"Akan ada waktunya, dimana kita sadar mana yang harus dipertahankan dan di ikhlaskan."
🥀
🔊turn on the music🔊
🥀
"Ternyata aku emang se enggak penting itu ya sekarang?"
Ryujin pun ikut keluar dari ruangan BEM, kali ini ia mencoba menahan dirinya untuk tak menangis, rasa sesak di dadanya seakan ingin meledak.
Tapi sayangnya ia gagal lagi, setetes air matanya jatuh ke lantai.
"Semesta emang maksa banget ya, buat aku ngeikhlasin kamu. Mungkin cuma aku yang sekeras kepala ini, buat tetep nungguin kamu, yang bahkan hatinya bukan buat aku."
🎠
Lia dan Yeji akhirnya menyelesaikan kelas terakhirnya.
"Akhirnya selesai juga yuhuu!!" Ucap Yeji yang kini merapikan barang-barangnya.
"Iya, akhirnya selesai juga." Ucap Lia yang kini juga memasukan barang-baranya ke dalam tas.
"Cie yang mau pulang sama kaka BEM." Ucap Yeji yang kini menyenggol-nyenggol Lia.
"Apaan sih ah, udah deh." Ucap Lia.
"CIE SALTING CIE, EAK LIA SALTING."
"Yeji sstt! Kenceng banget tau nggak."
"Jadi udah ada skenario apa?"
"Hah? Skenario?"
"Ya siapa tau mau dipeluk dari belakang, biar kek film Dilan gitu EHE."
"Nggak ya! Nggak gitu." Ucap Lia yang memukul pelan bahu Yeji.
"Iya deh iya ampun nyonya."Lia dan Yeji pun keluar dari kelas, baru saja melangkah, terlihat. Soobin sedang bersandar di tembok kelas, menunggu Lia keluar, dan ya, tentu saja para mahasiswi yang keluar secara bar-bar ada yang langsung membicarakan serta melihatnya, ada yang teriak secara tiba-tiba juga. Jelas itu membuat Soobin antara percaya diri dan risih.
Yeji kini menyenggol-nyenggol pelan Lia, sambil melirik. Lia yang sudah menyadari keadaan Soobin langsung berkeringat dingin, jantungnya berdetak dua kali lipat lebih cepet dari yang biasanya.
"Langsung aja yuk?" Ucap Soobin, sambil menegakkan postur tubuhnya.
"Eh i-iya." Ucap Lia.
"Semangat coy pffft." Bisik Yeji.Soobin pun meninggalkan kelas Lia, diikuti oleh Lia, sekarang mereka berdua berjalan beriringan sambil malu-malu.
"Nan-nanti mau mampir makan dulu nggak?" Tanya Soobin sambil mencoba mengalihkan pandangannya dari Lia karena ia tak bisa berhenti tersenyum.
"Em, bo-boleh, tapi makan di pinggiran aja mau nggak?"
"Pinggiran? Eh? Serius? Padahal aku mau ngajak ke kafe gitu."
"Nggak apa-apa, biar ada angin sepoi-sepoi." Ucap Lia.
"Hahahahah." Soobin hanya bisa tertawa melihat Lia yang tak seperti yang ada di pikirannya.
"Ih kok malah ketawa? Emang kenapa kalo makan di pinggiran?"
"Ya nggak, aku kira kamu kan nggak suka makan di pinggiran gitu." Ucap Soobin.Tak terasa mereka sudah sampai di parkiran. Soobin pun mengeluarkan motornya dari parkiran dan menaikinya.
"Nih helm nya." Ucap Soobin sambil memberi Lia helm nya dan tersenyum.
Lia tak bisa berkata-kata, melihat senyum Soobin yang begitu manis ditambah lesung pipit yang ada di kedua pipinya.
"Manis banget tolong, ya Tuhan, jodohin dong, eh astagfirullah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us [LIA & SOOBIN]
Teen Fiction[SELESAI] Soobin, seorang ketua BEM yang di kenal dengan kepintaran dan keramahannya. Lia, seorang anak dari keluarga selebritis terkenal. Apa semesta mau menyatukan kedua orang berbeda ini? "Aku seneng, semesta ngebiarin aku untuk kenal sama kamu."...