25. nikahi jamila

64.3K 3.5K 127
                                    


"Jika aku memberimu perintah, apakah kau akan mematuhinya?"
Datuk tuo mematikan tembakau dan membuangnya ke asbak,

Damar mendengarkan dengan linglung dia berpikir sejenak Fatma dan Bambang menatap damar cemas menanti jawaban pemuda itu,

Damar membuka suaranya
"Jika saya sanggup saya akan mematuhinya tuk!"
Ada sedikit keraguan di suaranya

Datuk tuo nampak puas begitupun dengan Bambang,

"Apakah kau serius apa saja yang aku perintahkan kau patuhi?"
Datuk tuo bertanya lagi takut damar berubah pikiran,

Damar menatap Datuk tuo yang menatapnya lekat, dia menunduk setelah beberapa saat mempertimbangkan Datuk tuo dan Bambang yang banyak membantu keluarganya dia mengangguk tanpa ragu-ragu,
Tanpa dia tau bahwa perintah itu bukan sembarang perintah,
Perintah itu adalah menjaga cucu satu-satunya Datuk tuo, dan damar tidak tau itu,

Dia sangka perintah Datuk tuo adalah perintah-perintah biasa yang dia suruh,
Seperti menjaga kebun dan sawah miliknya atau ke kota untuk menjual karet ternak dan hasil lainnya,
Tak pernah dia bayangkan bahwa perintah itu adalah menikahi Jamila,

"Ya tuk selagi saya mampu dan sanggup saya patuhi,"

"Bagus!!!!
Itu yang inginku dengar darimu damar, kau memang pria yang cerdas"
datuk tuo tertawa terbahak-bahak,

Damar hanya diam saja dia masih menunggu Datuk tuo berbicara
"Seorang pria harus memegang kata-katanya!
Kau memang cocok menjadi menantu Bambang"
Datuk tuo berujar puas

Damar hanya tersenyum kecil
Dia menunduk menyesap teh yang di tuangkan oleh Fatma ibu mertuanya,

Suara decitan pintu terbuka menarik perhatian semua orang yang ada diruang tamu,

Mereka melihat gadis di bawah cahaya redup lampu keluar dari kamarnya dan menutup pintu itu pelan Datuk tuo memanggil gadis itu dan menyuruhnya datang,

"Jamila kemari ada yang ingin ku katakan padamu"
Suara Datuk tuo menggelegar di seluruh ruangan,

Jamila tersentak dia mengangkat wajahnya dan berjalan anggun ke ruang tamu,
Damar menyipitkan matanya menatap wajah gadis itu, dia mengerutkan keningnya,
Binggung melihat wajah Jamila yang sembab tampak baru sudah menangis,
Apa yang dia tangisi?
Mungkinkah dia sedih meninggalkan ibunya dan ayahnya nanti setelah menikah?

Entahlah damar tidak tau dia masih melirik Jamila, gadis ini punya tubuh yang cukup menggairahkan, dan dia mengakuinya, wajahnya cantik dengan mata yang sebening air dan bisa melihat bayanganmu di sana, ditemani dengan bulu mata panjang berayun seperti kipas melentik ke atas, ketika kamu menatapnya itu bisa menyedot perhatianmu,

Kulitnya lembut di bawah sinar lampu redup,
Alisnya melengkung panjang alami tanpa pensil alis, hidungnya kecil dan bibirnya ranum, kecantikan yang memikat,
Damar mengalihkan perhatiannya ke toples kue dan mengambil kue tersebut memakannya dalam satu gigitan, dia tidak ingin terlalu banyak memperhatikan Jamila, sebentar lagi gadis itu akan menjadi milik orang lain, damar mengerutkan keningnya agak marah dengan pikirannya, lalu kenapa jika dia menikah? Apa urusan dengannya?

"Kenapa tuk"
Jamila bertanya lirih suaranya serak tetapi membuat seseorang ingin melihatnya dan tak bisa mengabaikannya,

"Duduk lah dulu"
Datuk tuo menatap cucunya dia merasa sedih untuk cucunya,

Jamila melihat kursi di ruang tamu dia menuju kursi kosong di samping Fatma tetapi Datuk tuo menghalanginya,

"Kenapa duduk disana itu terlalu jauh,
Jika kau bicara Datuk tak bisa mendengarnya"
Datuk tuo berbohong dia hanya ingin Jamila duduk di sebelah damar,

Turun ranjang (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang