BAB 44

1K 129 3
                                    

Namjoon menatap kosong Jungkook yang terbujur di ranjang dengan alat-alat bantu penopang hidup di seluruh tubuhnya.

Lagi dan lagi.

Ia melihat orang terpenting dalam hidupnya dalam posisi seperti ini, mencoba bertahan dari jeratan maut.

Dadanya terasa sesak, air matanya tanpa henti terus berjatuhan. Dia yang awalnya terus menganggu Namjoon dan berhasil menarik perhatian seorang Namjoon, akhirnya dia juga yang akan meninggalkannya. Secepat itu kah? Secepat kedipan mata.

"Aku harus marah pada siapa kali ini? Pada takdir? Atau pada penulis skenario takdir? Tapi, apa berhak aku marah pada-Nya? Sedangkan beberapa jam lalu aku barusan memohon padanya dengan tertatih-tatih." gumam Namjoon menatap Jungkook sendu.

Namjoon merasakan beban di pundaknya semakin berat membuatnya semakin membungkuk. Keadaan ini membuatnya merasa tak nyaman, ia mencintai pemuda di depanya sayangnya sebentar lagi pemuda ini akan lenyap dari hadapannya. Membuat Namjoon semakin tak rela untuk melepas.

Kejam.

Yeah, sangat kejam.

Terkadang Namjoon merasa Sang Pencipta tengah bermain dengannya. Dengan memberikan satu orang yang mampu membuatnya jatuh hati, namun Sang Pencipta akan menarik orang tersebut dari pelukannya.

*****

Namjoon terpaku menatap Jungkook yang tengah duduk di ranjang menatapnya lembut, akhirnya setalah dua minggu kekasihnya tertidur lelap ia membuka matanya kembali membuat Namjoon segera melonjak dalam kegembiraan.

"Hai, gimana kabar mu?"

Namjoon tersenyum lebar, ia tak sedang bermimpi. Dengan cepat ia berjalan menuju ranjang Jungkook, lalu segera memeluknya. Memeluknya dengan amat erat, menenggelamkan wajahnya di sela-sela helai rambut Jungkook. Harum rambut Jungkook masi menjadi aroma favoritnya, membuatnya candu.

Ya Tuhan..

Sungguh Namjoon sangat merindukan pelukan ini, rindu Jungkook yang balas memeluknya erat, rindu bibir Jungkook yang berucap sayang.

"Aku merindukan mu."

Jungkook tersenyum, "Aku juga."

Namjoon melepaskan pelukannya, menatap Jungkook dengan mata merahnya. "Kamu bohong! Kalau kamu juga rindu aku, gak mungkin kamu tidur lama. Harusnya kamu segera bangun."

"Maaf, aku salah."

Setelah penantian panjang Namjoon akhirnya Sang Pencipta mengembalikan kebahagiaan kecilnya, entah sampai kapan. Karena kita tak tahu kapan Sang Pencipta akan mengambilnya, namun satu yang pasti itu tak akan lama lagi.

*****

Hallo.

Selamat hari raya idhul fitri.

Aku mengucapkan minal aidin wal faidzin,mohon maaf lahir dan batin

Dan maaf kalo aku punya salah sama kalian, makasih!

Jgn lupa Voment ya.

See yu

MONOKROMASI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang