BAB 12

1.3K 155 4
                                    

Taehyung membuka rawat inap Jennie, namun baru saja sampai keadaan sudah kacau. Jennie terus saja berteriak kesakitan.

"Dia normal dan tidak mempunyai penyakit apapun, apakah dia mempunyai saudara kembar?"

"Apa yang kau katakan, jelas dia sedang kesakitan!" bentak Irene

"Biasanya ini terjadi karena ikatan saudara kembar, ikatan saudara kembar memang sangat luar biasa. Jika saudaranya sedang merasakan sakit maka saudara yang lainya juga akan merasakannya"

Taehyung mematung, hatinya terus menyuruhnya pulang untuk melihat kondisi Kakaknya.

Pintu ruangan terbuka, muncullah Joonmyeon.

"Sayang kamu kenapa?" Joonmyeon menghampiri Irene yang menangis.

"Jennie sakit lagi"

Joonmyeon dan Taehyung hanya bisa menghela napas mereka tahu apa yang tengah terjadi, dan hanya bisa menghibur satu sama lain.

*****

Pagi ini Namjoon bangun dengan rasa sakit di sekujur tubuhnya terutama di tangan dan punggung.

"Arrgh!" ringisnya

Namjoon segera pergi ke kamar mandi menganti pakaianya yang sudah sobek dengan seragam sekolahnya.

Sebenarnya punggungnya terasa sakit saat menyentuh kain, namun tak mungkin jika ia sekolah tanpa menggunakan pakaian. Setelah berpakaian, ia segera mengobati lukanya yang ada di tangan.

Namjoon berjalan menuju meja rias, menatap dirinya yang ada di dalam cermin, "Emm, terlihat menyedihkan" gumamnya, namun tidak memungkinkan jika ia mandi dengan keadaan seperti ini.

Tok.. Tok... Tok!

Namjoon mengerutkan dahinya dan berjalan menuju pintu dan membukanya.

"Hyung?"

"Makan" ucap Seok Jin sambil menyodorkan sebuah nampan berisi nasi, ayam, dan susu.

Namjoon mengambilnya dan meringis merasakan nyeri di tanganya.

"Tangan kamu kenapa!" bentak Seok Jin panik melihat tangan Namjoon yang terluka hanya di balut perban asal.

Namjoon terkejut, lalu menutup pintunya dan menguncinya.

"Joonie buka pintunya!" teriak Seok Jin.

"Joonie gak kenapa-kenapa, Joonie baik-baik aja"

"Baik-baik aja gimana, tangan mu terluka. Ayo ke rumah sakit" bentak Seok Jin

"Joonie udah biasa, nanti sembuh sendiri!"

"Apa? Udah biasa?" lirih Seok Jin

"Hyung enggak mau tahu, kita ke rumah sakit sekarang!" Namjoon tidak menjawab perlahan air matanya menetes.

"Hyung-"

Kringg... Kringg!

Hanphonenya berbunyi, Seok Jin mengangkatnya.

"Kamu kemana? Ayo cepat ke rumah sakit. Jennie gak mau makan kalau bukan kamu yang menyuapinya!" bentak Joonmyeon.

"Tapi-"

"Gak ada tapi-tapian cepat ke sini" telponnya pun di tutup.

Tanpa basa-basi Seok Jin segera pergi ke rumah sakit dan melupakan niat awalnya yang akan membawa Namjoon ke rumah sakit.

"Hyung" lirih Namjoon, kali ini setetes air mata mengikutinya.

Namjoon menghapus air matanya dan segera pergi untuk ke sekolah.

*****

Namjoon berjalan gontai menuju taman belakang sekolah karena ia berniat membolos, di sana sangat sepi karena di percaya berhantu.

Namjoon duduk di dekat pohon besar, ia menghela napas kasar sambil memijat pelipisnya pelan.

Namjoon menunduk, ia ingin menangis. Ya, Namjoon menangis sekarang.

Isak tangisnya terus keluar hingga semakin keras, ia tidak perlu khawatir banyak yang melihatnya karena sebagian besar murid di sekolah sangat enggan melangkahkan kakinya di sekitar sini.

"Gue benci semuanya!" tangan lembutnya yang di balut perban menghapus air matanya.

"Kenapa kalian semua egois? Pernah gak kalian mikirin Joonie?" Namjoon memeluk lututnya dan terus menangis.

"Kalian jahat!"

Ayolah, Namjoon tidak sekuat dirinya ketika nakal. Ia nakal ada sebabnya.

"Joon"

Namjoon mengeratkan pelukannya pada lututnya, ia tidak mau ada yang melihatnya menangis.

"Namjoon" terasa kepalanya di usap beberapa kali, Namjoon mendongak menatap Jungkook yang sedang berjongkok di hadapan Namjoon.

"Sesakit apa hati lo? Sampai buat air mata berharga lo jatuh?"

Namjoon langsung memeluk tubuh Jungkook dengan erat, ia kembali menangis. Jungkook mengusap punggung Namjoon perlahan berusaha menenangkan laki-laki manis di hadapannya.

"Lo gak usah cerita, tangisan lo udah menjawab semuanya bahwa lo dalam keadaan yang gak baik-baik aja" Namjoon melepas pelukannya, ia menatap Jungkook yang begitu santai.

"Udah nangisnya? Masih butuh bahu gue atau pelukan?" Namjoon memukul bahu Jungkook pelan sambil terkekeh.

"Gitu dong senyum" Jungkook mengusap rambut Namjoon pelan.

"Lo ngapain di sini?" Namjoon mengusap sisa air matanya.

"Gue khawatir sama lo, gue kira lo kenapa pagi-pagi udah lemas aja. Terus tadi gue dengar ada orang nangis gue kira tadi itu mas kunti, eh tahunya Namjoon cabe-cabean"

"Apa sih lo" Namjoon menatap sinis Jungkook.

"Nanti pulang gue anter"

"Gak usah, gue masih gak terima lo nyolong sepatu gue"

"Terserah" Jungkook pergi begitu saja, Namjoon melihat itu mendengus.

Namjoon kembali melamun, ingatanya kembali ke beberapa menit yang lalu. Pelukan itu.

"Astaga memalukan"

*****

Jungkook memasuki kelasnya yang tidak ada guru alias jamkos, ia membuka bukunya.

Baru saja ia berniat membaca, ia teringat kejadian tadi.

"Gue baru tahu Namjoon bisa nangis juga"

Jungkook tak mengira seorang cowok yang selalu membuat ulah di sekolah menangis, ia bahkan berfikir bahwa Namjoon tak akan kehilangan tawa di wajahnya.

"Udahlah, ngapain juga gue mikirin dia"

Jungkook menggelengkan kepalanya dan lanjut membaca.

*****

MONOKROMASI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang