BAB 22

1.2K 154 11
                                    

Seok Jin menggenggam tangan Namjoon yang terasa dingin dengan erat. Ia langsung pulang ke rumah saat Taehyung menelpon untuk segera pulang.

Namjoon mengerjabkan matanya. Kepalanya terasa pusing dan area lehernya terasa nyeri.

"Minum," pinta Namjoon dengan suara serak.

Seok Jin dengan cepat berjalan mengambil air, lalu menyerahkan air putihnya yang langsung di teguk Namjoon hingga sisa setengah.

Melihat kondisi adiknya yang mengenaskan membuatnya merasa bersalah. Ia langsung memeluk tubuh adiknya erat.

"Joonie, kamu gak apa-apa? Kita ke rumah sakit ya" ucap Seok Jin.

"Joonie gak apa-apa" Namjoon mengubah posisi tidurnya yang telentang menjadi miring.

"Kenapa tidur mu miring? Telentang Namjoon!" perintah Seok Jin menatap posisi tidurnya yang miring.

Namjoon menggelengkan kepalanya, "Gak apa-apa"

"Telentang!"

"Punggung Joonie sakit hyung," ucap Namjoon pelan, namun masih bisa di dengar Seok Jin. Seok Jin segera membuka seragam Namjoon.

Seok Jin terkejut melihat kondisi punggung Namjoon yang penuh lebam dan luka robek yang terus mengeluarkan darah.

"Joonie maafin hyung, hyung gak becus jadi kakak yang baik buat mu. Hyung salah, harusnya hyung antar kamu pulang" Seok Jin menggenggam tangan Namjoon erat.

"Joonie sayang hyung"

"Hyung juga sayang Joonie, kita ke rumah sakit ya."

"Joonie gak apa-apa kok hyung"

Seok Jin menghela napas, lalu keluar sebentar dan kembali membawa kotak P3K.

"Sini hyung obati dulu," Seok Jin membantu Namjoon untuk duduk dan mulai mengobati luka di punggungnya.

"Kenapa gak pernah cerita?" tanya Seok Jin.

"Bukannya hyung sibuk merawat Jennie?"

"Maaf, maaf, maafin hyung" Seok Jin mencium kening Namjoon berulang kali.

"Hyung selalu dapat kabar negatif tentang kamu, apalagi kabar kalau kamu mencoba mencelakai eomma. Karena itu hyung-"

"Ya. Itu bener, Joonie emang dorong eomma sampai eomma tertabrak mobil." ucap Namjoon lirih, Seok Jin menatap Namjoon terkejut.

"Kamu bohong, kan?" Seok Jin menatap Namjoon tak percaya sedangkan Namjoon menggelengkan kepalanya.

"Tapi, Joonie ada alasan-"

Seok Jin mengepalkan tangannya, ia melayangkan tamparan pada Namjoon, tapi berhenti tepat di samping pipi Namjoon.

"Hyung benar-benar kecewa sama kamu Kim Namjoon!" Seok Jin menatap Namjoon dingin dan melangkah  pergi meninggalkan Namjoon yang mematung.

Namjoon menundukkan kepalanya, memperhatikan kedua telapak tanganya, lalu tersenyum miris.

"Hyung sama aja kayak yang lainnya," Namjoon terkekeh pelan menyentuh lehernya yang masih terasa nyeri.

"Hyung bahkan pergi sebelum tahu alasan Joonie dorong eomma."

Namjoon mengangkat kepalanya, menatap ke depan dengan tatapan kosong, "Kalau waktu itu Joonie gak dorong eomma, mungkin sekarang Joonie udah gak ada. Karena kenyataannya eomma yang mencoba membunuh Joonie bukan Joonie, tapi kalian semua menyimpulkan sendiri tanpa bertanya."

Namjoon memejamkan matanya, bagaimana bisa kalian semua percaya pada eomma? Bagaimana bisa anak berusia 12 tahun berani membunuh seseorang? Bukankah itu tidak masuk akal?

Taehyung yang berdiri di depan pintu Namjoon mematung, tanganya yang membawa makanan bergetar.

Ia tadi ingin memberi Namjoon makanan karena ia pikir kakaknya belum makan, namun ia mendapatkan satu fakta yang tidak pernah ia bayangkan.

Ia ingin menyangkalnya, namun ia melihat ayahnya yang sangat berniat membunuh kakaknya. Bagaimana bisa dirinya menyangkalnya setelah apa yang terjadi.

Eomma mencoba membunuh Namjoon Hyung? Apa itu benar? Tapi kenapa? Eomma, apa yang eomma sembunyikan selama ini?

*****

MONOKROMASI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang