8

574 43 0
                                    

"Mas,aku numpang mas Jason aja gimana?"

Sudah hampir satu jam Eqi dan Cassia duduk di halte menunggu kakak-kakaknya yang tak kunjung datang.

Sebenarnya,tadi Edwin dan Dimas menawari mereka tumpangan,tapi Eri bilang akan menjemput sambil makan di luar. Eri mendapat telepon mendadak dari papi jika kedua orangtuanya itu berada di Jogja untuk dua hari kedepan. Tahu lah ya tujuan mami papi ke Jogja bukan kerja,tapi nge-vlog. Memang susah kalau punya orang tua jaman now. Dikit-dikit cekrek. Dikit-dikit hello gaes.

Eqi sendiri dari tadi sibuk chat para saudaranya yang laknat tapi tak ada balasan. Jangan bilang kalau mereka nge-prank Eqi karena Eqi pernah mengambil ultramilk strawberry milik Ecto dan popcorn pedas milik Eri tanpa ijin.

"Ora. Nunggu Eri. Kalo sampe Eri bohong,gue bikin dia jadi rujak cingur."

Cassia benar-benar bosan. Yang ia tahu, Jason belum pulang karena masih mengikuti ekskul musik. Gimana nggak keren coba,cowok kayak Jason megang alat musik.

Duh,emang Jason paling jago bikin anak orang klepek-klepek.

Tidak sampai 10 detik saat Eqi bersabda,muncul mobil Eri dari kejauhan. Rasanya mereka seperti menemukan oase di tengah padang pasir yang tandus. Cassia yang dari tadi dilanda bosan, langsung berdiri di tepi jalanan dan melambaikan tangannya kearah Eri.

"Bangsat,lama banget sih. Gue kira lo bikin konten prank adek sendiri."

Eqi masuk ke mobil sambil uring-uringan. Posisi pun berpindah. Cassia duduk di depan menemani Eri sedangkan dua makhluk berbeda warna itu duduk di belakang.

"Njir,masih jaman main prank?Main lo kurang jauh. Tadi tuh...biar kita bicarakan nanti sama Ecto. Dia penyebab semua masalah ini."

"Kok gue sih?"

"Lo kan tadi bawa cewek bolos sekolah, Malika!"

Cassia dan Eqi menatap Ecto bersamaan. Mereka tidak menyangka jika Ecto akan melakukan perbuatan seperti itu, meskipun mereka tahu Ecto rajanya bolos,tapi Ecto tidak pernah mengajarkan jika membolos itu perbuatan yang baik.

"Sumpah ya,cangkemmu Ri."( Sumpah ya,mulutmu Ri)

Eri tertawa penuh kelicikan. Ia tidak peduli jika Eqi terus mengomel meminta penjelasan dari Ecto.

Demi apapun, Ecto ingin merekatkan mulut Eri dengan lakban.

***
Jason Bramantya, bukanlah sosok yang mudah tersentuh. Benar kata teman-teman sekelasnya yang baru, Jason itu dingin.

Kalau saja ada cosplay Jack Frost,mereka akan memaksa Jason untuk memerankannya.

Jason persis seperti tokoh-tokoh di cerita wattpad yang punya karakter dingin, pendiam, ganteng,tapi pintar.

Namun dibalik semua itu, Jason menyimpan luka yang cukup besar hingga ia harus menutupinya dengan wajah datar tanpa ekspresi.

"Baru pulang?"

Jason tidak mempedulikan pertanyaan ayahnya. Ia hanya berjalan melewati ayahnya sembari mendengus kesal.

Tiga tahun sudah Jason menjalani hidupnya tanpa kehadiran seorang ibu karena ibunya telah meninggal. Jason yang tinggal dengan ayahnya harus pindah karena sang ayah memiliki job di luar Jakarta.

Jason melempar tasnya sembarangan. Tanpa melepas seragam sekolahnya,ia langsung berbaring menatap langit-langit kamarnya. Jason rindu ibunya.

"Kenapa kamu mengacuhkan papa?Papa nggak pernah ngajarin kamu kayak gini."

Jason yang semula berbaring akhirnya berdiri di depan ayahnya dengan wajah kesal. Sudah cukup seharian ini berada di sekolah yang menyebalkan,ini malah ditambah ayahnya yang marah-marah.

My Possessive BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang