BAB 36

1.1K 117 0
                                    

Hening...

Untuk sesaat Hoseok terdiam, air matanya mengalir menatap cincin pertunangannya dengan Chanyeol. Ya, gue harus putusin Chanyeol, gue gak mau buat Chanyeol malu karena pacarnya kerja sebagai gigolo.

Hoseok mengangguk mantap, menghapus air matanya dan mengirimi Chanyeol pesan.

Hoseok
Chan, kamu sibuk gak? Aku mau ketemu kamu. Kita ketemu di kantin rumah sakit ya..

Chanyeol.
Aku gak lagi sibuk, aku kesana sekarang. Tunggu.

Hoseok mematikan ponselnya, berjalan ke kantin rumah sakit dengan lesu. Melihat Chanyeol yang sudah menunggunya sambil tersenyum lebar, membuatnya merasa pahit dalam hati.

Hoseok duduk di depan Chanyeol, "Kamu udah nunggu lama?"

"Enggak, baru dateng." Chanyeol tersenyum lebar menatap Hoseok.

"Chan, aku mau ngomong sesuatu."

"Ya?"

Hoseok menutup matanya lalu membuka matanya menatap Chanyeol yang juga menatapnya penasaran, "Kita udahan aja ya."

Senyum Chanyeol luntur menatap Hoseok tak percaya, "K-kamu bercanda, kan?"

Hoseok menggeleng lemah, lalu melepas cincin yang ada di jari manisnya. "Cincin kamu aku balikin."

"Gak, kamu beneran mau udahan? Kita jalin hubungan ini belum ada satu minggu, Hoseok. Kenapa? Aku ada salah sama kamu?"

Hoseok menunduk, "A-aku gak cinta sama kamu. Aku cuma mainin perasaan kamu aja."

Chanyeol menatap kosong Hoseok, "Gak mungkin," ucapnya lirih.

Hoseok mengangkat kepalanya, menatap Chanyeol yang masih tak percaya. "Aku bener, aku cuma mainin perasaan kamu. Kamu bodoh banget ya, dengan mudahnya jatuh cinta sama orang yang mainin perasaan kamu. Udahlah, aku mau pergi."

Hoseok berdiri, menatap Chanyeol yang menatap kosong ke arah cincinya yang ada di atas meja. Sorry Chan, gue terpaksa.

Hoseok berbalik dan kembali ke ruang rawat ibunya, sesekali ia akan mengusap air matanya.

*****

Malam hari terasa dingin, Jungkook melihat langit malam lewat jendela. Tidak ada bulan maupun bintang, hanya ada awan hitam yang menutupi langit.

Menghela napas, Jungkook pergi ke meja belajarnya. Mengambil obat di laci dan meminumnya, ia belum memberi tahu orangtuanya bahwa ia sakit. Ia hanya tak ingin mereka mengkhawatirkannya.

Jungkook kembali duduk di kasurnya, lagi-lagi ingatannya tentang kejadian di rumah Namjoon terbayang dalam benaknya. Ia yakin ada yang jangal di sana, karena ia melihat wanita yang ia yakini sebagai Ibunya Namjoon tersenyum senang seolah telah berhasil saat Ayahnya Namjoon memarahi Namjoon.

Bukankah itu aneh? Jujur ia curiga semuanya ada hubungannya dengan ibunya Namjoon.

Jungkook mengambil ponselnya dan menghubungi sepupunya yang kerja di luar kota.

"Hallo"

"Chen, gue butuh bantuan lo."

"Apa?"

"Menyelidiki seseorang."

"Siapa?"

"Keluarga dari Kim Namjoon, gue bakal bayar lo dua kali lipat."

"Gak usah bayar kayak sama siapa aja, cukup traktir gue aja kalau gue balik. Bye"

Jungkook melempar ponselnya ke kasur, berbaring dan menatap langit-langit kamarnya. Ini yang di sukai Jungkook dari Chen, tanpa membayar mahal dan hanya mentraktirnya saat ia kembali ke kota.

Drtt.. Drrtt..

Jungkook mengambil ponselnya yang bergetar, melihat Chanyeol yang menghubunginya membuatnya mengerutkan dahinya bingung.

"Hallo, tumben malem-malem telpon."

"Kook, gue di putusin."

Jungkook mengerutkan dahinya lalu menatap geli ke arah ponselnya, "Lo nangis?"

"Iyalah, siapa sih yang gak sedih di putusin pacar."

Jungkook menggaruk tengkuknya pelan, "Emang kenapa kok bisa putus?"

"Gak tahu, dia bilang gak cinta gue terus cuma mainin perasaan gue padahal gue sama dia udah tunangan."

"Dia siapa?"

"Hoseok."

Jungkook melotot, Hoseok? Jangan bilang temen Namjoon.

"Hoseok?"

"Iya, Hoseok. Jung Hoseok, dia satu sekolah sama lo. Masa gak kenal."

Kan, bener temennya Namjoon.

"Iya-iya. Setahu gue sih Hoseok orangnya gak gitu, gak suka mainin perasaan orang lain."

"Gue harus gimana?"

"Mending lo selidikin aja sendiri ada apa. Udah ya gue sibuk daahh."

Jungkook langsung mematikan panggilanya tanpa mendengar jawaban Chanyeol, memijat pelipisnya yang terasa berdenyut nyeri. Lalu menyimpan ponselnya dan turun untuk makan malam.

*****

MONOKROMASI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang