11

479 45 0
                                    

"Halo, Jeje?Cassia sama lo nggak?"

"..."

"Hah?Jadi lo tadi pulang duluan?Oh yaudah,thanks."

Eqi menghela nafas panjang. Satu-satunya yang harusnya tahu dimana Cassia adalah Jeje san cewek itu bilang dia tidak tahu dimana Cassia. Eqi merasa sangat bersalah. Harusnya tadi ia mengajak Cassia ke bimbel atau kalau perlu ia tidak usah bimbel.

"Gimana?Jeje tau?"tanya Eri masih berusaha fokus pada jalanan.

Tadi mereka langsung meluncur ke TKP,namun Cassia tidak disana. Lagipula siapa yang masih di sekolah saat malam hari sendirian, terlebih Cassia juga penakut.

Eqi menggeleng lemas. Dua kakaknya pun demikian. Saling menyalahkan dirinya sendiri dalam hati.

"Telpon cewek aneh itu, mungkin dia tahu."

Cewek aneh yang Ecto maksud adalah Gi. Sebenarnya Eqi tidak yakin Gi tahu,tapi Eqi ingat betul kalau Gi akan pulang paling akhir karena harus merapikan semua buku di perpus yang jumlahnya tidak sedikit.

Eqi segera menelpon Gi via WhatsApp dan langsung disambut dengan tidak ramah oleh Gi.

"Mau apa lo?Yang boleh nelpon gue cuma mas kayu jati meskipun lo adeknya,lo nggak boleh kecuali kalau nanya tugas."

"Tck,lo liat adek gue nggak di sekolah tadi?Pas jam pulang sekolah?Lo kan pulang terakhir."

Gi terdiam beberapa detik,mungkin berpikir atau berusaha mengingat sesuatu sampai akhirnya.

"Nah iya,gue liat adek lo nunggu di depan sekolah sendirian. Waktu itu gue mau pulang,gue tawarin dia tebengan,dia nggak mau. Gue paksa juga nggak mau. Emang Cassia kenapa?"

"Dia hilang. Gue...gue sama yang lain tadi nggak jemput dia."

"Walah bangsat,wes tak tulungi golek bocah iku. Dasar mas-mas laknat kalian."(Walah,bangsat,udah aku bantu nyari dia)

Gi langsung menutup teleponnya sementara mata Ecto tak lepas dari Eqi. Sepertinya dua orang itu asyik mengobrol.

Entah kenapa Ecto tidak suka.

"Gimana?Dia tahu?"

"Iya,tadi Gi sempet nawarin tumpangan ke Cassia, tapi dia nggak mau. Selanjutnya,gue nggak tau Cassia dimana. Gi juga mau bantu nyari Cassia."

Malam itu ketiga saudara Cassia benar-benar dibuat frustasi oleh cewek itu.

***
Hening. Agaknya hal itu cocok menggambarkan suasana yang menyelimuti Cassia dan Jason. Mereka sama-sama tidak berbicara satu sama lain setelah adegan heroik Jason yang menyelamatkan Cassia dari sebuah tabrakan. Mereka duduk di depan minimarket,dimana Cassia ingin membeli yogurt strawberry tadi.

Jason yang membelikannya.

"Mas...aku mau pulang."

Cassia sedikit meringis begitu sadar sikunya berdarah setelah terjatuh tadi. Jason meliriknya dalam diam lalu kembali masuk ke dalam minimarket. Dia membeli plester dan juga obat merah. Tanpa banyak bicara, Jason menarik tangan Cassia dengan cepat hingga membuat sang pemilik kesakitan. Jason sedikit terkejut namun masih berhasil menyembunyikan rasa terkejutnya di balik wajah dinginnya.

Ia mengambil air mineral dalam tasnya lalu menyiram siku Cassia sedikit demi sedikit. Langkah selanjutnya Jason mengelap luka Cassia dengan saputangan di saku celananya. Jason meneteskan tiga tetes obat merah di luka itu dan membuat Cassia menjerit.

Cassia memang sering terluka,entah karena terjatuh,tersandung,atau teriris saat memotong bawang merah.

"Ouch...sakit."

My Possessive BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang