BAB 46

1.2K 141 12
                                    

"Pagi Jungkookie."

Jungkook tersenyum ketika melihat Namjoon datang menemuinya seperti biasa. "Pagi juga, cantik."

Namjoon menghentikan langkahnya, menatap Jungkook dengan tatapan protesnya. "Aku tampan bukan cantik! Coba lihat aku membawakan mu buah."

Jungkook hanya terkekeh melihat kekasihnya yang dengan semangat mengambil buah jeruk dan mengupasnya, lalu menyuapinya.

Jungkook membuka mulutnya, menerima suapan kekasihnya. Ia memegang tangan Namjoon sebelum Namjoon menarik tangannya kembali, Namjoon menatapnya dengan bingung.

"Joon."

"Um?"

"Tunggu sebentar, " Jungkook segera membuka laci kecil di samping ranjangnya. Terlihat kotak merah di tangannya.

Jungkook menatap Namjoon dengan penuh ketulusan, lalu ia membuka kotak merah tersebut. Terpampanglah cincin yang terlihat indah.

"Aku sudah menyimpannya terlalu lama, aku berniat akan memberikan ini pada istri ku nanti. Dan sekarang aku akan memberikannya untuk mu."

Namjoon hanya diam, melihat Jungkook yang memasang cincin tersebut di jari manisnya. Ia masih terpaku, tak percaya bahwa ini benar-benar kenyataan.

"A-aku harap ini bukan mimpi." ucap lirih Namjoon menatap Jungkook dengan harunya.

"Aku menjamin, ini bukan mimpi. Mau memasangkan untuk ku?"

Namjoon mengangguk semangat, meraih cincin satu lagi dan memasangkannya di jari Jungkook.

"Cantik, bukan?"

"Ya."

Namjoon sangat tersentuh, sepuluh jarinya dan Jungkook terjalin bersama. Cincin mereka saling bergesekan. Namjoon berdiri dengan ringan ia segera memeluk Jungkook, dan mencium bibirnya.

Jungkook tersenyum, namun tiba-tiba ia menyemburkan darah. Membuat Namjoon berteriak panik, Jungkook merasa sesak. Sangat sakit, rasanya seperti ribuan pisau menusuk dadanya dan mengoyaknya. Sakit sekali.

Dengan samar Jungkook melihat Namjoon yang menangis memanggil namanya sebelum semuanya menjadi gelap

*****

"Hyung, gimana keadaan Jungkook?"

Namjoon menatap Jongin yang menatapnya cemas, "Belum tahu. Oh iya, gue belum hubungi orangtua Jungkook, gue lupa minta nomernya. Lo punya?"

Jongin mengangguk, membuka ponselnya dan menghubungi orangtua Jungkook. Setelah selesai, Jongin segera memasukan ponselnya ke saku celananya.

Jongin menatap Namjoon yang penampilannya terlihat kacau, mata sembab, pakaian acak-acakan membuat Jongin meringis.

"Hyung, mending lo pulang aja. Istirahat, nanti gue bakal kasih tahu lo kok kalau Jungkook udah sadar."

Namjoon menggeleng, "Gak bisa, gimana kalau Jungkook cari gue saat dia sadar?"

Jongin hanya menghela napas melihat Namjoon yang keras kepala, di antara ia dan orangtua Jungkook, ia tahu Namjoon adalah orang yang paling sering menemani Jungkook. Bahkan Namjoon rela setiap hari menginap di ruang Jungkook, hanya karena takut Jungkook merasa kesepian.

"Hyung, dengerin gue. Kalau Jungkook sadar terus lihat lo yang keadaan kacau kayak gini dia pasti sedih. Mending lo pulang aja, ada gue sama ortu Jungkook yang bakal Jaga dia."

Namjoon terdiam, lalu dengan ragu mengangguk. "Yaudah gue pulang dulu. Lo jaga dia ya."

Jongin mengangguk.

MONOKROMASI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang