Percayalah menangis tanpa suara rasanya menyakitkan
--Arainie citra feby--
***
Rain hanya terdiam kaku layaknya patung yang tak ada dayanya Rain tidak pernah melihat Papah nya semarah ini dengan dirinya.
"Rain jawab papah!" pinta Papah Rain tegas.
"Ak-u tadi abis kerja kelompok di rumah teman pah," balas Rain gugup.
"Rain bohong Pah tadi Liona liat dia di antar pulang sama cowok" sela Liona.
Rain kaget akan kehadiran Liona kakak tirinya yang sangat ia benci sedari dulu.
"Sudah pintar bohong kamu!!"
"Pah Rain gak bohong, Rain pulang dari sekolah langsung ke rumah teman untuk kerjain tugas," jelas Rain yang berharap di mengerti oleh papah nya.
"Ngerjain tugas sampai malem gini mana ada" sahut Liona
"Benar kata kakak mu, kemana aja kamu sampai malem gini?" tanya Papah Rain menatap Rain penuh tanya.
"Pah plis percaya sama Rain sekali aja, Rain gak bohong Pah, Rain beneran kerjain tugas di rumah teman," balas Rain memohon.
"Jangan percaya Pah" tindas Liona.
"Liona diam lo," ujar Rain yang sudah sangat kesal dengan sikap Liona.
"Rain jaga bicara kamu, jangan seperti itu dengan kaka mu!" omel papah Rain memperingati.
Rain terdiam cukup lama karna ucapan papahnya, ia ingin sekali naik ke kamarnya dan menangisi dirinya sendiri yang selalu salah di mata papah nya.
"Kenapa sih gua selalu salah di mata papah kenapa!" teriak Rain dalam hati.
"Papah gak pernah ngajarin kamu gak sopan sama kaka kamu !"
Rain tidak menjawab ucapan papah nya ia hanya diam dan menundukkan kepalanya untuk menahan air mata yang ingin kelur dari kedua kelopak matanya.
"Angkat kepala kamu kalo papah lagi bicara sama kamu!" pinta papah Rain mengangkat kepala Rain dengan jari telunjukkan.
Sedangkan Liona ia tersenyum melihat Rain di marahi oleh papahnya dan meyilangkan kedua tangannya di dadanya lalu berkata dalam hatinya.
"Lo pantas di giniin Rain," ujarnya dalam hati.
"Kamu seharusnya mencontoh kaka kamu yang bisa sopan dengan banyak orang bahkan ia sangat berprestasi di sekolah nya," tindas papah Rain penuh amarah.
Rain muak saat mendengar dirinya di banding - mandingkan dengan kaka tirinya.
Jelas- jelas Rain juga siswa yang sangat berprestasi di sekolah bahkan piala dan piagamnya sangat banyak tapi papahnya tidak pernah menghargai itu semua, saat ia memberitahu isi raportnya palahnya pun tak ada respon apapun.
"Aku gak sama seperti dia yang selalu papah banggakan, aku juga bukan dia yang hidupnya dimanja oleh papah dan mamah, dan aku gak seperti dia yang mendapat suport dan kasih sayang serta keadilan dari papah dan mamah!" tampik Rain mengeluarkan segala keluh kesahnya di hadapan papahnya.
"Beraninya kamu bicara seperti itu sama papah!!" balas papah Rain meninggikan suaranya.
Plak!!
Suara tamparan itu bergema di ruang tamu milik keluarga febrian.
Rain terdiam seketika sambil memegangi pipinya yang baru saja di tampar oleh papahnya, Air mata yang sedari tadi ia tahan berhasil lolos dari kedua kelopak matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARAINIE
Teen Fiction[ON GOING] Start: 18 MARET 2019. Arainie atau lebih sering di sapa Rain oleh para kerabat dekatnya. Gadis malang yang sangat kekurangan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Tak pernah ada keharmonisan yang hadir di dalam ruang lingkup keluarganya s...