BAB 15

1.3K 154 5
                                    

Namjoon berdiri di koridor rumah sakit. Bagaimana ini bisa terjadi? Bayang-bayang wajah Jungkook yang pucat dan penuh darah terus terngiang di kepalanya.

Dokter saat ini sedang melakukan tes pada Jungkook, akan ada hasilnya nanti. Namjoon hanya bisa menunggu.

Waktu berlalu dengan lambat, detik demi detik, menit demi menit sangat lambat.

Akhirnya dokter keluar. Ia menyesuaikan kaca matanya. "Apa kamu keluarga pasien?"

Namjoon terdiam sejenak, "Saya temanya"

Dokter itu terdiam sesaat, "Bisa kamu hubungi keluarganya?"

Namjoon menggeleng, "Saya tidak punya nomernya. Tolong kasih tahu saya apa yang terjadi"

Dokter itu menghela napas, lalu menganggukkan. Menatap Namjoon dengan penuh penyesalan, "Setelah di periksa, pasien memiliki penyakit kangker paru stadium akhir"

Namjoon mematung menatap dokter, menutup matanya lalu membuka matanya, entah kenapa ia merasa takut, "Bisakah dokter melakukan yang terbaik untuk membuatnya sembuh? Aku akan membayar biayanya"

"Kami akan melakukan yang terbaik, tapi kamu harus tahu bahkan jika kami menggunakan obat dan peralatan terbaik itu hanya bisa menunda waktunya saja."

"Aku mengerti"

Meski dokter melihat kematian setiap hari dan sudah biasa, tapi dia masih merasa simpati. Dokter mengangguk, "Itu bagus. Pasien sedang tidur, kamu bisa melihatnya kami akan mengembangkan perawatan yang tepat. Yakinlah"

Namjoon mengucapkan terima kasih dan berbalik menuju ruangan Jungkook.

*****

Pemuda itu berbaring tenang di ranjang, matahari bersinar menerangi tubuhnya. Membuat kulis pucat itu bersinar.

Namjoon tiba-tiba terlalu takut untuk mendekat. Dia takut jika ia mendekati orang itu, dia akan menghilang seperti busa.

Namjoon tertegun dengan pikiranya, kenapa ia bisa berpikir begitu? Apa dia menyukai pemuda di depanya yang telah muncul di mimpinya berkali-kali, namun sangat sulit di gapai.

Setelah beberapa waktu, Namjoon masuk menatap Jungkook yang sedang tidur di ranjang.

Namjoon mengulurkan tangannya menyentuh dahi Jungkook, menghilangkan pikiranya sejenak.

Membuka tasnya dan mengeluarkan kertas terlipat. Membukanya Namjoon menghela napas pikiranya melayang ke beberapa tahun lalu.

FLASHBACK ON..

"Buta warna merupakan salah satu penyakit pada penglihatan. Penderita buta warna berarti tidak dapat melihat sejumlah warna dengan semestinya. Jenis penyakit ini disebabkan adanya kerusakan ataupun kelainan pada sel kerucut dalam retina. Akibatnya, mata tidak mampu menangkap spektrum cahaya warna tertentu dari cahaya yang dipantulkan."

"Buta warna sendiri disebabkan oleh faktor keturunan atau warisan genetik dari orang tua yang pernah merasakannya. Kelainan ini sering juga disebut dengan sex linked. Kondisi ini disebabkan karena kelainan yang dibawa oleh kromosom X pada perempuan, sedangkan kromosom Y tidak membawa gen buta warna."

"Biasanya jenis buta warna Monokromasi sangat jarang, namun entah kenapa anak ini bisa menderita penyakit ini."

"Jenis buta warna ini sangat jarang ditemukan karena kondisi ini dianggap sangat parah sehingga seringkali, orang dengan Monokromasi akan langsung divonis buta warna total atau Akromasi."

"Kondisi penderita buta warna jenis ini memiliki retina mata yang mengalami kerusakan total."

"Akibatnya, penderita akan kesulitan dalam merespon berbagai warna. Warna-warna yang mampu diterimanya hanyalah hitam dan putih saja."

Joonmyeon mematung mendengar ucapan dokter, matanya terpaku pada kertas hasil pemeriksa yang ia pegang. Sementara Irene yang berada di sebelahnya hanya bisa menangis dan memeluk Namjoon yang masih berusia 13 tahun yang menatapnya polos.

Joonmyeon menghembuskan napas kasar, menatap Namjoon yang berada di pelukan istrinya dan beralih menatap dokter di depanya. "Apa tidak ada cara untuk menyembuhkanya?"

"Maaf, hingga saat ini belum ada pengobatan atau metode tertentu untuk mengobati buta warna, namun penderita buta warna dapat melakukan adaptasi dan menemukan cara untuk mengatasi masalah perbedaan warna."

Dokter itu tersenyum, lalu beralih menatap Namjoon. "Aku harap kamu bisa melewati hari-hari mu dengan baik seperti biasa. Jangan jadikan penyakit ini untuk putus asa dan alasan untuk bunuh diri."

Namjoon menatap dokter itu dengan bingung, ia benar-benar tidak mengerti apa yang di bicarakan orangtuanya dengan dokter itu. Namjoon menatap Joonmyeon yang juga menatapnya tajam, membuat Namjoon langsung menundukkan kepalanya.

Joonmyeon menghela napas lalu segera berdiri dan meninggalkan dokter itu. Sejak saat itu semuanya berubah, Joonmyeon menjauhi Namjoon dan Irene menjadi tidak peduli pada Namjoon dan lebih mementingkan adiknya Taehyung dan saudara kembarnya Jennie serta kakaknya Seok Jin pergi ke Jerman untuk melanjutkan pendidikanya.

Sekarang ia benar-benar sendirian menghadapi semuanya. Namjoon terkadang iri melihat keluarganya berkumpul dan bercanda sedangkan ia hanya bisa menatap dari jauh.

FLASHBACK OFF..

Namjoon segera mengusap wajahnya kasar, itu alasan kenapa catnya terdapat tulisan.

Dia benar-benar tidak bisa membedakan warna, yang bisa ia lihat hanya hitam dan putih.

Namjoon benar-benar ingin bisa melihat semua warna seperti orang normal lainya. Ia selalu berharap bahwa penyakitnya hanya mimpi yang saat ia bangun bisa melihat dengan normal.

Namun ia sadar itu hanya harapan yang tidak bisa menjadi kenyataan.

*****

Vote+komen by!
Maap typo

See yu..

MONOKROMASI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang