BAB 5

1.5K 187 3
                                    

Gelap, pengelihatan dari ruangan itu hanya dari lampu teras balkon kamarnya. Sejak pulang dari sore tadi Namjoon langsung menggurung dirinya di dalam kamar. Mengelungkupkan wajahnya pada bantal dan berusaha memejamkan mata, berharap bahwa rasa sakit hatinya hilang.

Handphone milik Namjoon yang berada di atas nakas sedari tadi terus berdering dan sedari tadi juga Namjoon terus mengabaikannya. Namjoon kecewa dan Sakit hati tentu saja. Mana ada seorang anak yang tidak sakit hati melihat orang yang berstatus keluarga membencinya.

"BERISIK!"

Bantal yang berada tidak jauh dari sisinya, ia ambil dan ia lipat untuk menutup telinganya berharap suara handphonenya tersebut tidak bisa ia dengar.

Sepuluh menit Namjoon tidak beranjak dari posisinya, sebelum ia mulai merasa tenang. Namjoon mencoba berdiri untuk menghidupkan lampu kamarnya. Namjoon lalu mencoba berjalan ke arah meja belajaranya dan duduk di kursi yang berada di depan meja belajarnya tersebut.

Bunyi handphonennya yang berdering membuat Namjoon sedikit terkejut, ia berjalan malas ke arah nakas untuk melihat siapa yang menelponnya. Namjoon mengerinyitkan dahi heran ketika melihat nama 'Makhluk Kutub' berada di layar handphonenya tersebut.

Nama kontak seorang Jungkook yang ia ganti khusus dengan sebutan kesayangannya untuk laki-laki itu. Jungkook jarang sekali meneleponnya kalau tidak penting. Jadi, Namjoon rasa sekarang apa yang ingin Jungkook bicarakan padanya sangatlah penting.

"Halo," ucap Namjoon menjawab panggilan Jungkook.

Terdengar di ujung sana nampak suara bising tidak jelas, sebelum akhirnya suara tersebut hilang dan digantikan dengan suara Jungkook.

"Halo."

"Iya apa, Bacot!"

Jungkook mendelik kesal, lalu membalas bentakan Namjoon. "Lagi datang bulan ya lo, nyolot amat bicaranya. Gue cuma mau bilang, kalau sepatu lo gue kirim ke rumah lewat gojek. Palingan sepuluh menit lagi sampai."

Namjoon mendesis kesal, info penting macam apa itu. Di saat hatinya sedang galau seperti ini, Jungkook malah menghubunginya untuk info gaje.

"Kurang kerjaan banget ya lo, besok aja kenapa bawa ke sekolah."

"Bau sepatu lo sukses bikin kamar gue jadi bau banget, jadi mending gue pulangin ke asalnya. Bye." Dan panggilan tersebut diputus dengan sepihak oleh Jungkook.

Namjoon menjauhkan handphonenya tersebut dari telinga kananya, memandang ke arah layar yang sudah menghitam.

"MAKHLUK KUTUB BANGKE!"

Tak lama kemudian handphonnya kembali bergetar, tanpa melihat siapa orang yang menelponnya ia langsung mengangkatnya.

"Iya, hallo siapa ya?"

"Joonie, gue Jimin, lo dimana? Katanya mau ikut"

"Kemana?"

"Ck, dasar pikun. Ke rumah Hoseok Joonie."

"Sial gue lupa, ok tunggu gue"

"Siap, gue tutup ya. Bye!" telponya pun di tutup.

*****

Namjoon mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi, memasuki kawasan perumahan elite bergaya eropa. Setelah pintu pagar terbuka ia dengan pelan memarkirkan mobilnya berderet dengan dua mobil lainnya.

Dentuman suara musik mulai terdengar ketika Namjoon keluar dari mobilnya, saat matanya menyapu area pekarangan rumah ia yakin semua teman-temanya sudah berkumpul didalam. Karena tak hanya dua mobil tapi juga ada dua motor besar milik sahabatnya yang terparkir disana.

"Woyy, yang kita tunggu datang juga akhirnya." ucap Jimin dengan riang.

Di hadapannya sekarang sudah berserakan minuman beralkohol yang membuat Namjoon mendadak mual dan ingin menegaknya.

Bersandar pada sofa Namjoon menghembuskan nafas kasar. Tanpa menunggu lama ia segera mengambil satu gelas minuman itu, lalu menegaknya hingga habis membuat teman-temanya memandangnya dengan heran, sebab mereka tahu Namjoon sudah lama tidak meminum minuman haram itu. Kalau begini mereka tahu Namjoon dalam keadaan tidak baik-baik saja.

"Kenapa?" Jimin menepuk bahu Namjoon pelan membuat Namjoon langsung menoleh.

"Ortu lo lagi?" tanyanya lagi.

"Kalian pada tahu gak gimana cara tes DNA?" tanya Namjoon polos, seketika tawa mereka pecah.

"Kesambet apaan si lo, pakai mau tes DNA segala?" Hoseok menggelengkan kepalanya takjub.

"Setan!" umpat Namjoon kesal.

Mereka kini tengah berada di rumah Hoseok. Rumah Hoseok memang sering di gunakan untuk nongkrong, terlebih memang orangtua Hoseok tinggal di luar negeri dan jarang pulang.

Yoongi sosok seseorang yang cukup dewasa dibandingkan Jimin dan Hoseok. Meskipun mereka sering pesta seperti sekarang, Yoongi memang tidak tertarik untuk ikut minum sedikitpun. Yang ada ia menjadi orang yang paling cerewet kalau teman-temanya mulai mabuk.

"Namjoon, berhenti minum." kata Yoongi datar, lalu merebut gelas yang hampir menyentuh bibirnya.

"Dikit doang, udah lama gue gak ngerasain." rengek Namjoon pada Yoongi.

"Stop it! Atau lo bakalan bikin susah kita kalau lo sampai mati disini!" Namjoon menyunggingkan senyum remeh pada Yoongi.

"Ah, mati? Mau dong, aku mau ketemu sama malaikat." ucapnya mulai ngaco.

Mereka tahu Namjoon dalam keadaan tidak baik, Namjoon tidak mungkin mau mabuk jika suasana hatinya baik-baik saja, dan mereka paham perkara apa yang membuat Namjoon tertawa sendirian dengan tatapan kosong kedepan. Di balik tawa itu mereka tahu Namjoon sedang menutupi kehancuranya.

****

Happy new year gaes 🎉🎊 ehehe telat dikit ngucapinya ndak papa lah ya 😗

Jan lupa buat vote, komen, dan share ke temen temen kalian y. Maaf klo ada typo mwhehehehe..


See yuu♡

MONOKROMASI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang