BAB 43

1.3K 146 9
                                    

Jungkook Pov

Ini saatnya...

Orang yang ku sayang akan melepas statusnya sebagai pelajar, akan lulus dengan nilai membanggakan. Aku yakin dengan itu, harusnya aku juga ada di sana memegang piagam, memakai selempang dengan sebuah gelar, dan juga menggunakan topi kebanggaan dengan tersenyum gembira karena pencapaian yang telah di raih.

Nyatanya aku di sini, di kursi penonton mendongak menatap Namjoon yang mempesona dengan dimple di kedua pipinya.

Namjoon menoleh menatapnya ku, netra itu seolah sedang mengunci ku. Aku tersenyum padanya, tanpa memutuskan kontrak mata antara aku dan Namjoon. Dari gerak bibirnya aku bisa melihat ia mengatakan; aku mencintaimu.

Lagi-lagi senyum ku semakin lebar, aku membalas gerakan bibir Namjoon; aku juga.

"Dan terakhir, untuk laki-laki biasa saja, namun punya pengaruh luar biasa di hidup ku. Yang memberikan energi positifnya pada ku, yang memaksa ku melakukan hal yang ku benci. Terima kasih. Aku di sini mewakili mu Jeon Jungkook, kelulusan ini untuk mu. Kamu masih bagian dari kami." Namjoon mengucapkan di mickrophone ketika ia mengucapkan prakatanya sebagai pelajar. Matanya tak pernah lepas dari ku, senyumnya juga tak pernah pudar.

Seluruh tepuk tangan bergemuruh heboh, seluruh pelajar di atas panggung menatap ku tak terkecuali Jimin dan Hoseok sahabat Namjoon yang menatap ku dengan ekspresi anehnya.

"JUNGKOOK!  Gue Jackson sahabat lo yang paling tampan! Apapun yang terjadi lo tetap bagian dari gue and Namjoon! Jadi, bertahan ya! Jangan pergi!" Jackson berteriak hebok seolah urat malunya sudah putus.

Aku mengangguk sebagai jawabannya, sampai Namjoon berdiri di sebelah ku, menarik lembut lengan ku dan menuntun ku ke atas panggung.

"Kookie, ayo." bisik Namjoon.

"Untuk?"

"Kamu juga harus merasakan apa yang ku rasakan." Namjoon semakin menggenggam tangan ku, menuntun ku menaiki tangga yang di balut dengan karpet berwarna merah.

"Joonie, apa yang kamu lakukan?" kaki ku mendadak lemas di atas panggung, semua perhatian tertuju pada ku.

Namjoon tersenyum, lalu ia melepas topi kebanggaannya dan memakaikannya pada ku dengan sangat manis. Lalu ia melepas selempangnya yang bertulisan The Power Of Kim Namjoon dan meletakan di bahu kanan ku. Dan yang terakhir mendali kelulusan ia pakaikan ke leher ku, seolah aku memang ikut kelulusan ini bersama mereka.

"Congrats, Kookie." ia berbisik rendah di telinga ku dan aku langsung memeluknya.

Andai saja, aku dan Namjoon akan terus bersama. Namun, aku tahu itu akan sangat mustahil dengan penyakit ku yang bertambah parah.

Jungkook End.

*****

"Kau mau kemana?"

Joonmyeon menoleh menatap Irene, "Bukan urusan mu."

Irene mengerutkan dahinya, "Tentu saja ini urusan ku, aku istri mu."

Irene tak tahu apa yang terjadi sampai Joonmyeon sikapnya berubah padanya, ia bisa merasakan dengan jelas Joonmyeon mencoba menghindarinya.

"Istri? Tapi, kamu bukan eomma yang baik."

"Apa maksud mu?"

"Kamu pikir aku tak tahu, selama ini kamu menipu ku dan ternyata kamu yang bersalah atas kecelakaan itu. Eomma macam apa kamu ini?"

Irene membeku menatap Joonmyeon, bagaimana ia bisa tahu? Padahal dirinya sudah menyembunyikan dengan aman.

"Kamu-"

"Aku pergi."

Irene memandang Joonmyeon yang keluar dengan ekspresi marah.

*****

Di sinilah sekarang, Joonmyeon berdiri menatap Namjoon yang terlihat bahagia memeluk seseorang.

Tanpa sengaja, iris matanya bertatapan dengan iris mata Namjoon membuat Namjoon membeku.

Jungkook yang merasakan Namjoon menjadi diam mengikuti pandangan Namjoon, dan melihat Joonmyeon yang berdiri di belakang penonton tengah menatap Namjoon.

Namjoon tak percaya Joonmyeon akan hadir di hari spesial ini. Ia terus menatap Joonmyeon yang berbalik dan melangkah pergi.

Namjoon menoleh saat mendengarkan rintihan Jungkook, matanya melebar menatap Jungkook yang sudah tergeletak di sampingnya dengan darah yang terus keluar dari hidungnya. Membuat para penonton dan Namjoon berteriak dan langsung membawa Jungkook ke rumah sakit.

Kenapa ini terjadi lagi?

Tuhan, aku mohon selamatkan Jungkook. Aku menyayanginya dengan segala kekurangan dan kelebihannya, izinkan aku menjaganya, merawatnya, dan mencintainya lebih lama lagi. Tolong biarkan dia hidup lebih lama lagi Tuhan. Namjoon merapalkan kalimat permohonannya berulang kali berharap Sang Pencipta mendengarnya dan mengabulkannya segera.

*****

Mungkin ini akan menjadi bab terakhir...

Karena aku memutuskan akan hiatus selama bulan puasa..

Tapi, tenang aja cerita ini akan berlanjut setelah puasa..

Aku juga punya kesibukan di dunia rl dan tidak bisa selalu mengurus dunia oranye ini..

Aku juga mau minta maaf pd kalian jika ada kesalahan atau kata yang menyinggung kalian..

Sekian terima kasih..

MONOKROMASI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang