"Sesungguhnya itu tidak apa-apa jika kamu merasa tidak baik."
🥀
🔊turn on the music🔊
🥀
"Apa gue nembak Lia pake bahasa Korea aja ya, biar anti mainstream kan. Sama kasih seblak, kan. Terus kasih air minum biar nggak seret." Ucap Soobin yang sekarang sudah pulang ke kosan nya itu.
"Sekarang jam berapa sih?"
Soobin pun melihat jam tangannya, sekarang sudah jam 7 malam.
"Ke rsj ah kangen sama mama. Udah lama juga nggak kesana."
Soobin pun langsung keluar dengan sepedanya, ia malas menggunakan motor, belum lagi bensin yang harganya akan semakin naik. Ia tentu akan mengirit pengeluaran dan lebih memilih naik sepeda.
Soobin pun pergi ke rumah sakit jiwa yang tidak terlalu jauh dari rumahnya dengan sepeda vintage yang di berikan oleh ayahnya saat sebelum kuliah.
🧶
"Kalo kamu emang nggak bisa ikutin apa yang papa mau, nggak usah pake semua fasilitas yang papa kasih." Ucap Papa kepada Lia.
Ruang makan yang besar itu sekarang menjadi hening. Lagi-lagi Lia terjebak lagi dengan topik ayahnya dan pendidikannya.
"Ya aku cuman nggak mau papa ngebantuin aku saat aku udah kerja keras untuk nge achieve sesuatu. Papa tau kalo aku pergi, kemanapun, dapet nilai bagus, kerjaan bagus, pasti mereka selalu mikir kalo aku nyogok dan karena papa itu pejabat!?" Ucap Lia.
Mama yang sedari tadi berusaha menenangkan keduanya, kini ikut terdiam juga. Ia mengerti apa yang Lia mau, hanya saja sulit untuk melakukannya, memang papa nya Lia tidak pernah mau ada anggota keluarganya yang terlihat terbelakang, semuanya harus sempurna, tapi melihat ternyata kedua anaknya itu merasa sangat tertekan membuat dirinya juga merasa sedih.
"Kalo emang papa lebih milih buat kayak begini terus-terusan, oke. Aku juga nggak mengharapkan semua fasilitas ini. Aku bakalan pulang ke Korea, pake uang aku sendiri, dari kerja keras aku sendiri dan aku bakalan kuliah s2 di Harvard. Itu yang papa mau kan?"
Wajah Lia merah padam. Matanya kini berkaca-kaca.
"Pa udah, stop. Lia udah berjuang sebisa dia, papa nggak bisa apa hargain dia sedikit? Dulu dia belajar habis-habisan, nggak punya temen sama sekali, itu juga karena papa, Lia capek dan aku—"
"JAEMIN!! Papa udah fasilitasin kalian berdua, kenapa nggak ada bersyukurnya sih? Malah ngelawan orang tua, kalian masih punya otak nggak sih!?" Ucap papa yang kini berdiri dari kursinya sambil menunjuk-nunjuk Lia dan Jaemin.
"YA COBA AJA PAPA TANYA SAMA DIRI PAPA SENDIRI KENAPA KITA KAYAK GINI!" Bentak Lia sambil pergi dari ruang makan dan pergi ke kamarnya sambil mengusap air matanya.
"LIA!!" Bentak Mama.
Jaemin yang melihat keluarga yang malah hancur begini juga meninggalkan ruang makan dan pergi ke kamarnya sambil meneteskan air mata. Bohong kalau Jaemin baik-baik saja selama ini, penyakit anxiety dan self harm yang menghantui Na Jaemin selama ini tadinya bisa ia stabilkan dengan baik, bahkan ia memang sudah jarang pergi ke terapis. Namun, dampak dari keluarga nya yang diujung tanduk begini bisa membuatnya kumat seperti dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us [LIA & SOOBIN]
Teen Fiction[SELESAI] Soobin, seorang ketua BEM yang di kenal dengan kepintaran dan keramahannya. Lia, seorang anak dari keluarga selebritis terkenal. Apa semesta mau menyatukan kedua orang berbeda ini? "Aku seneng, semesta ngebiarin aku untuk kenal sama kamu."...