"Ada dua hal yang berbeda, orang yang kita sayang, dan orang yang kita cintai."
🍂
🔊turn on music🔊
🍂
"Hmm.."
"Ayo apa nih?" Tanya Yeji penasaran.
"Sebelum itu, gue mau cerita sesuatu. Tadi, gue ketemu sama Soobin di kafe ini-"
"HAH GIMANA GIMANA GILA GIMANA." Potong Yeji dengan semangat.
"Jangan dipotong dulu, terus tadi dia lagi makan berdua sama cewek, cantik. Mereka keliatan deket banget, ngomongnya juga aku kamu. Terus udah tuh ya, mereka mau pulang, nah Soobin tuh nggak langsung keluar dari sini, dia nunggu dulu di depan pintu masuk, sambil, gue gak mau geer sih, tapi gue sama dia liat-liatan lumayan lama. Terus udah deh dia pulang." Ucap Lia sambil menopang kepalanya dengan tangan kanannya.
"HAH CEWEK!? Hmm siapa ya? Ih sumpah gue penasaran banget, ciri-cirinya?" Tanya Yeji semangat.
"Hmm, rambutnya coklat sebahu, tapi sedikit lebih panjang, cantik." Ucap Lia.
"Itu aja? Hmm, besok kita cari orangnya." Ucap Yeji.
"Ih ngapain sih, nggak ada kerjaan tau nggak." Ucap Lia.
"Ck, lo suka nggak sih sama dia?" Tanya Yeji.
"Ng-nggak tuh, ngapain dah, dia juga udah punya pacar." Ucap Lia.
"Hmm, oke bisa jadi mereka berdua pacaran, tapi masa lo nyerah sih." Ucap Yeji.
"Ya kan gue nggak suka sama dia." Ucap Lia.
"Ih ah lo mah, yakin nggak suka nih? Dikit aja nggak gitu?" Tanya Yeji.
"Ng-nggak, dikit sih, dikit banget." Ucap Lia.Lia jelas berbohong, ia tahu ia menyukai Soobin, seniornya itu, namun atas apa yang dilihatnya tadi, tentu saja ia menjadi ragu. Meskipun ia tak mau menyimpulkan dengan cepat atas apa yang ia lihat.
"Mungkin lama-lama perasaan lo itu tumbuh-tumbuh dan tumbuh. Menurut psikologi, kalo kita baru nyeritain orang yang kita suka sama orang lain perasaan itu bisa nambah tau nggak." Ucap Yeji.
"Ih apaan dah Yeji, lagian tumben banget bawa-bawa psikolog." Ucap Lia.
"Tapi suka kan?" Tanya Yeji.
"Nggaaakkk apaan sih." Ucap Lia sambil tersenyum.
"Tuh kan senyum tuh kan, berarti suka hahahahah." Ucap Yeji sambil tertawa.
"Ah tau ah males." Ucap Lia.
"Udah ah, pesen makan yuk."
"Yaudah, mbak!!" Panggil Lia.
~~"HAH LO BILANG GITU KE RYUJIN!?" Teriak Chaewon dari ponsel Soobin.
"Iya."
"Bin, em, ck, oke gue tau lo gak mau bohong ke dia lagi, BUT THIS IS SO WRONG. Ketika lo bilang lo mau kayak biasa aja, IT'S TOTALLY WRONG."
"Oke iya gue emang nggak tau perasaan cewek, gue emang salah, gue egois, tapi, gue bingung Che, gue bingung."
"Malem ini kita bertiga kumpul, gue mau ngomong beneran, kita kumpul di tempat biasa."
"Harus banget apa?"
"Iyalah Bin, udah gue mau WA Yeonjun dulu, gue terlalu bingung harus ngomong apa lagi."
"Ya sorry Che."
"Udah, jangan minta maaf ke gue, malem ini kita omongin semuanya."
"Oke, thanks ya."
"Ya ya."Soobin pun mematikan ponselnya. Ia begitu bimbang atas apa yang telah ia lakukan, dan Lia, ia mungkin salah paham kepada Ryujin dan dirinya. Semua begitu rumit baginya, dan tahun depan, Soobin akan lulus karena ia akan menyelesaikan program cumlaude nya, baginya, setahun bukan waktu yang lama, setidaknya jika bisa, ia sangat ingin dekat dengan Lia, ia juga berharap Lia tak terlalu memikirkan atau salah paham terhadap dirinya. Ia sudah punya rencana, jika ia lulus, ia akan bekerja di New York sebagai pengacara. Karena sudah banyak firma yang menawarkan lowongan pengacara kepadanya. Dan salah satu pilihannya jatuh kepada New York.
Soobin memilih membuka laptopnya, ia menyicil untuk menyelesaikan skripsi nya tahun ini.
"Semoga tahun ini selesai, Aamiin!!"
~~
"Udah udah gue ngerti kok rasanya." Ucap Jeno yang kini mengusap air mata Ryujin.
"Emang gak boleh ya sayang sama orang yang udah sayang sama orang lain?..."Ucap Ryujin sambil menangis.
"Boleh, nggak ada yang ngelarang." Ucap Jeno sambil tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us [LIA & SOOBIN]
Teen Fiction[SELESAI] Soobin, seorang ketua BEM yang di kenal dengan kepintaran dan keramahannya. Lia, seorang anak dari keluarga selebritis terkenal. Apa semesta mau menyatukan kedua orang berbeda ini? "Aku seneng, semesta ngebiarin aku untuk kenal sama kamu."...