Jam menunjukkan setengah tiga sore banyak siswa dan siswi SMA galavagos yang sudah pulang kerumahnya masing - masing terkecuali Rain, Afifah dan Luna yang masih berada di dalam kelas XI IPA 1.
Afifah dan Rain sedang membereskan kelasnya karna semua temannya sudah pulang dan meninggalkan kelas dengan keadaan kotor dengan beberapa sampah kertas yang mereka gunakan untuk membuat poster dukungan nanti malam serta beberapa origami yang mereka gunakan sebagai hiasan.
Semuanya berserakan di lantai mereka semua meninggalkannya karna terburu - buru menyiapkan diri untuk kegiatan nanti malam.
Afifah meminta tolong dengan Rain untuk membantunya membereskan kelas. karna kalau mereka meninggalkan kelas dengan keadaan kotor dan sampah berserakan akan membuat prestasi kelas unggulan menurun. apalagi mereka adalah kelas paling sempurna yang harus terus memberikan contoh terbaik untuk kelas lainnya.
Semua guru akan terus menghakimi mereka kalau tidak bisa mempertahankan pretasi, contoh serta akhlak yang baik ke anak - anak lainnya. begitulah menjadi anak unggulan tidak selalu terlihat mudah. bukan hanya prestasi yang di lihat tapi semua hal yang di lakukan di nilai. mereka seakan terus di paksa untuk menjadi malaikat sekolah dengan prestasi murid yang sempurna tidak boleh ada cacat sedikitpun.
"Emang dasar anak unggulan kelas aja harus kinclong, kaya piring yang di cuci pakai sunlight. GILA YA!" cecer Luna yang sedari tadi duduk di kursi Afifah.
"Diem ya lo bule, gua lakban ni ya mulut lo," omel Afifah kesal dengan celotehan Luna sedari tadi.
"Kalau mau pulang deluan gapapa Lun, dari pada lo ngedumel terus dari tadi," saran Rain.
"Enggak anjir, lo pada baperan amat. gua kan bercanda doang," balas Luna senyum tipis
"Lo tuh ya kalau mau ngeledek ya liat sikon, udah tau lagi beberes gini di bercandain. kita juga sama mau pulang Lun, lo mending bantu deh biar kelar, kan kalo kelar juga kita lebih cepet pulangnya," saran Rain.
"Tau lo, gua juga cape kali, gua tau ini bukan kelas lo tapi empatinya lah dikit," ketus Afifah kembali mengerjakan tugasnya.
"IYA. IYA, Sorry deh bikin lo pada emosi. galak juga muka lo pada anjir merasa di musuhin gua." Luna bangun dari duduknya mengambil sapu dan mulai membantu temannya memberekan kelasnya.
Ternyata bukan hanya Rain, Afifah dan Luna saja yang berada di sekolah melainkan ada Alvaro dkk yang sedang erada di dalam ruangan band nya.
Alvaro dkk pun masih berada di sekolah mereka sedang asik bermain alat musik yang berada di sana, mereka tidak ada niat untuk beranjak dari sana. bahkan seolah tidak peduli dengan pensi sekolah yang di adakan nanti malam.
"Enak ya Ro jadi lo, bantuin engga cuma liatin doang sambil duduk manis di kursi," cetus Riko kali ini mendapat dukungan dari para temannya.
"Tau lo! bantuin kek Ro," timpal Rangga.
"Gua bantuin kok," balas Alvaro enteng.
"Bantuin apaan dari tadi cuma duduk manis sambil liatin gua sama Riko gotong - gotong meja," balas Sandi.
"BANTU DOA," jawab Alvaro membuat temannya berdecak kesal.
"Kaya gitu doang mah gua juga bisa," tampik Rangga.
"Apalagi gua," timpal Riko
"Itu mah jagonya lo Ko," sambung Sandi menoyor kepala Riko dan terjadi baku hantam beberapa saat setelah itu terjadi keheningan cukup lama.
"Lo beneran suka sama si Rain Ro?" tanya Rangga memulai kembali topik pembicaraaan.
"Kenapa lo nanya gitu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ARAINIE
Teen Fiction[ON GOING] Start: 18 MARET 2019. Arainie atau lebih sering di sapa Rain oleh para kerabat dekatnya. Gadis malang yang sangat kekurangan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Tak pernah ada keharmonisan yang hadir di dalam ruang lingkup keluarganya s...