RAIN- 44 (Revisi)

92 5 6
                                    

malam itu adalah malam yang teburuk untuk Rain  karna  untuk yang kesekian kalinya. ia harus mengeluarkan air matanya dan untuk yang kesekian kalinya Rain mendengarkan ucapan dan tingkah laku papahnya yang sangat menyakiti hatinya. 

bahkan malam ini papahnya melakukannya lebih parah sampai meninggalkan bekas memar di dengkul kaki Rain dan siku tangannya pun mengeluarkan bercik darah yang lumayan bayak.

akibat seretan papahnya yang  membuatnya terbentur di besi tangga rumahnya.

Saat ini Rain sangat larut dalam kesendiriannya. ia menangis sejadi - jadinya untuk melegakkan hatinya dan menghilangkan rasa sakit akibat luka memar yang ada di  tubuhnya.

bibi masuk dan membuatkannya teh hangat yang di ketakkan di nakas dekat tempat tidur Rain. hanya itu yang bisa bibi lakukan.

karna saat rain sedih tidak ada orang yang bisa menggangunya sampai ia benar - benar tenang dan ia akan cerita sendiri jika ia mau bercerita kepada bibi. bahkan untuk mengeluh pun Rain bisa melakukannya jika ia mau mengeluhkan semua kisah hidupnya kepada bibi.

bibi keluar kamar Rain dengan raasa bersalah yang menghantuinya karna ia tidak bisa membantu gaadis kecil yang selama ini ia rawat dan besarrkan seperti anak kandungnya sendiri. 

bahkan saat anak itu sedang di perlakukan kasar dengan ayah kandung nya sendiri bibi hanya bisa diam dan tidak bisa membantu apapun untuk bisa menolongnya. 

bi sarah menitikkan air matanya di depan pintu kamar rain, sambil melihat betapa rapuhnya gadis itu. 

tubuhnya banyak memar dan air matanya tak berhenti mengalir dari kedua kelopak matanya.

ia bahakan tak bisa mendapatkan apa yang seharusnya di dapatkan dari kedua orang tuanya, ia tak di didik tapi masih berusaha menjadi gadis baik dan menjadi gadis yang selalu mempunyai prestasi yang bagus di sekolahnya.

memengkan beberapa olimpiade saat masih kecil, selalu berusaha menjadi juara kelas di kelasnya. dan selalu tersenyum saat dirinya di banding - bandingkan oleh kakak tirinya.

lukanya sudah sangat banyak sedari kecil tetapi  ia masih bisa memamerkan senyum manisnya di depan banyak orang. seakan - akan dunianya baik - baik saja.

saat ini ia sudah beranjak menjadi gadis dewasa yang sedang mencari jati dirinya,   ia  juga sudah bisa menentukan mana yang baik dan mana yang buruk untuk kehidupannya selanjutnya.

ia bahkan berani melawan dan meminta HAK nya, tetapi malah tambah di perlakukan kasar oleh figur ayah yang seharusnya jadi cinta pertama anak gadisnya.

Bi Sarah benar - benar tak habis fikir dengan semua perlakuan tuannya kepada anak gasidnya, tuannya sangat kehilangan akal sehatnya sampai tak berfikir lagi dalam menggambil tindakan. 

Bi sarah terdiam lama di ambang pintu kamar Rain sambil terus mengusap air mata yang sedari tadi tak berhenti menetes di kedua kolopak matanya.

"malang sekali nasibmu nak , gadis cantik yang yang tumbuh dengan luka, dan pahitnya kehidupan yang selama ini kau jalani, tumbuh dengan topeng yang ada di wajahmu. terus memberikan senyuman walau hatimu sebenarnya menangis," gumam bi sarah dalam hati sebelum benar - benar pergi dari ambang pintu kamar Rain 

Rain sendiri masih terus bertanya - tanya pada dirinya sendiri salah apa sebenarnya dia sampai papahnya sendiri bisa melakukan hal sekejam itu tadi, padahal ia hanya ingin meluapkan emosinyaa dan mencari pembenaran untuk dirinya sendiri.

"salahku tuh apa?, selama ini aku melakukan hal yang baik - baik saja dan tidak pernah menjadi anak yang membengkang. padahal kehidupanku sangatlah banyak luka dan tangis di setiap harinya" tangis Rain menyesali  takdirnya 

ARAINIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang