BAB 38

1.1K 136 5
                                    

Hoseok dan Chanyeol pergi ke rumah sakit. Sesuai ucapan Chanyeol, ia membayar semua biaya rumah sakit Ibunya Hoseok.

"Makasih ya Chan."

"Ya, tapi jangan di ulangi lagi. Udah ya aku pergi dulu." Hoseok mengangguk menatap kepergian Chanyeol.

*****

Jam istirahat, Jungkook segera menarik Jimin ke belakang sekolah. Sedangkan Namjoon yang melihatnya mengikuti dari belakang.

"Ngaku saja Jim, elo kan yang masang berita itu ke mading?"

Jimin mendongak menatap Jungkook, "Maksud lo apa sih? Gak usah nuduh orang kalau gak ada bukti!"

Jungkook tersenyum sinis menatap Jimin, "Bukti? Jackson udah ceritain semua ke gue. Jadi, ngaku aja kalau itu emang elo!"

Jimin mengepalkan tangannya, menatap tajam Jungkook. "Kalau iya emang kenapa?"

"Jadi, semua itu elo Jim? Kenapa?"

Jimin dan Jungkook tersentak, menoleh mendapati Namjoon yang menatapnya tak percaya.

Jungkook terdiam, tanpa di sadari Jimin di saku seragamnya ada sebuah perekam yang merekam semua yang ia ucapkan.

Ia tadinya ingin menunjukannya pada Namjoon, tapi sekarang Namjoon sudah ada di sini. Dan mendengar semuanya, membuatnya puas meskipun ia merasa bersalah.

Jimin berjalan menuju Namjoon yang menatapnya tak percaya, "Joon, ini gak seperti yang lo kira. Gue.. Gue-"

Namjoon mundur dua langkah, "Gak seperti yang gue kira gimana? Jelas-jelas gue denger sendiri apalagi itu keluar dari mulut lo. Lo kenapa lakuin ini? Karena dia, lo gak terima dia jadi pacar gue?" Namjoon menujuk Jungkook yang melongo.

"Gue-"

Menghela napas, Namjoon menatap datar Jimin. "Gue kira lo temenan sama gue tulus, tapi.."

"Joon, lo tahu kan gue suka sama Jungkook. Dan malah elo deketin!" Jimin menatap Namjoon tak terima.

"Terus, lo mau balas dendam ke gue?"

Jungkook menggaruk rambutnya yang tak gatal, melihat dua orang merebutkannya membuat ia merasa tak nyaman.

Jungkook berjalan mendekati Namjoon, berdiri di samping Namjoon dan menatap Jimin datar. "Lo tau kan gue pacaran sama Namjoon, jadi lo mending move on."

Jimin menatap Namjoon, lalu beralih menatap Jungkook. Mengepalkan tangannya dan pergi dari hadapan mereka.

*****

Bel pulang berbunyi membuat semua siswa berhamburan, termasuk juga Jimin. Ia tengah berjalan menuju rumahnya.

Mengapa semua orang memusuhi gue?

Mengapa semua orang ninggalin gue?

Hoseok? Jungkook? Jackson?

Mereka semua cuma mikirin Namjoon..

Banyak beribu-ribu pria yang rela mengantri untuk mendapatkannya.

Sedangkan gue? Iri? Yaps, gue iri sama Namjoon. Gue akuin, meskipun gue tahu dia sahabat gue. Sahabat dari kecil.

Tapi, Please mikir Jim. Namjoon selalu ada buat lo, dia bahkan rela serahin semuanya buat lo, kalau lo suruh dia lepasin Jungkook mungkin Namjoon bakal nurut.

Setidak tahu dirikah itu gue? Gue berusaha sekuat tenaga buat jatuhin Namjoon, tapi dia selalu percaya sama gue.

Dia selalu anggep gue sahabat, sedangkan gue?

"Jimin?" Jimin tersentak, menatap Yoongi di depannya yang juga menatapnya bingung.

"Lo kenapa?"

Jimin menggelengkan kepalanya, "Gue, gak kenapa-kenapa kok. Lo sendiri ngapain di sini?"

Yoongi tersenyum tipis, "Jalan-jalan. Mau duduk di taman sana?"

Jimin menoleh menatap taman yang di maksud Yoongi, lalu mengangguk pelan dan mengikuti Yoongi ke sana dan duduk.

"Kalau gue perhatiin, lo ada masalah ya? Cerita aja. Siapa tahu gue bisa bantu."

Jimin menatap Yoongi, menggigit bibir bawahnya menimbang-nimbang cerita atau enggak. "Gue berantem sama Namjoon."

Yoongi mengerutkan dahinya bingung, "Berantem? Tumben. Gak biasanya kalian berantem, udah masalah sepele nanti kalian juga baikan sendiri."

Jimin menunduk menatap sepatunya, "Tapi, ini bukan masalah sepele. Gue udah keterlaluan sama dia."

"Emang lo apain Namjoon?" tanya Yoongi penasaran, karena ia tahu dua orang ini selalu bersama kemana-mana. Bahkan terlihat seperti saudara dan hampir tidak pernah berantem.

"Gue udah sebarin penyakit dia ke seluruh sekolah." ucap Jimin lirih namun masih bisa di dengar.

Yoongi melotot, "What?" teriaknya menatap Jimin terkejut 

*****

MONOKROMASI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang