3. ada bahagia ada kesedihan

89.2K 4.5K 46
                                    

Tinggalkan jejak sebelum
membaca!

Bunyi rebana diiringi sholawat bergema di jalanan desa rumpun bambu, damar di arak oleh pemuda desa dan penatua desa ke rumah pengantin wanita, untuk diserahkan ke ibu bapak wanita,
Damar sampai di depan rumah nurhalizah dan sudah di tunggu dengan beras kunyit dan duit koin di dalam mangkuk yang nyai  jintun pegang,
Damar tersenyum ceria menyalimi Fatma dan Bambang ayahnya Jamila dan halizah,

"Ibu, ayah" ucapnya
Bambang menepuk punggung damar, senyumnya mengembang,

Nyai jintun menyerahkan mangkuk yang berisi beras kunyit dan duit koin lima ratusan,

"Taburkan dulu beras kunyit ini ke kepala menantumu, setelah itu basuh sepatunya dengan air ini, baru undang dia ke dalam rumah untuk datang ke kamar wanita,"
ucap nyai jintun,

Fatma mengambil beras itu dan menaburkan ke kepala damar dan berkata sambil tersenyum hangat,

"Semoga rumah tangga kalian di berikan rezeki yang halal dan berkah, sehat selalu sampai menggendong anak cucu,"
Fatmah mengambil air di di tangan nyai Zainab membungkuk dan membasuh sepatu yang di kenakan damar,

"Semoga di setiap langkahmu, selalu di berkati, dan disejuki oleh rezeki,"

Bambang mengambil bahu damar dan mempersilahkan masuk ke rumah,
"Anakku kau sekarang sudah menjadi suami dari halizah semoga engkau bertanggung jawab dan menyayangi dia seperti kami, tanggung jawab kami sudah kami berikan kepadamu, kalau dia salah nasehati dengan benar,"

"Ya ayah, damar akan menjaganya dan menyayanginya,"
Kata damar,

Fatma berjalan menaiki tangga rumahnya, diikuti oleh damar dan Bambang,
Menuju kamar halizah yang sedang berganti pakaian,

*************

Sementara itu Jamila menemani halizah yang sudah dirias dan duduk di kasur halizah,

"Lama sekali belaraknya, apakah mereka sudah sampai?"
tanya halizah cemas,

Jamila tersenyum dan berdiri
"Aku akan memeriksa, kakak tunggulah disini dulu  sebentar"
Jamila berjalan cepat dan keluar dari kamar tak lama setelah itu dia kembali, membawa ketan ke dalam kamar halizah,

" Masih di taburi beras kunyit sebentar lagi akan masuk, sabarlah sedikit lagi,"
Mila tersenyum ceria dia mencolek dagu halizah,

Halizah tersenyum dan memerah dia mengangguk sambil melihat Jamila,

"Jamila kenapa kau cantik sekali padahal aku yang akan menikah hari ini, jika orang yang tidak tau kita, mereka mungkin mengira engkau yang sedang menikah,"
halizah berkata iri,

Jamila hanya menatap wajahnya di cermin halizah, mungkin halizah mengira dia senang sekarang tetapi hanya dia yang tau hatinya saat ini, Jamila memaksakan senyum dan menatap iri pada halizah,

"Kakak, juga cantik, cantik sekali," Jamila tersenyum masam, dia mengontrol suaranya agar tidak tercekat dan terdengar sedih,

Halizah tersenyum senang,
"Jamila akhir-akhir ini, kau jarang sekali bersamaku, padahal aku ingin menikah dan akan meninggalkan rumah ini nanti,"

Ya jika di desa rumpun bambu, kalau kakak perempuan yang menikah mereka akan pulang ke rumah suami atau rumah mereka sendiri, karna Jamila anak bungsu maka rumah ini akan menjadi miliknya, seperti itulah adanya,

"Aku sibuk mengurus kau yang akan menikah, mangkanya jarang bersamamu, setidaknya saat aku menikah nanti, kau juga yang akan mengurusnya seperti aku mengurusmu,"
terang Jamila,
Dia memang sibuk, sibuk untuk mengontrol dirinya agar tidak terlalu bersedih,

Turun ranjang (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang