BAB 20

1.2K 140 6
                                    

"Oppa, Jennie mau ketemua sama Namjoon Oppa. Dari kemarin-kemarin appa sama eomma gak ngebolehin Jennie ketemu Namjoon Oppa" adu Jennie pada Seok Jin yang baru datang.

"Nanti ya, kalau kamu udah sembuh" ucap Seok Jin membujuk.

"Jennie maunya sekarang, Jennie gak mau makan kalau gak ada Namjoon Oppa!" bentak Jennie.

"Jennie, oppa kamu itu gak baik. Dia gak pulang beberapa hari, dia cuma pembawa sial nanti kamu ketularan" sahut Irene sambil memotong apel.

"Tapi, Jennie mau Namjoon Oppa!!!" teriak Jennie.

"Tidak!" ucap Joonmyeon dingin.

"Appa sama eomma jahat!" teriak Jennie.

"Siapa yang mengajari mu berbicara seperti itu? Pasti oppa kamu yang berandalan itu!! Dia harus di kasih hukuman, karena sudah memengaruhi mu!"

"Appa, Namjoon Oppa gak salah apa-apa"

Plak!

Irene menampar Jennie, ia geram jika anaknya ini selalu rewel ingin bertemu Namjoon.

"Berhenti membela oppa mu, Jennie" Irene menatap Jennie yang mulai menangis.

"Eomma!" teriak Seok Jin memeluk Jennie, mengelus rambutnya pelan mencoba menenangkan adiknya.

"Sayang, maafin mama" ucap Irene menyesal, ia langsung memeluk Jennie.

"Appa akan menghukum Namjoon, karena kekacauan ini"

Seok Jin menatap Joonmyeon tajam, "Tidak! Aku akan bawa Namjoon ke sini"

"Tidak boleh!"

"Dengan atau tanpa persetujuan appa!" ucap Seok Jin datar dan langsung pergi meninggalkan Irene yang sedang mengepalkan tangannya marah.

Sialan! Semunya gara-gara anak sialan itu, coba aja kalau dia gak ada di dunia ini. Pasti keluarga aku bakal tenang.

*****

Terlihat Jimin yang sedang menatap keluar jendela kelasnya, iris matanya menangkap Namjoon dan Jungkook yang sedang berjalan berdua.

Jimin menyipitkan matanya berharap bisa melihat lebih jelas karena jarak antara mereka cukup jauh.

Ia menatap Namjoon tajam. Sialan! Kenapa rencana gue kemarin gak bergasil coba, harusnya Jungkook tahu kalau Namjoon itu cacat terus dia bakal ninggalin Namjoon. Tapi, kenapa malah makin deket aja sih. Gue harus cari cara lain!

Jimin segera mengangkat tangannya, "Pak, saya mau ke UKS soalnya ayam saya sakit. Jadi, saya mau balik dulu ke rumah, terus balik lagi ke sini bawa ayam saya. Biar ayam saya dapat perawatan gratis" ucap Jimin asal dan langsung berlari keluar kelas.

"Em, pak. Saya mau ikutan jemput ayamnya Jimin, soalnya ayamnya Jimin kan suka sama saya. Jadi, biar bawanya mudah" tambah Hoseok dan langsung keluar mengejar Jimin.

Guru di kelas melongo melihat kelakuan mereka, sementara murid di kelas sudah tertawa terbahak-bahak.

"Jim" panggil Hoseok menahan tangan Jimin, Jimin menoleh menatap Hoseok.

"Kenapa lo di sini?"

Hoseok menatap Jimin bingung, "Harusnya gue yang tanya kenapa lo keluar kelas tiba-tiba? Pakai alasan gak jelas lagi"

Jimin mengubah raut wajahnya menjadi sedih, ia segera menarik tangan Hoseok menuju kantin.

"Kenapa ke kantin? Lo laper?" tanya Hoseok.

Jimin menggelengkan kepalanya, ia menunjuk ke satu sudut paling belakang. Hoseok menatap tempat yang Jimin tunjuk, matanya segera membola.

"It-itu kan Jungkook, dia sama Namjoon? Makan? Berdua? Padahal Namjoon tahu lo suka sama Jungkook, tapi dia-" ucap Hoseok tak percaya, sementara Jimin tersenyum sinis.

"Gue gak tahu, Namjoon setega itu sama gue. Dia rebut Jungkook dari gue" Jimin masih mempertahankan wajah sedihnya.

Hoseok menggelengkan kepalanya, "Enggak, pasti Namjoon gak ada niatan buat rebut Jungkook lo. Pasti ini kesalah pahaman"

Hoseok menatap Jimin, lalu memegang tangan Jimin, "Udah, lo percaya aja sama Namjoon. Dia gak bakal lakuin itu. Udah ya gue mau balik ke kelas dulu, bye"

Hoseok segera pergi menuju kelasnya, meninggalkan Jimin yang menatap Namjoon dan Jungkook dingin.

*****

MONOKROMASI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang