BAB 27

1.1K 144 1
                                    

Hening...

Setelah Namjoon mengatakan itu semuanya diam, Jennie mematung menatap kepergian Namjoon, iris matanya beralih menatap kedua orangtuanya. "Itu... Kalian... Namjoon Oppa, apa benar?"

Irene memandang Joonmyeon yang sedari tadi diam tidak melakukan pembelaan, lalu tersenyum manis menatap putrinya. "Itu tidak benar sayang, oppa mu hanya berbohong."

Jennie mengerutkan dahinya dan menatap Irene tak terima, "Tapi, Namjoon Oppa tidak pernah berbohong. Dia selalu berkata jujur."

"Itu-"

Joonmyeon menghela napas dan langsung berdiri, menatap putrinya dan kedua putranya yang juga menatapnya minta penjelasan.

"Jika eomma mu mengatakan Namjoon berbohong, itu artinya dia berbohong. Kenapa kamu selalu membicarakan tentang dia? Dia sudah bilang, kan bahwa dia hanya penumpang di sini. Jadi, lupakan itu dan anggap dia hanya penumpang." jelas Joonmyeon menatap ketiga anaknya tajam.

"Tapi, dia saudara kami, appa. Dia bukan penumpang." ucap Seok Jin datar, menatap Joonmyeon.

"Saudara? Dia bukan saudara kamu, Seok Jin. Saudara kamu hanya Taehyung dan Jennie." sahut Irene dengan senyum lebarnya.

"Kenapa begitu? Namjoon Oppa saudara Jennie juga." protes Jennie tak terima.

Tangan Joonmyeon mengepal mendengar anaknya membela Namjoon, Joonmyeon bertanya-tanya dalam hati apa bagusnya Namjoon di mata mereka? Namjoon hanya anak cacat yang tidak bisa membedakan warna juga anak pembawa sial. Dimana bagusnya itu?

"Cukup Jennie. Jangan bicarakan Namjoon Oppa mu lagi, appa muak mendengarnya." Joonmyeon berbalik dan melangkah menuju kamarnya.

"Kau lihat itu, appa mu marah karena kalian membicarakan Namjoon," Irene mendengus lalu berdiri dan mengikuti Joonmyeon ke kamar.

Jennie menunduk melihat Joonmyeon marah, meskipun ini bukan pertama kalinya Joonmyeon marah padanya karena membahas Namjoon, tapi tetap saja dia merasa bersalah.

Taehyung menepuk pelan kepala Jennie, "Udah gak usah di pikirin nanti juga appa gak marah lagi."

Jennie menggelengkan kepalanya, "Tapi, Jennie selalu membuat appa marah."

"Udah lupain aja, nanti gak marah lagi. Kasih waktu aja." Jennie mengangguk lesu.

*****

Pagi hari tiba, namun terlihat mendung. Jungkook menatap ke atas melihat awan hitam. Kayaknya bakalan hujan deh.

Setelah berhari-hari di rawat di rumah sakit akhirnya dia di izinkan untuk pulang. Dia tidak sabar segera pergi ke sekolah setelah lama tidak masuk.

Jungkook dan Jongin berjalan melewati koridor sekolah dan melihat kerumunan orang-orang di sekitar mading.

"Jungkook" Jungkook menoleh menatap Jimin yang memanggilnya.

"Lo udah lihat kabar terbaru belum? Tentang Namjoon, astaga. Gue gak nyangka." ucap Jimin dengan semangat mengebu-ngebu.

Jungkook mengerutkan dahinya, "Kenapa dengan Namjoon?"

"Lo belum tahu? Semuanya udah tahu loh. Mending lo lihat aja sendiri di sana." Jimin menunjuk ke arah mading yang ramai.

Dengan heran Jungkook melangkah menuju mading, mulai membaca berita terpanas.

Jongin menatap Jimin yang sedari tadi tersenyum puas, dengan penasaran Jongin juga mengikuti Jungkook dan mulai membaca.

Jongin terkejut, menoleh menatap Jungkook yang mematung. "Kook," bisik Jongin.

Jungkook mengepalkan tangannya, dengan tiba-tiba dia merobek kertas di mading membuat orang yang mengerumuninya terkejut dan menatapnya heran.

"Pergi sekarang!" ucapnya dingin membuat orang-orang di sana segera pergi.

Setelah itu, Jungkook segera pergi mencari keberadaan Namjoon. Entah kenapa dia merada khawatir dengan pemuda manis dengan dimple di kedua pipinya.

Jongin yang di tinggal segera berlari mengikuti Jungkook, meninggalkan Jimin yang tersenyum puas melihat reaksi Jungkook. Yes, setelah ini pasti Jungkook bakal jauhin Namjoon.

Jimin pergi ke kelas dengan perasaan gembira. Tanpa ia sadari dari tadi pagi ada Jackson yang terus memperhatikannya. Jackson mengepalkan tangannya, matanya penuh amarah.

*****

MONOKROMASI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang