BAB 41

1.1K 125 2
                                    

Jungkook menatap Namjoon yang tertidur di ruang rawatnya, lalu beralih menatap sepupu jauhnya yang berjalan mendekatinya.

"Lo, kenapa ada di sini?"

Chen tertawa kecil, menyerahkan sebuah laporan pada Jungkook. "Jengukin lo, sekalian liburan lo bisa traktir gue. "

Jungkook memutar matanya malas, "Apa nih?"

"Informasi yang lo cari ada di sana."

Jungkook mengangguk, membuka laporan tersebut dan membacanya dengan teliti. Lalu ekspresinya berubah.

"Ini, semuanya gara-gara wanita sialan itu," gumamnya menatap tajam laporan tersebut.

Chen mengangkat sebelah alisnya dan mengangguk, ia tak tahu betapa pentingnya pemuda bernama Kim Namjoon hingga Jungkook menyuruhnya menyelidiki keluarganya.

Chen mengaruk kepalanya yang tak gatal, "Gue pulang dulu ya, cepet sembuh."

Jungkook tidak menjawab, menatap Namjoon yang tertidur lelap.

*****

"Eomma, kapan Jungkook bisa pulang? Eomma kan tahu Jungkook gak suka rumah sakit."

Nyonya Jeon tersenyum menatap Jungkook, mengelus pelan rambutnya. "Nanti ya, eomma tanyakan ke dokter."

Jungkook mengangguk semangat.

*****

Sudah lebih dari dua minggu Jungkook di rawat di rumah sakit dan akhirnya ia boleh pulang, tentu saja dengan sedikit memaksa.

Juga lebih dari dua minggu Namjoon tinggal dengan keluarga Jeon, membuatnya merasa tak enak karena menumpang. Tadinya ia ingin menginap di rumah Yoongi, tentu saja permintaannya di tolak oleh Jungkook.

"Eomma, Namjoon kemana?"

Nyonya Jeon yang berkutat dengan masakannya menoleh, menatap Jungkook yang sudah rapi. "Masih tidur mungkin, kan ini hari minggu. Kamu mau kemana kok tumben undah rapi, biasanya hari minggu kamu paling males di suruh mandi."

Jungkook melirik Ibunya yang selalu bersemangat bicara tentang kebiasaannya, bahkan ia bercerita tentang masa kecilnya yang memalukan pada Namjoon. Sekarang Namjoon jadi punya bahan ledekan untuknya, memikirkannya membuat Jungkook semakin berdecak kesal.

"Ih, Jungkook mau keluar bentar. Ada urusan."

"Gak makan dulu?"

Jungkook menggelengkan kepalanya, "Gak usah nanti keburu siang, nanti Jungkook makan di jalan aja. Jungkook berangkat eomma, dahh!"

"Hati-hati, cepet pulang!" teriak Nyonya Jeon dan di balas anggukan kepala sama Jungkook. Nyonya Jeon hanya menggeleng melihat kelakuan putranya. Padahal baru keluar dari rumah sakit, tapi sudah bersemangat pergi.

*****

Jungkook sampai di tempat tujuannya, menatap sekeliling cafe tempatnya bertemu dengan seseorang.

Matanya terpusat ke satu titik, dimana pria yang sudah tak muda lagi memainkan ponselnya dan dengan santai meminum minumannya.

Jungkook berjalan menuju pria tersebut, lalu langsung duduk di depannya. Pria itu mendongak menatap Jungkook.

"Anda Tuan Kim Joonmyeon?"

Pria yang di ketahui bernama Joonmyeon menatap penampilan Jungkook yang seenak jidatnya menyuruhnya pergi ke cafe, padahal kerjanya masih banyak di kantor.

"Ya." ucap Joonmyeon dingin.

Jungkook tersenyum, "Saya ingin bicara serius, tentang anak anda. Kim Namjoon."

Joonmyeon mendelik, ia sangat tidak suka membicarakan putranya. Lagian bagaimana orang di depannya tahu tentang putranya, Kim Namjoon. Padahal ia sudah berusaha begitu keras menyembunyikan identitas Namjoon bahwa ia salah satu dari keluarga Kim.

Tak!

Joonmyeon menaruh minumanya di meja dengan kasar, tangannya menggenggam erat minumannya. Menatap tajam Jungkook yang terlihat tenang, bahkan tidak takut.

Joonmyeon membuang nafas kasar, "Kenapa? Dia buat masalah?"

Senyum Jungkook luntur, menatap datar pria di depannya. Jungkook membuka tasnya, dan mengeluarkan sebuah kertas bersiri laporan penting juga lengkap.

Jungkook menaruh kertas tersebut di meja, Joonmyeon memandang bingung kertas di depannya ia tahu isi kertas itu penting. Tapi, apa maksudnya?

"Semua yang anda tuduhkan ke Namjoon mengenai dua belas tahun yang lalu, salah! Semua kebenaran ada di sini. Juga beberapa rekaman cctv, saya harap anda membaca dan melihatnya dengan cermat. Dan mengambil keputusan yang bijak. Karena perbuatan anda selama ini benar-benar salah, mengasingkan anak kandung anda karena kesalahan yang bukan salahnya, tanpa menyelidiki lebih lanjut. Saya permisi."

Jungkook berdiri dan pergi dari cafe meninggalkan Joonmyeon sendiri yang masih terpaku pada kertas tersebut.

Dengan begini keluarga lo bakal nerima kehadiran lo Joon, kesalahpahaman ini bakal selesai. Sebentar lagi..

Jungkook pergi dengan senyum puasnya.

*****

"Aku pulang." ucap Joonmyeon memasuki rumah mewahnya dengan kacau, memikirkan isi dari laporan tersebut membuatnya tak bisa berfikir jernih.

"Kamu sudah pulang? Aku akan menyiapkan mu makan siang sebentar, kamu mandi dulu."

Joonmyeon menatap Irene dengan tatapan yang rumit, istrinya yang menjebak Namjoon? Joonmyeon benar-benar tak menyangka orang yang selama ini ia percayai ternyata yang bersalah, bukan Namjoon.

"Tidak usah repot-repot, aku sibuk. Aku akan ke ruang kerja."

Irene hanya mengangguk, menatap kepergian Joonmyeon dengan bingung.

Joonmyeon menghela napas, menyaksikan rekaman cctv di depannya. Mengusap wajahnya kasar, menatap tak percaya pada kebenaran di depannya. Di sana, Irene mendorong Namjoon dan mencoba membunuhnya!

Tok.. Tok..

"Joonmyeon, kamu kenapa? Ayo makan dulu nanti kamu sakit."

Joonmyeon menatap tajam pintu yang di ketuk, tak menyangka wanita itu benar-benar berniat mencelakai putranya.

"Aku bilang tidak lapar, apa kamu tuli?!" bentak Joonmyeon.

"Oke, maaf mengganggu mu."

Joonmyeon menarik rambutnya frustasi, kenapa ini bisa terjadi?

*****

MONOKROMASI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang