BAB 14

1.2K 146 5
                                    

Pagi yang cerah, Namjoon menunggu Jungkook di kafe dekat sekolah sambil meminum minumanya.

Tak lama ia melihat Jungkook yang berjalan menuju mejanya dengan senyum lebar..

"Hai" sapa Jungkook, lalu duduk di depan Namjoon.

"Hem. Lama banget lo, ngapain aja? Gue nunggu hampir lumutan di sini" kesal Namjoon.

"Baru juga beberapa jam nunggu udah marah aja kayak cewek lagi datang bulan" gumam Jungkook, namun masih bisa di dengar Namjoon.

"Baru? Itu lama"

"Hem, jadi apa yang harus gue bantu?"

Namjoon menghela napas, "Bantu gue melukis"

"Oh, lo bawa alatnya?" Namjoon menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Yuk ikut gue" Jungkook berdiri dan hendak pergi sebelum Namjoon mencegahnya.

"Kemana?"

"Tinggal ikut doang bawel banget sih"

Namjoon bangkit, membayar minumanya lalu berlari mengikuti Jungkook yang berjalan di depanya. Jungkook menunggu Namjoon dengan motornya

"Naik"

Namjoon hanya menurut naik di atas motor kesayangan Jungkook yang pernah ia kerjai dulu dan motornya melaju

****

Tak lama kemudian mereka berdua sampai di taman yang tidak terlalu ramai, Namjoon menatap sekitarnya.

"Kenapa kesini?" Namjoon menatap Jungkook bingung.

"Disini sepi gak terlalu banyak orang, mana alatnya?"

Namjoon segera mengeluarkan semua alat melukisnya, setelah selesai Jungkook mengamati alat lukis Namjoon dengan bingung.

Apa lagi saat iris matanya menangkap cat lukis Namjoon yang di tempel dengan kertas yang ada tulisan warnanya padahal kita sudah tahu warnanya tanpa menuliskan di kertas.

[Itu maksudnya kayak cat lukis terus di tempeli kertas yang isi kertasnya tulisan warna catnya, kayak contohnya cat merah terus ada kertas tulisanya 'merah' gitu ditempel dicat yang warna merah]

Jungkook mengerutkan dahinya bingung, menatap Namjoon lalu ke cat lagi.

"Eh, ini kenapa semuanya ada kertas tulisanya cat? Kan udah tahu tanpa di kasih tempelan"

Namjoon memalingkan pandanganya, menatap ke segala arah, "Terserah gue lah mau ngapain. Cat gue"

Jungkook mengangkat bahu acuh, lalu mengambil tempat cat itu, melihat mereka dan menemukan secarik kertas yang terselip di antara mereka.

Mengambilnya dan mengerutkan dahinya.

"Apa ini?"

Namjoon menoleh menatap Jungkook yang memegang kertasnya, matanya membulat mengambil kertas itu dan mulai mengutuk dirinya sendiri yang lupa mengambilnya.

"Bukan apa-apa" ucapnya panik, lalu menyembunyikan kertasnya ke dalam tas.

"Lo aneh deh, cuma kertas doang. Gue belum sempat baca juga udah di ambil" gerutu Jungkook.

Ini hanya perasaan Jungkook atau memang Namjoon menyembunyikan sesuatu darinya. Jika itu benar ia merasa harus cari tahu!

Menghela napas dan menatap Namjoon yang sibuk. "Jadi lo mau lukis apa?"

Namjoon berbalik, manatap Jungkook yang duduk dengan menopang dagunya. Namjoon menggelengkan kepalanya.

"Lo gak tahu mau lukis apa?"

"Iya"

"Terus, apa gunanya buat ngajak gue lukis"

"Apa gunanya lo di sini, lo bisa dong bantu gue mikir"

Jungkook berjalan menuju Namjoon, namun baru beberapa langkah ia berjalan kepalanya terasa pusing.

Jungkook terjatuh, dadanya terasa sesak. Entah sudah sejak kapan hidungnya mengeluarkan darah tanpa bisa di cegah.

Ringisan terus terdengar dari bibirnya, Penglihatannya mengabur dan seakan semuanya berputar-putar, kepalanya menjadi semakin sakit, dadanya semakin sesak.

Di ambang kesadarannya, Jungkook bisa mendengar suara Namjoon yang memanggilnya berulang kali dengan panik.

Berteriak minta tolong berharap ada seseorang yang membantu, hati Jungkook menghangat mendengar betapa khawatirnya Namjoon.

Perlahan kegelapan merenggut kesadaran Jungkook.

*****

Vote+komen by!!
Sorry ada typo..

See yu..

MONOKROMASI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang