Bel pulang sekolah berbunyi afifah masih bingung dengan rain yang tak kunjung memasuki kelas, sehingga ia di alfa kan oleh bu tari saat jam pelajaran fisika, afifah menggambil handpondnya yang ia letakkan di saku seragam sekolahnya, ia mulai menyalakan handponnya yang sempat ia matikan daya dan mulai mengechat rain.
Lima menit afifah menunggu rain membalas chatnya tapi rain tak kunjung membalasnya membuat afifah geram dan memutuskan untuk menelponnya.
Panggilan telponnya tersambung dan afifah mulai nyerocos tanpa tahu siapa orang yang menganggkat telponnya.
"Rain lo dimana sih gua dari tadi cari - cari lo di kantin gak ada, di toilet gak ada, kan tadi katanya lo di panggil alvaro tapi lo gak balik - balik ke kelas sampai jam pelajaran berakhir" cerocos afifah yang tak kunjung ada jawaban
"Rain kok lo diem aja" lanjutnya lagi
"Gua bukan rain, gua alvaro rain di rumah sakit" ucap alvaro dan mematikan nada sambungnya
"Hah alvaro? di rumah sakit, maksudnya heh jangan di matiin dulu gua belum selesai bicara" cerocos afifah saat nada sambung dari telpon rain mati
"Huh apaan sih maksudnya" ucap afifah meletakkan handponnya ddan mulai merapihkan buku - buku nya yang ada di atas mejanya
Tapi saat ia sedang membereskan buku- bukunya tiba - tiba luna datang sambil menangis dan hal itu membuat afifah bingung sekaligus kaget.
"Lo kenapa lun?" tanya afifah binggung Dan menyuruh luna duduk di sebelahnya
"Ra-in fah, ra-in " ucap luna segsengan karna tangisnya
"Rain kenapa lun?" tanya afifah yang semakin tak mengerti
"Ra-in ma-suk rumah sakit fah" ujarnya masih segsengan karna tangisnya
"Hah kok bisa?" tanya afifah
Luna yang tahu cerita yang di ceritakan riko dilapangan tadi pun menceritakannya kepada afifah.
Pantesan tadi pas gua telpon si rain yang angkat alvaro" ujar afifah sambil menenangkan luna
"Lo tau di mana rumah sakitnya?" tanya afifah dan bangkit dari duduknya
"Gua tau dari sandi tadi"
"Yaudah yu kita kesana"
***
Di sisi lain alvaro sedang gelisah dengan keadaan rain yang tak kunjung sadar pasalnya ia Sudah menunggu hampir 2 jam tapi rain tak kunjung membuka matanya, alvaro duduk di kursi rumah sakit sambil terus memandangi rain yang tak kunjung sadar, alvaro terus menatap rain yang terbaring lemah dan tak berdaya, alvaro tak bisa berbuat apa - apa ia hanya diam sambil terus menatap mata gadisnya berharap gadisnya akan sadar, dia pun terus menggenggam jemari gadisnya sambil mengelus - eluskan punggung tangannya pelan.
Alvaro dikagetkan oleh dering telpon rain yang ia letakkan di nakas rumah sakit, alvaro menggambilnya lalu melihat sekilas nama yang ada di layar telpon, ketika ia tahu siapa orang itu ia pun menekan tombol hijau yang ada di sebelah kanan telpon genggam milik rain.
Setelah selesai berbicara oleh seseorang yang tadi menelpon rain, alvaro pun langsung meletakkan telponnya dan menaruhnya kembali di tempat semula.
Ketika alvaro ingin duduk kembali ia melihat jemari rain yang bergerak - gerak alvaro pun langsung keluar ruangan rain dan memanggil dokter.
"Maaf mas tolong tunggu di luar saya ingin memeriksa pasien" pinta dokter kepada alvaro
Alvaro pun keluar ruangan rawat inap rain dan duduk di bangku yang ada di depan ruangan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARAINIE
Teen Fiction[ON GOING] Start: 18 MARET 2019. Arainie atau lebih sering di sapa Rain oleh para kerabat dekatnya. Gadis malang yang sangat kekurangan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Tak pernah ada keharmonisan yang hadir di dalam ruang lingkup keluarganya s...