BAB 19

1.1K 135 1
                                    

Namjoon dan Jungkook mematung menatap gerbang sekolah yang sudah tertutup.

Jungkook melirik Namjoon di sampingnya, "Lihat nih, gara-gara lo kita telat"

Namjoon memutar matanya malas, ia melihat satpam yang membelakangi mereka

Kayaknya satpamnya ganti deh.

"Udah tenang aja, gue punya rencana" Namjoon tersenyum lebar menatap Jungkook.

"Perasaan gue gak enak, jangan macem-macem lo" bisik Jungkook dan di balas anggukan kepala sama Namjoon.

"Um, pak satpam, kita anak baru" ujar Namjoon pura-pura gemetar

Jungkook melotot menatapnya. Nah kan, bener.

"Oh ya?" tanya satpam itu masih membelakangi Namjoon dan Jungkook.

"Masa bapak enggak percaya si, kami nyari sekolah susah, apalagi tadi mancet, terus salah jalan. Makanya kami telat itu karena-" ucapan Namjoon terhenti melihat satpam itu berbalik.

Mati lo Namjoon, bego banget si.

"Eh, Pak Lay. Saya kira satpam" cengir Namjoon, sementara Jungkook ia menatap kesal Namjoon.

"Satpam? Kim Namjoon!" bentak Lay menatap Namjoon yang memamerkan gigi putihnya, lalu Lay beralih menatap Jungkook, "Kamu juga. Jeon Jungkook!"

Lay membuka gerbangnya menyuruh mereka masuk.

Lay menatap mereka berdua tajam, "Kenapa terlambat? Kal-"

"Eh, jangan marah dulu pak. Kita punya alasan" ucap Namjoon dan di anggukan oleh Jungkook.

"Apa alasan kalian?"

"Gini pak, tadi kan kita mau berangkat nih. Eh tiba-tiba Jungkook keselek piring" ucap Namjoon polos, sedangkan Jungkook menatap Namjoon ingin protes. Tapi, langsung di tatap Namjoon dengan tatapan iya-in-atau-lo-bakal-mati-di-tangan-gue.

Jungkook yang di tatap seperti itu oleh Namjoon dengan pasrah diam.

"Iya pak, saya penasaran gimana rasanya makan piring. Jadi saya cicipi, eh saking enaknya sampai keselek sayanya" jelas Jungkook dengan datar, tapi dalam hati ia mengomel pada Namjoon.

"JEON JUNGKOOK DAN KIM NAMJOON!"

"Aduh kuping gue" ringis Namjoon memegang kupingnya.

"KALIAN SAYA HUKUM BERDIRI DI LAPANGAN" Lay pun langsung meninggalkan mereka berdua.

Jungkook menatap Namjoon kesal, "Lo bener-bener"

"Ini semua salah lo" ucap Namjoon kesal. Ia harus menahan panasnya matahari di halaman sekolah, untungnya ia tidak sendiri.

"Tidak bisa, lo juga salah" Jungkook menutupi sebelah wajahnya dengan tangan kedua tangannya.

"Kalau lo gak bakal bangun ke siangan, apalagi belum beres-beres pakaian lo di rumah sakit. Kita gak bakal jadi kayak gini!" ucap Namjoon kesal.

"Enak aja! Lo yang paling lama di kamar mandi!" elak Jungkook.

"Enggak! Gue udah mandi sebelum lo bangun. Salahkan diri lo yang tidur seperti kerbau!"

"Ck, lo juga gak bangunin gue"

Namjoon menghela napas, "Tau begini tadi gue langsung aja berangkat, enggak usah pergi ke rumah sakit buat lihat lo dulu."

"Suruh siapa lihatin gue dulu"

"Ya, gue kan khawatir sama lo bego!"

Jungkook menatap Namjoon kaget, sedangkan Namjoon menutup mulutnya terkejut.

"Mak-maksud gue, ya khawatir sesama temen aja"

Jungkook mengangkat sebelah alisnya, "Sejak kapan kita temenan?"

"Eh? Kita gak temenan?" Namjoon menatap Jungkook bingung.

Jungkook tersenyum tipis menatap wajah imut Namjoon, "Iya, temenan"

Namjoon memutar matanya malas, melihat kanan dan kiri tidak menumukan Lay maupun guru lainnya. Ia langsung meregangkan tubuhnya, dan berjalan pergi.

Jungkook yang melihat Namjoon pergi mengikutinya, "Eh, lo mau kemana?"

Namjoon melirik Jungkook, "Kantin lo gak lihat di sana panas, haus lagi"

Jungkook diam-diam menganggukkan kepalanya menyetujuinya ucapan Namjoon, karena dirinya sekarang juga merasakan yang Namjoon rasakan. Apalagi saat ini kepalanya bertambah pusing.

*****

MONOKROMASI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang