BAB 21

1.3K 147 9
                                    

Bel pulang berbunyi.

Namjoon pulang dengan berjalan kaki, namun ia di kejutkan dengan sebuah mobil hitam yang berhenti di sampingnya.

Mengerutkan dahinya Namjoon mengangkat bahu acuh, lalu mulai melanjutkan langkahnya.

"Joonie"

Namjoon menoleh menatap orang yang memanggilnya, "Seok Jin Hyung?"

"Joonie, ayo ikut hyung. Jennie selalu merengek untuk bertemu dengan mu"

"Joonie gak bisa."

"Kenapa? Demi Jennie, ikut hyung," Namjoon dengan ragu mengangguk dan Seok Jin segera menggandeng Namjoon menuju mobilnya menuju rumah sakit.

*****

Namjoon menyusuri koridor rumah sakit dengan menundukkan kepalanya, Namjoon meringis ketika ia menabrak seseorang.

Namjoon mendongak, sedetik kemudian ia membulatkan matanya. "Appa"

Joonmyeon memandang Namjoon dingin, lalu beralih menatap Seok Jin. "Kamu pergi ke ruangan Jennie, biar Namjoon sama appa"

Seok Jin menatap dengan ragu, "Tapi-"

"Appa bilang pergi!"

Seok Jin tidak punya pilihan. Ia segera melepaskan genggamannya dan pergi menuju ruangan Jennie, meninggalkan Namjoon yang berkeringat dingin.

Melihat Seok Jin pergi, Joonmyeon segera mengambil tangan Namjoon dan dengan paksa menyeretnya ke mobil.

Namjoon hanya diam dan menurut ketika ayahnya menyuruhkan masuk, Joonmyeon mengendarai mobil dengan kecepatan penuh menuju rumahnya.

Setelah sampai, ia segera menarik Namjoon ke dalam kamarnya tidak lupa mengunci pintunya, Namjoon hanya diam dan berdoa semoga ayahnya tidak menghukumnya.

Namjoon berdiri di kamarnya, menatap sendu Joonmyeon. Bahkan di pelupuk matanya terlihat ada genangan air mata di sana, Namjoon menundukkan kepalanya dengan gusar menatap sepatunya.

Ia tidak berani mendongakkan kepalanya, jika ia mendongak iris matanya akan bertemu dengan iris mata Joonmyeon yang sekarang menatapnya tajam.

Melihat Joonmyeon berdiri gagah di depannya dengan biasa saja tanpa ada niat mencari Namjoon setelah beberapa hari tidak pulang ke rumah membuat Namjoon tersenyum kecut.

Karena memang beberapa hari ia pergi ke rumah sakit untuk menengok Jungkook, jika ia pulang pun akan pergi ke rumah Yoongi.

Namjoon mendongak menatap Joonmyeon yang menatapnya tajam, "Appa, apa kabar?"

Namjoon tersenyum miris, "Baik kan? Kan Joonie gak ada di rumah selama beberapa hari"

"Jennie apa kabar?"

Joonmyeon masih diam, menatap Namjoon dengan tatapan penuh kebencian.

Plak!

Wajah Namjoon menghadap kanan, pipi kirinya terasa panas. Ia bisa merasakan darah yang mengalir dari sudut bibirnya.

Namjoon tersenyum kecut, lalu sedetik kemudian ia terkekeh sinis. Sekarang di matanya tidak ada kelembutan lagi.

"Jennie apa kabar?" Namjoon mengulangi pertanyaannya.

Joonmyeon melangkah ke arah Namjoon, hingga tinggal selangkah lagi dan Joonmyeon berhenti.

Dengan gerakan cepat, Joonmyeon mencengkram leher Namjoon. Namjoon memejamkan matanya, menahan nyeri dan tubuhnya mulai melemah.

"Le-lepas" ucap Namjoon lemah.

"Gak akan. Sampai kamu mati pun saya tidak akan melepasnya"

Tangan Namjoon berusaha melepas cengkraman Joonmyeon, namun ia tidak punya tenaga karena kehabisan oksigen.

"Kamu tahu, betapa terpukulnya saya mendengar kabar bahwa dulu kamu mencelakai istri saya? Dan sekarang kamu datang ke rumah saya tanpa dosa?"

Air mata yang sedari tadi Namjoon tahan akhirnya mengalir.

"Ap-appa lepas" bisik Namjoon.

"Kamu datang tanpa dosa ke rumah saya, kenapa kamu tidak mati aja sekalian?" Joonmyeon mengeratkan cengkramannya.

Wajah Namjoon pucat pasi. Napasnya tersenggal-senggal.

Brak!

Pintu kamarnya terbuka lebar, Namjoon tidak tahu siapa yang datang karena badannya sudah sangat lemas.

"Apa yang kau lakukan pada Namjoon Hyung?! Appa lepas!"

Joonmyeon terkejut dan langsung melepaskan cengkramannya membuat Namjoon langsung jatuh ke lantai.

Dan akhirnya Namjoon tidak sadarkan diri.

*****

MONOKROMASI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang