Tidak bisa Eri pungkiri jika kejadian beberapa hari lalu berhasil membuat suasana coffee shop berbeda. Bukan karena pengunjung yang sepi, pengunjung masih ramai seperti biasanya. Namun Renita tidak ada lagi disini untuk membuat pastry. Agaknya Eri kesulitan membuat pastry sendiri hingga mengalihkan tugas Ginting yang semula meracik kopi jadi bikin pastry menemaninya.
Bas juga begitu. Ia jadi jarang bicara dan lebih banyak diam. Padahal dibandingkan Leo ataupun Ginting,Bas sangat cerewet dan banyak bicara. Namun setelah kejadian itu,Bas bahkan tidak mengajaknya bicara. Kalaupun bicara, mungkin hanya mengenai pekerjaan.
"Er,sampai kapan kita kayak gini?"
Hari ini Leo kebagian tugas meng-grinder biji kopi sementara Eri menyiapkan beberapa gelas yang akan ia gunakan. Eri sedikit menoleh namun seperti acuh hingga membuat Leo geram.
"Lo mau kehilangan kita karena sikap lo yang acuh gini?"
"Mau lo apa?"
"Ajak Renita balik. Dia penting buat coffee shop ini,Er."
Eri kembali menatapnya tajam,"Sebelum ada dia,kita juga baik-baik aja."
Bas yang mendengar percakapan itu langsung menghampiri Eri dan Leo dengan wajah muram. Entah karena terbawa emosi atau sedang tidak mood,Bas tiba-tiba marah.
"Emang!Lo selalu mikir kita baik-baik aja karena kita nggak pernah protes. Selama ini gue diem meskipun lo juga sering melakukan kesalahan karena gue berpikir lo itu teman. Bahkan lebih dari teman, lo kayak saudara gue sendiri. Tapi cara mikir lo beda!Gue tahu,gue cuma bawahan lo. Sebagai pemilik,lo berkuasa penuh sama kebijakan di tempat ini, nggak peduli lo sendiri yang melanggar atau nggak. Tentang masalah Renita,gue minta maaf. Gue yang bawa dia ke hidup lo. Gue yang ngenalin dia ke lo. Gue yang bertanggungjawab atas semuanya." Bas mengambil nafas pelan-pelan." Jadi gue mutusin buat...gue mundur dari coffee shop ini."
Eri tercekat. Nafasnya serasa berhenti di tenggorokan saat teman baiknya juga kecewa padanya. Eri tidak pernah melihat Bas semarah itu.
Eri ingin mengatakan sesuatu,namun seperti biasa, lidahnya kelu dan mulutnya terlalu kaku untuk mengatakannya hingga ia membiarkan Bas pergi dari coffee shop dengan cepat.
"Eri!Lo sadar nggak apa yang udah lo lakuin?Bas resign dari sini,Er?Lo nggak mau mencegah dia?"
Eri masih berdiri mematung seolah tidak percaya jika Bas akan keluar dengan cara seperti ini.
"Gue kecewa sama lo,Er."
***
"Tumben banget lo disini."Eri tidak menggubris kata-kata cowok itu. Ia malah asyik menyesap minuman yang diharamkan oleh papi,selaku kepala keluarga Dananjaya. Eri itu jarang minum,terlebih setelah kehadiran Renita. Ia bahkan absen jadi DJ di klub yang membesarkan namanya yang konon bisa mempertemukannya dengan Cardi B dan Nicki Minaj.
Siapa juga yang nggak kenal pamor Eri sebagai DJ? Selain kekayaannya ngalahin pendiri Facebook dan Bill Gates,dia terkenal karena lihai memainkan musik jedam-jedum yang menjadi favorit manusia jaman now. Eri bahkan sering berkolaborasi dengan DJ internasional lain ataupun penyanyi dalam dan luar negeri.
Namun karena Renita, Eri jadi jarang ke klub dan resmi hiatus untuk waktu yang tidak dapat ditentukan. Tenang aja, cowok beruang eh--ber-uang mah nggak usah kerja,cuma ongkang-ongkang kaki aja duitnya ngalahin timbunan beras buat bulan puasa. Jadi orang kaya memanglah nikmat.
"Lo ada masalah ya sampe minum banyak banget?Nggak takut sama om Amin?"
"Raka,nama bokap gue Raka!Bukan Amin. "seru Eri setengah teler setelah menghabiskan setengah botol minuman haram yang membuat kepalanya serasa dibawa terbang pake parasut.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possessive Brothers
Подростковая литератураPernah nggak sih kalian mengkhayal pengen punya kakak laki-laki?Banyak yang bilang punya kakak laki-laki itu enak,tapi hal itu nggak berlaku sama Cassia. Dia bukan hanya punya satu kakak laki-laki, tapi tiga dan tiga-tiganya bener-bener bikin Cassia...