RAIN- 42 (Revisi)

111 4 2
                                    

Rain hanya terdiam di pojok sisi ranjang sambil memeluk bagian tubuhnya.

Tubuhnya lemas dan gemetar, hal yang selama ini ia takutkan terjadi.

Pria yang selama ini berusaha memperkosanya datang kembali.

Pria yang sangat ingin rain hindari bahkan musnahkan ada di hadapannya tadi.

Lagi dan lagi ia ingin melakukan hal yang sama seperti yang ia lakukan 2 tahun silam saat ia baru saja beranjak remaja.

Jika bibi tidak datang tepat Waktu maka hal yang rain tidak inginkan akan terjadi.

Pria itu akan melakukan hal yang lebih dari sekedar mengecup kening rain, ia tidak bisa memaafkan dirinya jika hal itu terjadi.

Rain pikir, dirinya sudah pergi ke tempat yang sangat jauh untuk menghindari pria berengsek itu ternyata ia salah, rain masih bisa bertemu dengan pria yang membuatnya trauma selama ini.

"Non di minum dulu teh anget nya," seru bi sarah yang tak di hiraukan oleh rain

"Non, saya taro sini ya teh nya?" tanya bi sarah sambil meletakkan teh hagat yang ia buat di atas nakas samping tempat tidur rain

"Bi-" panggil rain dengan isak tangisnya yang pecah

Rain memeluk bibi dengan sangat erat, dan bibi membalasnya sambil menenang kan rain yang saat ini sangat gemetar di dalam pelukannya.

"Non, ma-" ucapan bibi terpotong dengan kalimat rain

"Aku baik - baik saja bi" ucapnya sambil tersenyum

"Bagaimana bisa non, seorang yang hampir kehilangan keperawanannya bisa terlihat baik- baik saja. Apalagi ini kejadian yang kedua kalinya" tutur bibi sambil mengusap air mata rain dari kedua kelopak matanya.

"Aku mau istirahat, bisa tinggalin aku sendiri?"

Bi sarah keluar dari kamar rain dengan berat hati, tanpa sepatah katapun.

Begitulah rain selalu ingin terlihat baik baik saja di depan banyak orang. Dan tidak ingin orang lain tau akan kesedihannya

Ia terus berusaha terlihat baik - baik saja saat berada di lingkungannya.

Yang lebih buruknya lagi, sesedih apapun rain ia tidak akan menceritakan kesedihannya kepada orang terdekatnya, kecuali orang yang benar - benar ia percaya

Yang rain lakukan malah sebaliknnya. Ia hanya menunjukkan kebahagiaan nya agar orang lain nyaman saat berada di dekatnya.

Rain menghela nafasnya kasar, ia tak boleh lemah dan tetap harus menguatkan dirinya, ini bukan kali pertamanya merasakan cemas yang berlebih atas apa yang pria itu ingin lakukan.

Ia tidak bisa tenang saat pria itu sudah mengetahui tempat tinggalnya.

Pria yang selama ini rain hindari dan ingin sekali rain hilangkan dari bumi datang kembali dan hampir melakukan hal yang sama kedua kalinya.

Rain berjalan lunglai ke arah balkon kamarnya, ia menangis se jadi jadinya di pinggir balkon

Lagi dan lagi ia tak bisa berdamai dengan hidupnya sendiri.

Dunia seakan tak memberikan keadilan untuknya.

Kesedihan terus datang kepadanya, masalah demi masalah datang dan rain tak bisa menghindarinya.

ARAINIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang