BAB 32

1.2K 156 3
                                    

Hari ini Hoseok kembali ke sekolah, ia berjalan santai dengan senyum cerahnya. Memasuki kelas dan duduk di bangkunya, melihat ke samping dimana bangku Namjoon dan Jimin berada, namun ia tidak menemukan Namjoon dan hanya melihat Jimin yang membaca buku.

Hoseok duduk di samping Jimin membuat Jimin yang fokus ke bukunya akhirnya menoleh menatap sahabatnya yang sudah beberapa hari tidak masuk sekolah.

"Tumben Namjoon belum datang, Jim? Biasanya dia datangnya pagi-pagi." tanya Hoseok heran.

Jimin tersenyum, "Dia gak masuk sekolah selama tiga hari."

Hoseok menatap Jimin kaget, "Tiga hari? Kenapa? Ada masalah?"

Jimin tersenyum misterius, "Ada orang yang nempel berita tentang penyakit Namjoon di mading, mungkin dia gak masuk gara-gara itu."

Hoseok menatap Jimin serius, "Itu... Jangan bilang yang nempel elo, kan lo gak suka sama Namjoon."

Jimin terkekeh senang dan bertepuk tangan pelan, "Bener, seratus buat lo. Gimana pinter kan gue? Setelah itu Jungkook pasti bakal jauhin Namjoon." ucap Jimin bangga.

Hoseok melongo menatap Jimin, ia tidak mengira sampai begitunya Jimin membenci Namjoon, sahabat dekatnya sendiri yang rumahnya berada di depan rumah Jimin, yang sedari kecil mereka berdua selalu main bersama sampai sekarang.

Hoseok menggelengkan kepalanya, "Lo udah keterlaluan, Jim."

Jimin berhenti tertawa, senyumnya luntur menatap Hoseok datar. "Kenapa? Lo lebih bela dia daripada gue? Lo itu sahabat gue, harusnya lo dukung gue bukan dia."

Hoseok menghela napas, "Jim, Namjoon juga sahabat kita. Gue ngerti lo yang gak suka sama Namjoon gara-gara dia bisa dapetin Jungkook sedangkan lo gak bisa, tapi gak gini juga Jim. Lo gak mikir resikonya? Kalau mentalnya kenapa-napa gara-gara ini gimana? Kalau dia di bully?"

"Makin bagus dong kalau gitu, peluang gue sama Jungkook bakal lebih besar."

"Lo enggak cinta sama Jungkook, lo itu terobsesi karena Namjoon bisa dapetin yang di inginkan sedangkan elo enggak."

Jimin mengepalkan tangannya menatap Hoseok, "Terserah lo mau ngomong apa. Tapi, kalau lo tetep bela Namjoon anggap aja kita gak kenal."

Jimin berdiri dan keluar dari kelas, menggerutu sepanjang jalan meninggalkan Hoseok yang memijat pelipisnya yang terasa berdenyut. "Lo itu kekanak-kanakan."

*****

Hampir setiap hari Jungkook datang ke kelas Namjoon, berharap bisa menemukan Namjoon dan berdebat seperti biasanya. Namun orang yang di carinya tidak masuk sekolah.

Jungkook menghela napas, ia mengingat pernah mengantarkan Namjoon pulang. Ia berniat datang ke rumah Namjoon untuk memastikan Namjoon baik-baik saja.

Bel pulang berbunyi...

Jungkook bergegas merapikan buku-buku yang berserakan di mejanya ke dalam tas, keluar kelas dan berjalan menuju parkiran. Mengendarai motor kesayangannya menuju rumah Namjoon.

*****

Jungkook berhenti di rumah Namjoon, terlihat sepi.

Tok.. Tok.. Tok!

"Permisi!"

Ceklek!

Terlihat seorang wanita parubaya yang Jungkook yakini sebagai ibunya Namjoon membuka pintu dan memandang Jungkook sambil tersenyum, "Iya, cari siapa ya?"

"Namjoon ada? Saya temannya."

Senyum Irene luntur, ia membuka lebar pintunya. "Namjoon ada di kamar di lantai atas. Masuk aja." ucapnya ketus.

Jungkook mengerutkan dahinya mendengar nada bicara wanita itu berubah menjadi ketus.

Jungkook mengangguk dan berjalan ke lantai atas di mana kamar Namjoon berada. Jungkook langsung masuk tanpa mengetuk pintu membuat Namjoon yang berbaring sambil membaca buku tersentak kaget.

Namjoon melotot menatap Jungkook yang masih menggunakan seragam sekolah ada di kamarnya, "Lo, ngapain disini?"

Jungkook mengangkat bahunya acuh, "Main. Kenapa? Gak boleh?"

"Enggak!"

Jungkook langsung duduk di samping Namjoon, memandang Namjoon yang menatapnya kesal. Lucu.

"Lo, kenapa gak masuk sekolah tiga hari? Gue yakin lo gak sakit."

"Bukan urusan lo."

"Besok lo masuk sekolah gak?"

"Kenapa emang? Lo kangen ya sama gue? Kan gue tampan."

"Iya gue kangen, lo udah sering berkeliaran di sekitar gue, jadi lo gak masuk berasa ada yang kurang."

Jungkook memandang Namjoon yang membeku, lalu tersenyum tipis. Lo bukan hanya berkeliaran di sekitar gue, tapi juga hati dan pikiran gue.

"Eh, Joon itu tadi eomma lo? Aneh banget deh. Masa tadi ngomongnya halus banget eh pas gue bilang cari lo jadi ketus. Kenapa? Gue bikin salah?"

"Bukan hanya eomma yang kayak gitu, siapa sih yang suka sama keberadaan gue?" gumam Namjoon lirih, namun masih bisa di dengar Jungkook.

Jungkook diam merasakan ada yang janggal. Menatap Namjoon dalam diam yang mulai sibuk dengan bukunya.

Maksud lo apa Joon? Gak ada yang suka sama keberadaan lo? Tentu saja ada. Gue Joon, gue beruntung banget lo terlahir di dunia.

*****

MONOKROMASI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang