Berat ya, rasanya mencintai dia yang di cintai banyak Orang.
--arainie citra feby--
***
Rain baru saja selesai rapat terakhir untuk pensi, rapat kali ini ia tidak sendiri melainkan bersama dengan Afifah yang mau menemaninya.
"Rain," panggil Afifah
"Iya, fah," jawab Rain menoleh kearah Afifah.
"Lo jadian sama Alvaro ?" tanya Afifah.
Rain menggelengkan kepalanya "Engga. Fah."
"Tapi akhir - akhir ini. Gua liat lo jadi makin dekat sama Alvaro."
"Cuma dekat, untuk latihan akustikan Fah, gak lebih," jawab Raim dengan gelak tawa.
"Lo tuh gak bisa bohong, gua yakin lo punya perasaan lebih dari sekedar kata deket," balas Afifah memicingkan mata.
"Alvaro. Akhir - akhir ini sedikit terbuka ke gua, soal kehidupannya," jelas Rain.
Afifah mengerutkan kedua alisnya meminta penjelasan lebih.
"Gua, gak mungkin cerita semuanya ke lo, besok gua lanjutin lagi bareng sama Luna biar adil." Afifah mengganguk mengerti dan tersenyum kepada Rain karna mengerti maksud pertanyaannya dan bahasa tubuhnya.
Di pertengahan koridor sekolahnya Rain baru sadar bahwa ia tidak ada yang jemput.
"Fah gua pulang bareng lo ya, boleh gak?" tanya Rain yang membuat Afifah menyentil pelipis kepalanya.
"Kaya sama siapa aja lo, gua teman lo Rain, ya kali gua tega ninggalin lo di sini," ujar Afifah.
"Terbaik emang lo," Balas Rain dengan senyum mesemnya.
Rain dan Afifah pun terus menyusuri koridor yang sepi sampai di parkiran.
Langkah kaki keduanya terhenti ketika seseorang berdehem, mungkin karna dengan jarak yang dekat membuat Rain dan Afifah dapat mendengar deheman tersebut.
Keduanya pun memalingan pandangan mereka ke sumber suara.
"Lo manggil kita Ro ?" tanya Rain menunjuk ke arahnya.
Alvaro menggelengkan kepalanya.
Mata Rain dan Afifah saling pandang lalu keduanya menganggkat bahu acuh tak acuh. Mereka berdua melanjutkan kembali langkahnya menuju mobil sedan milik Afifah.
Seperti sengatan di rasa oleh Rain saat tangan dingin Alvaro mencekal tagannya membuat Rain berbalik arah ke arahnya.
"Kenapa Ro? Gua mau balik"
"Bareng," pinta Alvaro membuat Rain membulatkan matanya bingung.
Afifah yang melihatnya tersenyum jahil lalu berpamitan kepada keduanya, dan mendapat anggukan dari Alvaro, tetapi tidak dengan Rain ia malah merutukinya kesal.
"Gua deluan ya Rain, Ro" pamitnya dengan mobil yang sudah melaju.
"Afifah lo jahat sama gua!" teriak Rain.
"Bawel!" Alvaro menarik pergelangan tangan Rain ke arah lapangan membuat Rain menggerutu tidak jelas.
Di lapangan Rain hanya di minta duduk di bangku yang berada di sisi lapangan. sementara Alvaro. ia malah asik melanjutkan bemain basket bersama dengan para sahabatnya.
Ini benar - benar menyebalkan bagi Rain, Rain dari tadi hanya diam di bangku karna ponselnya sudah lowbat. Rain tidak membawa fowerbankm hal itu membuat kekesalan Rain bertambah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARAINIE
Teen Fiction[ON GOING] Start: 18 MARET 2019. Arainie atau lebih sering di sapa Rain oleh para kerabat dekatnya. Gadis malang yang sangat kekurangan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Tak pernah ada keharmonisan yang hadir di dalam ruang lingkup keluarganya s...