24

407 38 2
                                    

"Koyo ngene rasane wong nandang kangen
Rino wengi atiku rasane peteng
Tansah kelingan kepingin nyawang
Sedelo wae uwis emoh tenan."

Edwin menyanyi dengan suara khasnya dan membuat teman-temannya mencibir.

"Cuk,wes kon iku lanangan ambyar,malah nyanyi ngunu. Galau ta?"tanya Dimas memukul bahu Edwin dan membuat cowok itu mendengus kesal.(Kamu itu cowok ambyar,malah nyanyi gitu. Galau ya?)

"Yo kan cocok gawe wong sing kaet putus."( Ya kan cocok buat orang yang baru putus)

"MAKSUDMU OPO,CUK?"

"Kon lah. Pasti putus mbek pacarmu seng koyok wong Cino iku,kan?"( Lo lah. Pasti putus sama pacarmu yang kayak orang Cina itu,kan?)

Mereka sekarang berada di coffee shop milik Eri setelah acara selesai. Ada Cassia,Jeje, Renita,Karina,Gi, Edwin, Dimas, Jason, Eri,dan Ecto. Eqi belum hadir karena harus mengurusi tugas sebagai ketua acara pensi. Katanya sih nanti datang sekitar jam tujuh malam.

Nah, kebetulan banget mereka sedang membully Karina karena baru putus dari mas-mas itu. Kabarnya si ganteng dijodohkan dengan perempuan lain. Gimana nggak ambyar hati Karina mengetahui hal itu.

"Yang bener lo,Kar?Tak guyu ae yo?"

Gi mengejek sementara Karina ingin sekali mencakar wajah Edwin kalau saja ia lupa harus jaim di depan banyak cogan.

"Meneng cangkemmu,Gi. Lagian seorang Karina kalau diputusin,pasti langsung dapet lagi kok. Secara,gue cantiknya paripurna."

"Hilih, paling juga menjomblo sampai basi."

"Cocotmu,Win!"

"Iya saya?"

"Tak tapuk ya?"( Aku tampar ya?)

"Monggo."( Silahkan)

"Please deh!Kita disini perayaan buat keberhasilan kita di pensi tadi,bukan main sinetron Indonesia. Lama-lama gue kawinin juga ya kalian." Cassia akhirnya angkat bicara setelah dari tadi menikmati es kopi susu secara gratis.

Ah iya,tenang saja. Makanan dan minuman yang mereka pesan tersedia secara gratis kok.

Gratis pemandangan cakep kayak Bas dan Leo juga,hihihi.

"Btw,udah berapa lama mas Eri buka coffee shop ini?Kok gue nggak tau?"

"Nggak lama sih,masih barusan."jawab Eri kini menyajikan berbagai macam pastry yang tadi ia buat bersama Renita.

"Boleh dong kita mampir kalau lagi gabut. Gratis gitu,hehe." Dimas menyengir.

"Boleh, asal ntar lo nyuci gelas."

Eri menjawabnya dengan jelas dan membuat mereka tertawa keras.

Ya mana ada gratisan seumur hidup,bisa bangkrut ia.

"Btw, penampilan kalian tadi keren deh. Cassia cantik banget."kata Ecto tersenyum memandang adiknya yang sibuk mengunyah pie susu.

"Bilang aja itu pujian buat mbak Gishella."

"Iyakah?Gue emang cantik kok,mas." Gi mengibaskan rambutnya dan membuat Edwin hampir kelilipan terkena rambut Gi.

"Pede bangsat!"

Tapi dalam hati Ecto ia mengiyakan.

"Sewo kuto uwis tak liwati

Sewu ati tak takoni

Nanging kabeh

Podo rangerteni

Lungamu neng endi

My Possessive BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang