40. aku mencintainya

90.4K 4.5K 466
                                        

Jamila terengah-engah saat damar menciumnya dengan gairah di dinding dapur dia mendorong dada damar menghindari ciuman pria itu,

Damar tak memperdulikan itu dia merasa sedikit tertantang dengan sikap penolakan Jamila, damar makin memperdalam ciumannya, tangannya sudah naik untuk melepaskan kancing baju paling atas istrinya,

"Mas jangan nanti ulan lihat"
Nafas Jamila compang camping saat dirasa bibir damar menghisap lehernya,
Damar tak menghiraukan dia tau ulan tidak akan datang dan ibunya sedang sembahyang maghrib sekarang jadi aman-aman saja di sini,

"Sebentar saja"
Ucap damar serak

Jamila tak berdaya dia tak bisa berbuat apa-apa, damar mengendalikan dirinya dengan penuh tak bisa untuk menolak, dia hanya pasrah saat damar meremas payudaranya,

"Bang damarrrrrrrr!!!!" Teriak nyaring seorang gadis terdengar di seluruh rumah,

Jamila tersentak dan tertegun dia mendorong damar dan mengancing bajunya saat menatap wajah Mayang yang membeku seperti melihat hantu,

Jamila malu bukan main saat terpergok oleh Mayang, damar biasa-biasa saja seperti tak ada yang terjadi, dia menatap wajah cantik Jamila yang malu dan mencuri kecupan di bibir wanita itu tepat di depan Mayang, tak menghiraukan Mayang sama sekali,

Wajah Mayang pucat seperti hantu, dia sangat benci saat melihat keintiman mereka,
Mayang maju dan berkacak pinggang menatap Jamila bengis

"Kau~kau tak tahu malu, penggoda!!!!!"
Dia menunjuk Jamila dengan telunjuknya dan memaki Jamila,

Damar menoleh menatap wajah jelek Mayang dia tidak suka saat seseorang mengecam istrinya, Jamila adalah istrinya Mayang tak bisa menyebutnya penggoda, memangnya dia siapa?

"Wanita itu yang kau tunjuk penggoda adalah istriku yang sah, atas dasar apa kau menyebutnya penggoda hah"
Damar menatap dingin suaranya dipenuhi dengan ancaman, marah dengan ucapan Mayang terhadap istrinya,

Mayang berdiri kaku saat tau bahwa Jamila memang istri damar tetapi dia tak terima,
Lalu apa walau Jamila istrinya damar, tidak ada yang tau masa depan, siapa tau dia bisa menjadi istri damar juga, dan dia akan balas dendam terhadap Jamila, dia akan mengambil rumah dan tanah-tanah Jamila, dan akan menjadi orang kaya di desa ini,

"Bang damar bukankah dia memang penggoda, jika tidak bagaimana bisa datuk tuo memaksa Abang untuk menikahinya, aku tau sekali Abang sangat mencintai halizah, bukan dia"
Mayang berujar tanpa rasa takut,

Jamila ingin menjawab saat Mayang menyebutnya penggoda tetapi tak jadi karna damar yang sudah dulu merespons ucapan Mayang, Jamila menatap damar menunggu jawaban yang akan dia katakan
Setelah lama menunggu tak ada jawaban, dia sangat tau bahwa dia hanya pengganti halizah kakaknya, halizah adalah kata tabu di hatinya dia merasa sedikit tak percaya diri, entah kenapa dia bisa seminder ini, bahkan dia harus bersaing dengan halizah yang sudah mati, Jamila tidak tau kenapa tetapi dia hanya sedikit...

Kecewa, sesak, marah, benci, dan berteriak menangis sendirian, kenapa harus halizah yang dulu bertemu dengan damar, kenapa tidak dia, halizah wanita itu adalah titik sakitnya selama ini,

Jamila meremas roknya menunduk dan mengigit bibirnya, dia tau bahwa damar memang sangat terpaksa harus menikahinya, Jamila tau itu, tetapi saat melihat wajah damar yang membeku dan tak menjawab pertanyaan mayang, membuat dia sadar bahwa dia bukanlah siapa-siapa, Jamila hanya tersenyum kecut, batu saja dia mencicipi kebahagian beberapa hari ini, tetapi hancur dengan beberapa kata mayang,

"Itu bukan urusanmu, aku yang menjalaninya kenapa kau yang repot"
Damar berkata datar tetapi ada sedikit keraguan di matanya,

Jamila yang mendengar itu hanya tersenyum kecut, hatinya sesak tenggorokannya tercekat saat dia mencoba menahan tangis,
Jamila mengontrol dirinya mencoba untuk tenang tetapi melihat mata penuh kerinduan damar dia tidak tau bahwa itu sesakit ini, seluka ini relungnya,

Damar menatap Jamila yang menunduk postur gadis itu sedikit kaku,
Damar merasa sedikit frustasi dia ingin mendekat dan memeluk Jamila dengan erat di lengannya, menciumnya dan tidak membiarkan wanita itu bersedih,

Mayang menatap Jamila puas dia mengangkat wajahnya tinggi memamerkan kebanggaan tersendiri, lihat damar sangat menyukai halizah, Jamila walaupun kau istrinya, kau hanya pengganti tak lebih,

"Bang damar bukankah susah untuk berpura-pura, upssss maksudnya berpura-pura mencintai"
Mayang menyeringai dia menatap Jamila angkuh saat melihat wajah gadis itu pucat kehabisan warna
Rasakan jamila, rasakan bagaimana sakit hati, siapa suruh kau menjadi istri damar

Jamila tak sanggup lagi berada di sana dia mengambil kangkung dan beranjak pergi tetapi tangan besar damar menahannya dan menarik kuat dirinya, Jamila terjatuh dan terduduk di pangkuan damar dia menatap damar kaget, damar melilitkan tangannya kuat tak melepaskan wanitanya, dia mengangkat wajah Jamila, mata gadis itu berair dan sayu, damar mengecup kening Jamila dan mata gadis itu, hatinya robek saat melihat mata istrinya,

"Siapa bilang aku tidak mencintainya"
Tangan damar mengelus pipi Jamila sesekali mencuri ciuman dari gadis itu,
Dia menatap Mayang jijik,

"Aku mencintainya, aku tidak menyesal menikahi Jamila, istriku satu-satunya di hatiku, baik itu masa lalu, hari ini, maupun nanti, kau tidak berhak mempertanyakan perasaanku"
Damar mengucapkan segalanya ke Mayang di depan Jamila, dia mengungkapkan isi hatinya dia mencintai Jamila,

Mayang terkejut begitupun Jamila,
Kedua wanita itu menatap damar dengan bodoh,
Jamila apalagi dia seperti tersambar petir, damar mencintainya sejak kapan, dia ingat kalimat damar yang baik itu di masa lalu,
Masa lalu........?

"Kenapa kaget?"
Damar menggigit ujung kuping Jamila dia berbisik dan bertanya

"Mas masa lalu?"
Jamila bertanya ragu-ragu

Damar mengecupi pipi istrinya,
"Pura-pura tidak tahu hmm"

Jamila tak mengerti maksud suaminya dia benar-benar tidak tau
"Maksudnya mas?"

"Mengirim surat dan menolak mas,
Kau hilang ingatan Jamila?"
Damar menegakkan tubuhnya dia mengerutkan keningnya mustahil istrinya tak tau, sedangkan di surat itu tertulis pengirim istrinya, halizah juga mengatakan bahwa memang Jamila yang mengirim surat itu, tetapi melihat wajah ragu Jamila, damar juga sedikit ragu, apa jangan-jangan Jamila memang tidak tahu selama ini,

"Mas Mila memang tidak pernah mengirim mas damar surat apalagi sampai menolak,
Surat mas damar saja Mila tidak terima"
Jamila menjelaskan cemberut,

"Mas damar pernah mengirimi Jamila surat?
Kapan?"

Damar tidak tahu mlharus menjawab apa dia memanggil ulan dan menyuruh adiknya memasak, membawa Jamila ke kamarnya
Untuk menunjukkan surat yang Jamila berikan...


•••••••
Hmmm satu kata buat part ini



Turun ranjang (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang