BAB 30

1.2K 142 1
                                    

Seok Jin berjalan menuju kamar kedua orangtuanya dengan mantap sambil membawa sebuah berkas mengenai penyakitnya Namjoon yang selama ini tersembunyi.

Tok.. Tok!

"Masuk."

Seok Jin berjalan memasuki kamar, memperhatikan ayahnya yang sibuk dengan dokumen-dokumen.

"Appa," panggil Seok Jin.

Joonmyeon menoleh memperhatikan anaknya, "Ada apa?"

"Aku mau bicara sesuatu sama appa." Seok Jin menggigit bibir bawahnya berusaha menahan kegugupannya.

"Bicara aja langsung, sini duduk samping appa." ucap Joonmyeon sambil menepuk kursi di sebelahnya.

Seok Jin berjalan ke arah kursi yang di tunjuk Joonmyeon, duduk dan mulai melihat Joonmyeon dengan serius.

"Appa, apa ini bener?" Seok Jin menyerahkan berkas kepada Joonmyeon.

Joonmyeon menerimanya dan mulai membaca, sedetik kemudian ekspresinya berubah.

"Ini, dapet dari mana kamu?" tanya Joonmyeon.

"Appa gak perlu tahu aku dapet dari mana, appa tinggal jawab itu bener apa enggak. Terus alasan kalian menganggap Namjoon gak ada itu karena penyakit ini, kan?"

Joonmyeon melotot menatap Seok Jin, tangannya mengepal. "Bagaimana kamu tahu? Namjoon yang memberi tahu mu?"

Seok Jij terkekeh pelan, lalu menatap Joonmyeon sinis. "Yang benar saja kalau Namjoon memberi tahu ku, dia tidak akan seberani itu. Aku menyelidiki sendiri. Kenapa appa terlihat terkejut? Atau jangan-jangan yang aku katakan itu benar?"

"Tentu saja tidak, itu semua bohong. Namjoon itu suka berakting."

Seok Jin menatap Joonmyeon serius, "Bukannya appa sama eomma yang suka berakting?"

"Kamu, jaga ucapan mu!"

Seok Jin mengangkat sebelah alisnya, "Kenapa aku harus jaga ucapan aku? Bukankah itu benar?"

"Dengar ya, Kim Seok Jin. Namjoon yang berusaha membunuh eomma mu, jadi normal kalau appa memperlakukan dia seperti ini." Joonmyeon menatap Seok Jin dengan geram.

Seok Jin terperanga dengan ucapan Joonmyeon, lalu mulai tertawa pelan. "Dan appa percaya?"

"Tentu saja appa percaya, istri appa tidak akan membohongi saya."

"Oke, jika appa lebih percaya istri kesayangan appa. Asal appa tahu semua yang di katakan istri appa adalah kebohongan. Saran aku appa selidiki lagi deh itu bener atau gak, jangan melakukan sesuatu yang akan membuat appa menyesal."

Joonmyeon berdiri menatap Seok Jin, "Menyesal? Saya tidak akan pernah menyesal. Daripada membuang uang untuk menyelidiki kasus yang jelas-jelas pelakunya Namjoon, lebih baik kamu percaya eomma mu. Ceritanya adalah kejujuran, jangan membela adik mu yang jelas-jelas bersalah."

Seok Jin mengepalkan tangannya, menutup rapat bibirnya. "Ternyata appa benar-benar sudah terbuai sama wanita licik itu.."

"Kim Seok Jin jaga ucapan mu."

"Kenapa saya harus jaga ucapan saya?"

Plak!

Satu tamparan dari Joonmyeon membuat Seok Jin mengepalkan tangannya. Dirinya tak menyangka Joonmyeon, ayahnya yang dulu lembut pada semua anaknya yang bahkan tidak akan pernah main tangan sudah berubah.

Di depannya bukan Joonmyeon yang ia kenal, Joonmyeon yang ia kenal telah terbuai oleh bisikan setan yakni ibunya.

"Terserah, Seok Jin pergi. Dan satu appa, pernikahan aku bakalan aku undur, aku gak mau masalah ini belum selesai dan malah menganggu pernikahan ku."

Seok Jin pergi meninggalkan Joonmyeon yang mengepalkan tangannya, Seok Jin pergi ke kamarnya.

Seok Jin menghela napas dan menutup wajahnya dengan tangan, dirinya tak tahu kenapa semuanya seperti ini.

Awalnya ia percaya dengan cerita Irene membuatnya tak habis pikir. Betapa bodohnya ia pergi sebelum mendengarkan penjelasan Namjoon.

Ia merasa belum menjadi kakak yang baik untuk Namjoon, adiknya. Ucapan Taehyung dan Jennie selalu terbayang dalam benaknya.

"Hyung gak bakal percaya apa yang Taehyung dengar setelah hyung pergi setelah mengobati Namjoon Hyung waktu itu."

"Namjoon Hyung bilang 'Kalau waktu itu Joonie gak dorong eomma, mungkin sekarang Joonie udah gak ada. Karena kenyataannya eomma yang mencoba membunuh Joonie bukan Joonie, tapi kalian semua menyimpulkan sendiri tanpa bertanya' gitu" 

"Ternyata eomma jahat ya sama Namjoon Hyung. Tae gak nyangka."

"Terus nih Jennie juga pernah lihat eomma pukul Namjoon Hyung waktu pulang malem terus juga bilang apa ya, Jennie lupa. Pokoknya sampai Namjoon Hyung nangis. Ihh"

Seok Jin memejamkan matanya, memijat pelipisnya yang terasa berdenyut. Kenapa dia tidak mempercayai ucapan Namjoon?

Dirinya ingin segera bertemu dengan Namjoon dan memimta maaf, Seok Jin melihat ke arah arlojinya. Namjoon pasti masih sekolah.

*****

"Jadi, kita mau kemana?" tanya Jungkook pada Namjoon yang hanya diam.

Namjoon menggelengkan kepalanya, sedangkan Jungkook menatapnya datar. "Bukannya lo udah sering bolos?"

Namjoon mengangguk, "Terus?"

"Heran siswa berprestasi kayak lo sukanya bolos." cibir Jungkook sambil meminum minumannya.

Namjoon menyipitkan matanya menatap Jungkook, "Kenapa emang? Lo iri karena gak bisa bolos kayak gue?"

"Gue iri sama lo? Najis!"

Namjoon berdiri, lalu berjalan keluar cafe dengan Jungkook yang mengikuti setelah membayar.

"Mau kemana?" tanya Jungkook heran.

"Pulang!"

Jungkook memegang tangan Namjoon, membuat Namjoon menghentikan langkahnya dan menatap Jungkook.

"Ini masih jam sekolah, lo gak takut di marahi sama orangtua lo?"

"Udah biasa kena marah. Kenapa? Lo takut kena marah orangtua lo? Udahlah gue mau pulang, gak usah ngikutin gue lagi. Lo bolos aja sendiri kemana gitu."

Namjoon melepaskan tangan Jungkook yang menggenggam pergelangan tangannya, lalu berjalan pulang. Meninggalkan Jungkook yang menatapnya.

"Nyesel deh gue ngikutin itu anak bolos, sekarang mau kemana? Masa pulang, yang ada gue di omelin sama eomma. Kalau balik ke sekolah di hukum pastinya" menghela napas Jungkook memilih pulang ke rumahnya. Bodo amat lah di omelin, daripada di sekolah di hukum. Kalau ditanya tinggal jawab sakit.

*****

MONOKROMASI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang