BAB 45

1.1K 131 3
                                    

"Joonie, sayang, aku bosen. Aku mau keluar."

Namjoon menatap Jungkook datar, "Kamu masih sakit, harus terus istirahat."

Jungkook menatap Namjoon kesal. Bagaimana tidak, dokter sudah mengatakan kondisinya mulai stabil, meskipun ia masih merasakan rasa sakit. Tapi, dokter mengizinkannya keluar, ya walaupun dengan sedikit paksaannya.

"Tapi, dokter bilang aku boleh jalan-jalan."

"Gak usah ngeyel, kamu itu masih sakit. Orang sakit itu istirahat bukannya keluyuran gak jelas di luar sana."

"Menyebalkan! Aku mau keluar sekarang, aku itu sumpek di sini!"

Namjoon menghela napas, menatap Jungkook jengah. "Sekali ini ya."

Jungkook mengangguk semangat, menunggu Namjoon mengambil kursi rodanya dan akhirnya setelah perdebatan mereka pergi ke taman rumah sakit.

*****

Jungkook menatap anak kecil yang berjalan dengan orangtuanya di taman dengan tatapan kosong, seolah tengah menerawang sesuatu.

Jungkook beralih menatap Namjoon yang hanya diam, "Joon."

"Um" Namjoon menoleh menatap Jungkook.

"Kalau nanti aku mati gimana?"

Namjoon terpaku menatap Jungkook yang tersenyum seolah menantikan kematianya.

"Kamu pasti sembuh."

Jungkook menatap Namjoon dengan tatapan tak terbaca. Kenapa kamu tak mengerti juga, aku akan mati. Ini nyata, tak akan ada kesempatan lagi. Mengapa kamu membuang-buang waktu mu pada seseorang yang di takdirkan harus meninggalkan mu? Mengapa kamu bersikeras terus berpegang teguh bahwa aku akan sembuh? Aku hanya ingin kamu melepas ku dan melanjutkan hidup mu dengan orang yang lebih layak bersanding di sisi mu.

Jungkook menggeleng lemah, "Gak ada harapan, kamu tahu kan harapannya sangat kecil. Bahkan bisa aja gak mungkin. Kamu mencintai ku, kan? Kamu harus memenuhi keinginan ku. Kamu harus mulai merelakan ku, dan melanjutkan hidup mu. Aku tak ingin melihat mu terpuruk."

Namjoon menahan nafasnya, ia merasa seperti kehilangan kemampuannya bernafas.

Memenuhi keinginan mu? Untuk melepas mu dan membiarkan mu pergi? Bagaimana itu mungkin, bagaimana itu mungkin. Kamu adalah kebahagiaan yang telah lama ku tunggu-tunggu, dan sekarang kebahagian ku menyuruh ku melepasnya?

"Jangan bilang gitu, kamu hanya-"

"Oh, iya. Nanti jika aku sembuh, dan kita bisa merried. Kita akan membeli sebuah rumah-"

Namjoon hanya diam, dalam hati ia berdoa semoga yang di ucapkan Jungkook menjadi kenyataan.

"Dengan tiga kamar tidur, dan satu kamar tamu. di lantai atas kamar tidur kita, sedangkan kedua kamar akan menjadi kamar tidur anak kita-"

Namjoon melihat wajah Jungkook dengan teliti, wajahnya di penuhi dengan harapan.

"Dan kita bisa menghias kamar anak kita dengan meletakan kertas dinding biru dengan awan putih, kamar satunya kita bisa mengecatnya dengan warna pink yang imut. Kita bisa mengadopsi anak perempuan dan laki-laki, sehingga keluarga kita akan lengkap."

Mata Namjoon di penuhi tawa hangat, tak apa untuk merancang masa depan dari sekarang bukan? Siapa tahu yang di katakan Jungkook akan menjadi kenyataan, dan dia bisa sembuh.

Namjoon membayangkan yang di katakan Jungkook, dan itu membuatnya melupakan ketakutannya ketika kehilangan Jungkook. "Itu bagus, kita bisa memelihara anjing dan kucing. Pasti orang lain akan iri pada kita."

Jungkook tertawa senang, "Maka, biarkan mereka iri."

Jungkook tersenyum menatap Namjoon yang tertawa senang, apapun yang membuat Namjoon bahagia ia juga akan merasa bahagia.

Ia selalu berfikir, apa yang bisa membuat Namjoon bahagia di waktu terakhirnya. Ia tahu waktunya tak lama lagi, entahlah itu hanya firasatnya.

Mereka berdua sibuk sepanjang waktu dan menghabiskan waktu bersama, membuat mereka begitu lelah. Tetapi ketika Jungkook melihat wajah tidur Namjoon, ia tersenyum senang.

Jungkook memeluk Namjoon di sampingnya dan menutup mata. Sebelum ia pergi, ia ingin memberi sesuatu yang sangat.. Sangat indah. Dan membuatnya bahagia.

Tapi, kenapa keputusasaan dalam lubuk hatinya selalu bangkit?

Itu mungkin karena... Semua kebahagiaan ini hanya berumur pendek.

*****

Makin kesini ini cerita makin gaje, kan  ?

Moga msh suka

See yu  .

MONOKROMASI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang