BAB 40

1.3K 134 7
                                    

Pagi semakin cerah. Matahari memancarkan aura kecantikannya, telah beberapa minggu semenjak kejadian pemakaman Ibunya Hoseok dan masalah selesa. Tanpa terasa ujian kelulusan pun tiba.

"Hari ini terakhir ujian kelulusan, kamu semangat ya Kook." Namjoon menggenggam erat tangan Jungkook.

Jungkook tersenyum lalu mengangguk, mengusap rambut Namjoon. "Kamu.." Jungkook menunjuk dada Namjoon, "Kamu harus menjadi orang yang sukses, dan jangan menyerah apapun yang terjadi." Bahkan ketika aku telah tiada Joon.

Namjoon mengangguk semangat, "Siap komandan." serunya lantang, lalu tertawa setelahnya.

"Berjanji lah untuk ku, kamu akan malanjutkan hidup mu dengan bahagia dan mempunyai banyak anak lucu saat aku tiada."

Namjoon terdiam, menatap Jungkook tepat di matanya. "Aku akan berjanji untuk menjadi sukses, tapi aku tidak bisa berjanji untuk yang terakhir. Kamu akan sembuh, percayalah."

Jungkook tersenyum tipis, ia tahu penyakit semakin parah itu artinya ia hanya mempunyai sedikit waktu untuk melihat kekasihnya, sebelum ia meninggalkan nya.

"Baiklah calon orang sukses. Ayo kita berjuang. Karena calon orang sukses tidak boleh membuang waktu. Aku yakin Namjoon nya Jungkook bisa mengambil keputusan yang bijak untuk dirimu sendiri."

Namjoon mengangguk semangat, memeluk erat Jungkook. "Aku mencintaimu."

"Aku juga."

"Cie yang pacaran gak tahu tempat, hargai yang jomblo kenapa. Yakan Hoseok?" celetuk Jimin melihat Namjoon dan Jungkook yang sedang berpelukan di depan kelas.

Namjoon melepas pelukannya, menatap Jimin. "Sirik ae lo."

"Maaf Jim, tapi gue gak jomblo nih." Hoseok menunjukkan cincinnya.

Jimin melotot menatap temannya yang sudah berpasangan, "Jadi cuma gue ni yang jomblo? Ok fix bye."

Jimin berjalan memasuki kelas, sedangkan temanya hanya terkekeh.

*****

Detik demi detik terus bergulir, berdetak dalam keheningan yang membentang. Para otak yang bekerja menguras materi, tangan-tangan yang berkeringat menghadapi pertanyaan demi pertanyaan. Waktu terasa begitu cepat, dengan aktivitas manusia yang seolah berjalan di tempat.

Tersisa waktu sepuluh menit, Namjoon masih bergutat dengan soal di depannya. Mengabaikan ponselnya yang bergetar di saku celananya. Ia hendak mematikannya saat ia menatap nama Jungkook terpampang di sana, membuat Namjoon mematung.

"Namjoon, ada masalah?" tanya pengawas melihat tinggah Namjoon yang mematung dan terkesan membuang-buang waktu.

Namjoon menggelengkan kepalanya, mengangkat panggilanya. Berharap sesuatu yang buruk tidak terjadi.

"Halo?"

"..."

Namjoon menegakan tubuhnya, jantungnya berdetak kencang, napasnya memburu, dan emosinya meledak dalam detik.

Namjoon menatap nyalang tiga soal yang belum terisi. Dunianya seakan berputar cepat, mengharuskan Namjoon mengambil  keputusan. Keputusan yang benar-benar menyulitkan, ia tidak ingin kehilangkan kedua-duanya dan berakibat fatal untuk hidupnya.

"Baiklah calon orang sukses. Ayo kita berjuang. Karena calon orang sukses tidak boleh membuang waktu. Aku yakin Namjoon nya Jungkook bisa mengambil keputusan yang bijak untuk dirimu sendiri"

Bibir Namjoon bergetar, menatap pengawas yang menatapnya khawatir. "Saya permisi!"

Semua mata tertuju pada Namjoon termasuk pengawas, Namjoon berdiri dan berjalan menuju pintu dan meninggalkan ruangan ujian, meninggalkan semuanya.

MONOKROMASI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang