Kadang rasa sakit yang di ciptakan tuhan itu, adalah sebuah anugrah agar kita bisa bersyukur saat kita sedang bahagia.
***
Jam sudah menunjukkan di angka 19:00 Alvaro sudah berada di dalam kamarnya ia baru saja selesai membersihkan diri dan sedang memilih pakaian yang akan ia gunakan untuk acara malam ini.
Sesuai janjinya ia akan menjemput Rain tepat di depan rumahnya. Alvaro memastikan penampilannya sudah sangat perfect .
Alvaro meraih ponsel beserta kunci mobil yang ia letakkkan di atas nakas samping ranjang tidurnya.
Setelah berada di dalam mobil Alvaro segera tancap gas keluar dari perkarangan rumahnya.
Alvaro mengendarai mobil sangat santai, ia mengerti kalau cewek dandan membutuhkan waktu yang cukup lama. Alvaro memutuskan untuk berlama-lama dijalan dari pada melihat Rain terburu-buru karna kehadirannya.
Alvaro sampai di rumah Rain, ia sedang duduk di sofa ruang tamu rumah Rain, di depannya sudah ada cemilan beserta minuman yang di sediakan bi Sarah dari lima belas menit yang lalu.
Alvaro memainkan ponselnya untuk menghilangkan rasa bosan, gadis yang ia tunggu masih berada di dalam kamarnya sedang bersiap-siap. bi Sarah yang sedari tadi melihat Alvaro yang sudah mulai bosan memanggil Rain untuk cepat selesai dengan kegiatannya.
"Non masih lama?" tanya bi Sarah tepat di depan pintu kamar Rain.
"Udah selesai bi," jawab Rain melangkah keluar sambil menggunakan jepitan rambutnya sebagai pemanis.
Suara derap langkah kaki terdengar menuruni anak tangga, membuat Alvaro menoleh melihat gadis yang saat ini berdiri di hadapannya tampil dengan sempurna tidak seperti biasanya.
Rain memoleskan lip glos sehingga bibir ranumnya terlihat glossy. Makeup Rain yang fresh membuatnya tampil sangat berbeda malam ini.
Rain menggunakan dress merah maroon di tambah oleh cardigan untuk menutupi bagian bahunya yang terbuka. dengan payet mutiara yang mengelilingi bagian atas dress membuat Rain terlihat sangat cantik malam ini.
Di tambah dengan sanggulan rambut Rain yang membuat lehernya terlihat jenjang.
"Cantik," lirih Alvaro pelan.
"Ro maaf lama." Rain tak enak hati dengan Alvaro yang menunggunya lama.
Rain berdiri tepat di hadapan Alvaro yang sedang duduk di sofa ruang tamunya.
"Gak ada pakaian lain?" protes Alvaro membuat Rain menyerngitkan dahinya.
"Kenapa? ada yang salah sama pakaian gue?"
"Ganti gih," pinta Alvaro tanpa memberikan penjelasan.
Rain memanyunkan bibirnya ia pikir Alvaro akan suka dengan dress yang Rain gunakan tapi ternyata pikirannya salah.
"Gak, gue suka kok pakai ini," tolak Rain membuat Alvaro memasang wajah garangnya.
"Cepet ganti, gua gak suka lo terbuka gitu," jelas Alvaro agar Rain mengerti apa yang ia maksud.
"Nanti lo nunggu lama lagi kalo gue ganti," kesal Rain.
"Cepet, lebih lama lagi kalo lo terus di sini." Alvaro menyenderkan badanya pertanda ia tidak akan pergi sebelum Rain mengganti pakaiannya.
Rain melangkah mundur menaiki anak tangga kembali, sementara Alvaro kembali memainkan ponselnya.
"LO CANTIK BANGET GILA, TAPI GUE GAK MAU SEMUA ORANG LIAT BAHU KEBUKA LO, DI TAMBAH LEHER JENJANG LO AGHHHH," teriak Alvaro dalam hati dengan detak jantung yang tidak karuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARAINIE
Teen Fiction[ON GOING] Start: 18 MARET 2019. Arainie atau lebih sering di sapa Rain oleh para kerabat dekatnya. Gadis malang yang sangat kekurangan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Tak pernah ada keharmonisan yang hadir di dalam ruang lingkup keluarganya s...