17

399 40 1
                                    

Jason dan keheningan.

Setidaknya hal itu sangat melekat pada cowok berambut hitam pekat itu. Ia duduk di kursi sambil menyandarkan punggungnya dengan nyaman. Alunan Swan Lake karya Pyotr Ilyich Tchaikovsky menggema di telinga Jason dengan indah. Jason sangat menyukai musik klasik. Selain pandai memainkan drum, Jason juga ahli bermain piano dan biola. Dulu mama yang mengajari Jason bermain piano. Mama juga suka musik klasik. Saking sukanya,mama memiliki piano sendiri di rumah yang berada di  Jakarta. Jason bahkan sempat les piano dan biola atas permintaan mama,namun sejak mama tiada, Jason seakan melupakan minatnya itu.

Kini dengan mendengarkan musik ini, Jason dibawa kembali ke kenangan bersama mama.

Pagi itu hujan turun dengan deras. Papa sudah berangkat ke bandara karena ada tugas ke Makassar. Jason baru bangun dari tidurnya sementara mama sudah menyiapkan sarapan untuk Jason kecil.

Umur Jason sembilan tahun saat itu dan bersekolah di kelas tiga sekolah dasar.

Jason mendengar rintikan hujan yang sangat deras. Ia jadi malas jika berangkat sekolah dalam suasana hujan. Jason tidak suka baju dan bukunya basah,sekalipun mama mengantarnya menaiki mobil. Ditambah hawa saat hujan sangat cocok untuk Jason tiduran sambil menonton kartun di tv.

"Ma,hujan."

Mama tersenyum lembut. Senyum terlembut yang pernah Jason lihat.

"Oh, kamu mau memohon sama mama supaya kamu membolos kan?Maaf ya gantengnya mama, untuk kali ini rayuan kamu tidak mempan. Mama udah bikinin bento buat kamu ke sekolah."

"Ah mama,sekali aja. Aku pengen liat kartun kesukaanku ma."

"Jason,sini duduk deket mama."

Jason kecil berlari sambil menggigit sandwich matcha yang mama buat tadi. Ia duduk di sofa dengan nyaman. Mungkin karena yang berada disampingnya adalah mama.

"Cita-cita Jason apa?"

"Nggak ada,ma. Jason cuma pengen sama mama."jawab Jason tersenyum dengan gigi putihnya yang rapi. Mama terkekeh geli lalu mengelus kepala anak semata wayangnya itu.

Mungkin ada beberapa hal yang harus Jason kecil pahami.

"Hidup itu harus punya cita-cita,J. Setidaknya tujuan. Jason harus bisa membantu orang lain, bukan hanya mama."

"Tapi ma,mama segalanya buat Jason. Sama mama aja, Jason seneng kok. Jason rela nggak liat kartun asal mama ceritain dongeng tiap hari. Jadi buat apa punya cita-cita?"

Terdengar menyebalkan untuk anak usia 9 tahun. Disaat yang lain bercita-cita ingin menjadi dokter,guru,polisi,atau pemadam kebakaran, keinginan Jason sangat sederhana.

Mungkin tidak sesederhana saat mama pergi untuk selamanya.

Hari dimana mama pergi meninggalkannya, Jason menangis sendirian di kamar rumah sakit dimana mama dirawat. Hari itu papa memiliki pekerjaan yang mengharuskannya terbang ke Milan, Italia.

Jason remaja harus menghadapi kenyataan jika mama pergi menghadap sang ilahi.

"J,kamu masih les piano kan?"

Itu sehari sebelum mama pergi. Jason menyuapi mama dengan bubur hambar khas makanan rumah sakit setelah ia pulang dari sekolah. Ia sudah membolos les beberapa hari demi menjaga sang mama.

"Anu--itu aku udah ijin,jadi..."

"Membolos kan?"tebak mama. Ia tidak marah namun tersenyum tipis.

My Possessive BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang