cerita adiknya. Se-ceroboh itu Ecto sampai lupa tidak membawa dompet dan ponsel. Kalau saja papi tahu,pasti dia akan menjadi bahan bullyan seantero jagat raya.

Ecto sendiri langsung memasang wajah masam. Gi duduk di sampingnya tanpa permisi. Well,cewek itu benar-benar bar-bar. Tapi tak apa,toh dia tidak mau Ecto membayar hutang-hutangnya kemarin. Kata Gi, Ecto menemaninya sudah cukup. Tentu saja perkataan Gi mendapat sambutan baik dari yang lain sementara Ecto hanya bergidik ngeri.

"Tau opo ora?Lanangan seng disenengi Cassia lagi makan bakso di seberang."(Tau nggak?Cowok yang disukai Cassia lagi maakn bakso diseberang)

Jeje melirik ke arah Jason yang duduk empat meja darinya. Dia makan bakso sendirian dengan telinga tersumpal earphone. Mata ketiga saudara itu menatap tajam kearah Jason,terlebih Eri dan Ecto yang baru tahu seperti apa cowok yang berhasil merebut hati Cassia.

My Possessive BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang