BAB 26

1.1K 165 7
                                    

Di sinilah sekarang di kantin rumah sakit. Jackson dan Chanyeol diam tidak ada yang memulai pembicaraan, mereka sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Ehem." Jackson menoleh menatap Chanyeol.

"Udah lama gak ketemu." ucap Chanyeol.

"Ya."

"Jadi, gimana kabar lo?"

"Baik, lo sendiri?"

"Baik." Chanyeol tersenyum canggung menatap Jackson.

"Jadi, lo kerja di sini? Dokter?"

"Ya." Chanyeol mengangguk menatap Jackson.

"Lo ngapain disini? Lo sakit?" tanya Chanyeol dan di balas gelengan Jackson.

"Enggak, Jungkook yang sakit."

Chanyeol mengerutkan dahinya, "Sakit apa?"

"Gak tahu." ucap Jackson sambil mengangkat bahunya dan Chanyeol hanya menghela napas.

"Lo sama Jungkook masih musuhan?"

Jackson mengangguk lesu, "Ya. Ini semua salah gue, coba aja kalau dulu gue gak ninggalin Mark, dia gak bakal ketabrak terus mati."

Chanyeol menepuk bahu Jackson, "Udah itu kan bukan salah lo. Itu kecelakaan, nanti juga Jungkook bakalan maafin elo. Tunggu aja." ucap Chanyeol mencoba menyakinkan Jackson dan Jackson yang hanya bisa mengangguk pasrah.

"Lo gak benci gue kayak Jungkook benci gue? Padahal Mark mati gara-gara gue."

Chanyeol tersenyum kalem, "Enggak. Ngapain benci lo gak ada gunanya juga, itu kecelakaan. Lagian itu masa lalu. Udah lupain aja, anggap itu kecelakaan."

Jackson mengangguk, "Ya. Thanks lo gak benci sama gue soal itu."

"Hem." Chanyeol mengangguk, lalu meminum minumannya.

*****

"Aku mau ke kamar dulu." ucap Namjoon pada Jennie dan langsung pergi tanpa mempedulikan Jennie yang mendesah kecewa.

Namjoon berjalan melewati kedua orangtuanya tanpa menoleh ataupun bicara sepatah katapun.

"Gak punya sopan santun ya? Ada orang tua di sini langsung pergi." ucap Irene sinis.

Namjoon berhenti berjalan, berbalik dan menatap Irene. "Sopan santun? Maaf sepertinya saya tidak punya."

"Oh, untuk apa appa sekolahin kamu tinggi-tinggi kalau gak punya sopan santun. Apa gunanya guru disana?" tambah Joonmyeon menatap Namjoon sambil mengelus rambut Jennie sayang, sedangkan Seok Jin, Taehyung, dan Jennie hanya diam mendengarkan.

"Kalian menyalahkan guru disana? Lalu apa gunanya kalian sebagai orangtua? Apa kalian pernah mendidik saya? Apa kalian pernah mengajari saya? Apa kalian pernah membacakan dongeng sebelum tidur untuk saya? Apa kalian pernah menyayangi saya? Apa kalian pernah menganggap saya? Apa kalian pernah mengakui saya sebagai anak? Apa kalian pernah mengambil rapot saya? Jawabannya tidak pernah, kan? Yang kalian pikirkan cuma ketiga anak kesayangan anda, sedangkan saya? Saya hanya penumpang di sini. Sungguh indah bukan hidup saya?" Namjoon tersenyum sinis. Ucapanya membuat mereka semua terkejut, terlebih Jennie yang memang tidak tahu ada masalah di rumahnya.

Namjoon berbalik dan melanjutkan langkahnya menuju kamarnya, mengunci pintu dan merebahkan tubuhnya.

"Yang kalian pikirin cuma Jennie, Seok Jin Hyung, dan Taehyung. Namjoon kapan? Namjoon juga mau kalian perhatiin. Kalian mengasingkan Joonie cuma penyakit ini, kan? Joonie juga gak mau punya penyakit sialan ini."

Namjoon berdiri dan membuka lemarinya kasar, terlihat piala, piagam, dan mendali yang memenuhi lemari. Itu semua miliknya, Namjoon tersenyum miris.

"Bahkan kalian gak tahu kalau Joonie siswa yang berprestasi. Penghargaan Joonie aja lebih banyak dari Taehyung dan Jennie. Tapi, kenapa kalian cuma bangga sama Taehyung dan Jennie? Padahal kecerdasan mereka di bawah Joonie. Kapan kalian bangga sama Joonie?"

Namjoon menutup pintu lemarinya, lalu berbaring di tempat tidur dan menutup matanya. Kapan Joonie bisa ngerasain kasih sayang kalian? Joonie capek!

*****

Hai.. Udah lama ga update.. Masih ada yang nunggu cerita ini gak? Maaf kalau banyak typo+jarang update.
Moga ceritanya masih menarik. Ok jangan lupa vote+komen!
Huhuhu aku kangen baca komenan kalian~
See yu♡

MONOKROMASI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang