24. memberi perintah

56.2K 3.4K 153
                                        


Tinggalkan jejak
sebelum membaca ⭐

Damar sedang berbincang-bincang dengan teman-temannya, di bawah tenda pengantin,
Dia duduk di kursi memandangi temannya yang asik berceloteh bangga karna melihat tenda yang begitu mewahnya, seakan-akan dia yang akan pengantin esok hari,

Damar hanya diam dengan wajah datar menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka dengan singkat,

"Mar... Pernikahanmu dulu tampaknya tak semewah ini, tetapi kenapa Jamila pernikahannya sangat mewah?
Ilham dari kampung sebelah bertanya antusias,

"Tidak tau" damar menjawab datar,

"Beruntung sekali bagas menikahi Jamila si kembang desa ya! Coba saja aku yang menikahi Jamila aku akan mencintainya dengan tulus dan memperlakukannya dengan baik, yakan mar"
Seno berkata dengan logat Jawa yang kental

"Mungkin"
Damar berkata sangat-sangat datar tak ada ekspresi diwajahnya,
Ibaratnya jika dia tersenyum wajahnya akan retak,

"Jika kau yang menikahi Jamila kau akan memperlakukan dia dengan baik tidak mar"
Asep yang sedari tadi memegang toples bolu di tangannya bertanya penasaran,

"Tidak tau"
Damar menjawab enggan

"Wahhhh....... Parah sekali kau damar,
Jika Jamila mendengar apa yang kau katakan bisa sakit hati dia"
Ilham mengejek damar yang tak punya perasaan,

Damar mendengus
"Dia tak akan sakit hati"

"Darimana kau tau?"
Seno bertanya penasaran

"Bodoh!!!"
Damar melempar kue Bawang ke wajah Seno setelah itu dia menjawab dengan nada acuh tak acuh, seakan-akan tak peduli dengan dunia,

"Apa hubungannya?"

"Maksudnya mar.."
Mereka bertanya serempak,

Damar menatap mereka satu persatu-satu
Seakan-akan melihat orang-orang bodoh yang hidup di dunia ini

"Apa hubungannya denganku? Dia tidak mencintaiku"
Dengan itu damar berdiri dan masuk ke rumah Bambang meninggalkan tiga orang yang cengo menatap punggung damar yang hilang,

Rumah Jamila masih ramai, pria paruh baya dan pemuda desa duduk sambil bermain kartu di bawah tenda,
Begitupun di dalam rumah, damar yang ingin masuk ke kamar halizah di kejutkan oleh suara lantang wanita paruh baya yang memanggil keras namanya,

"Damar...... Sini kau"
Panggil wanita paruh baya itu,

Damar berjalan mendekati wanita itu,
"Kenapa Wak?"
Tanyanya

"Kau pergi ke rumah Datuk tuo,
Minta kunci kamar hidangan di ibu mertuamu Fatma, ini ada tamu dia yang baru datang nak makan"
Titahnya,

Damar menatap sanak saudara mertuanya,
Mereka duduk hanya ada lauk Maghrib tadi yang tersisa, semua lauk sudah disimpan ke dalam kamar untuk hidangan tamu besok pagi, damar mengangguk dan pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun,

Damar berjalan santai ke rumah Datuk tuo yang tak jauh dari rumah mertuanya,
Suara jangkrik malam menemaninya dalam perjalanan,  matanya yang tajam menatap mantap ke depan,

Turun ranjang (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang