BAB 31

1.1K 146 4
                                    

Jungkook menghentikan langkahnya menatap Jackson yang tiba-tiba muncul dan menghalangi jalannya.

Jungkook mengerutkan dahinya menatap nyalang Jackson, "Ngapain lo?"

Jackson memutar matanya menatap malas Jungkook, "Gue perlu bicara sama lo."

Jungkook berdecak kesal menatap Jackson, "Gak ada waktu. Sana pergi, gue mau pulang."

"Kasih gue waktu. Ini penting, gue tahu siapa pelaku yang udah masang berita itu di mading."

Jungkook menatap Jackson malas, lalu menganggukkan kepalanya. "Yaudah, ayo jangan lama-lama."

Jackson tersenyum lebar, berjalan terlebih dulu memasuki cafe tadi dan Jungkook mengikutinya.

"Lo bolos buat nyari gue cuma bicara tentang pelakunya? Seberapa penting Namjoon buat lo?" tanya Jungkook tiba-tiba setelah mereka duduk.

Jackson memutar matanya malas, "Ini bukan waktunya buat bicara tentang kecemburuan lo. Gue gak bakal rebut Namjoon dari lo, kecuali dia sendiri yang datang ke gue."

Tatapan Jungkook semakin dingin, wajahnya gelap. "Gak usah basa-basi, Cepet bicara siapa pelakunya?"

Jackson tersenyum sinis, "Pelakunya Park Jimin sahabat dekat Namjoon."

Jungkook diam sesaat, lalu tersenyum sinis. "Udah gue duga, orang itu sahabatan sama Namjoon gak tulus."

Jackson menatap datar Jungkook, "Lo sadar gak sih, Jimin lakuin itu gara-gara lo. Dia suka sama lo, tapi lo malah suka sama Namjoon."

"Gue suka sama Namjoon atau gak itu bukan urusan elo."

"Kalau lo gak suka dia, mending lo lepasin aja dia buat gue." Jackson tersenyum manis, tapi di depan Jungkook senyumnya tidak ada manis-manisnya malah terlihat menjijikkan.

"Dan membuat Namjoon berakhir sama kayak Mark? Sorry gue gak bisa." Jungkook menatap sinis Jackson.

"Itu kecelakaan!"

"Terserah, intinya kalau lo berani deketin Namjoon lo berhadapan sama gue."

Jungkook berdiri dan pergi dari hadapan Jackson yang wajahnya memerah karena marah.

*****

Sekarang Jungkook berada di dalam taxi dia akan pulang dan menerima resiko kalau uang jajannya di potong.

Jungkook menatap ponselnya dan menghubungi Chanyeol, dia tahu Chanyeol berada di kota ini setelah Chanyeol menghubunginya.

"Hallo? Jungkook, ada apa?"

"Gue mau nanya. Lo dokter, kan?"

Terdengar suara tawa dari seberang sana, "Iya."

"Buta warna monokromasi bisa di sembuhkan gak?"

"Setahu gue buta warna monokromasi itu langka dan belum ada cara buat penyembuhannya."

Jungkook menghela napas, "Oh yaudah thanks ya."

"Kenapa lo tanya itu? Jangan-jangan pacar lo yang punya penyakit itu."

"Ngomong apaan sih lo, masih belum pacaran."

"Masih belum? Oh masih pendekatan? Gue doain pacaran biar lo gak jom-"

Jungkook langsung mematikan panggilanya, memijat pelipisnya dan menyenderkan tubuhnya.

Sedangkan Chanyeol menggerutu saat Jungkook mematikan panggilanya padahal ia belum selesai bicara.

*****

Namjoon pulang ke rumah, terlihat sepi dan langsung pergi ke kamarnya.

Ia pikir semuanya sedang keluar atau kemana. Ia tidak menyangka Seok Jin ada di dalam kamarnya.

"Hyung, ngapain di kamar Joonie?"

Seok Jin menoleh menatap Namjoon yang sudah pulang, lalu melihat arlojinya. "Ini masih jam sekolah, kenapa kamu udah pulang?"

"Itu... Itu... Joonie gak enak badan jadi pulang dulu."

Seok Jin mengerutkan dahinya, "Kamu sakit?"

Namjoon buru-buru mengangguk.

"Yaudah, kamu istirahat. Hyung mau keluar sebentar. Nanti kita bicara lagi." Seok Jin mengusap rambut Namjoon sayang dan tersenyum, membuat Namjoon terpaku.

Dengan kaku Namjoon mengangguk, menatap kosong pintu yang tertutup. Ia menyentuh rambutnya. Setelah sekian lama, ada salah satu dari keluarganya yang mengusapnya. Meskipun bukan orangtuanya, tapi tetap saja ia merasa bahagia.

*****

MONOKROMASI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang