BAB 34

1.1K 156 7
                                    

"Kook, lo pulang aja ya. Gue lagi gak mood main sama lo," sahut Namjoon setelah ia keluar dari rumahnya.

Jungkook menoleh menatap Namjoon, "Tapi-"

"Udah, lo pulang aja obatin luka lo. Sorry ya, lo jadi lihat kejadian ini. Anggep aja lo gak lihat apa-apa, bye!"

Jungkook terdiam, memperhatikan Namjoon yang pergi dengan mobilnya. Menghela napas ia memilih mengikuti Namjoon dengan motornya, bagaimana dirinya bisa pulang dengan tenang di saat pujaan hatinya merasa sakit?

*****

Namjoon mengendarai mobilnya dan melihat taman yang sering ia kunjungi. Ia menepikan mobilnya dan duduk di taman itu.

Namjoon menghela napas, memperhatikan anak kecil yang bermain dengan keluarganya. Rasanya ia ingin sekali kembali ke masa lalu, kembali ke masa dimana ia belum tahu kejamnya dunia, kembali ke masa lalu dimana ia sangat dekat dengan keluarganya sendiri.

Tes.

Tes.

Tes.

Hujan turun dengan tiba-tiba membuat orang segera berlari mencari tempat berteduh, namun tidak dengan Namjoon. Ia suka hujan, karena di saat hujan ia bisa menumpahkan semua kesedihan yang ia rasakan tanpa takut orang lain melihatnya menjadi begitu rapuh.

Hujan turun dengan deras seolah tahu Namjoon butuh hujan untuk menyembunyikan air matanya, "Namjoon rindu eomma, rindu appa, rindu pelukan kalian  Joonie ingin di peluk seperti dulu, di cium seperti Jennie, di manjakan seperti Taehyung, dan di banggakan seperti Seok Jin Hyung. Joonie benci diri Joonie, Joonie benci takdir Joonie. Kenapa? Kenapa?"

Namjoon menekuk lututnya dan menenggelamkan kepalanya disana, "Joonie selalu berharap eomma dan appa akan memeluk dan mencium Joonie. Joonie bodoh, sangat bodoh mengharapkan sesuatu yang tidak akan pernah menjadi kenyataan."

Namjoon berdiri dan berbalik. Terkejut menatap Jungkook di belakangnya, "Enggak. Namjoon nya Jungkook gak bodoh."

"Jungkook," ucap Namjoon lirih, air matanya terus mengalir dan berbaur dengan rintik hujan.

Jungkook melangkah mendekati Namjoon dan merengkuhnya dalam dekapannya, Namjoon tidak menolak. Namjoon menenggelamkan wajahnya pada dada bidang Jungkook, karena sekarang ia butuh pelukan yang hangat. Sudah berapa tahun dia tidak merasakan hangatnya pelukan?

"Joon, lo gak sendiri. Ada gue yang akan selalu ada di samping lo." Jungkook membelai rambut Namjoon sayang.

Namjoon mendongak menatap Jungkook, "Elo, kenapa ada di sini? Kenapa lo selalu ada di saat gue butuh?"

Jungkook tersenyum, "Karena lo segalanya buat gue."

Namjoon mengerjap menatap Jungkook bingung, "A-apa?"

Jungkook melepaskan pelukannya, berlutut di hadapan Namjoon dan menggenggam erat tangan Namjoon.

Jungkook menatap Namjoon serius, "I love you, Kim Namjoon. Will you be mine?"

Namjoon menatap Jungkook terkejut, "Lo serius?"

"Gue gak pernah bercanda. Jadi, lo mau gak jadi pacar gue?"

Namjoon terdiam sesaat, lalu ia mengangguk mantap. "Yes, i will"

Jungkook berdiri, memeluk erat Namjoon nya. Sekarang Namjoon menjadi miliknya, milik Jeon Jungkook!

Cup!

Jungkook mencium dahi Namjoon sayang, sekarang dengan di saksikan hujan dan taman ini. Namjoon menjadi miliknya, miliknya yang harus ia jaga, miliknya yang tidak akan pernah ia lukai.

Jungkook melihat Namjoon yang wajahnya memerah, mengusap lembut pipi Namjoon dan menggenggam erat tangannya.

"Pulang?"

Namjoon mengangguk, "Gue gak mau pulang ke rumah," ucapnya lirih.

Jungkook terdiam, menatap lembut Namjoon, "Ke rumah aku? Mau? Aku gak bakal apa-apain kamu."

Namjoon memerah mendengar ucapan Jungkook yang ambigu, lalu menganggukkan kepalanya pelan.

*****

Uwuu akhirnya mereka jadian nih 😉 maap nih gak uodate lama gada kuota soalnya mwheehhehe semoga ttp suka..
See yu..

MONOKROMASI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang