5. telur separoh matang

88.8K 4K 56
                                    

Jamila berjalan di hamparan sawah membawa keranjang berisi telur ayam,
Padi berwarna hijau menghampar sampai ke bagian timur, luas dan indah, angin pagi menyapu rambutnya yang di Jepang dua,
Di tengah jalan dia bertemu dengan sekumpulan ibu-ibu yang membawa ambung ke sawah,
Jamila berhenti menganggukkan kepalanya,

"Eh Jamila apa yang kau bawa?" Tanya Wak Ijah yang sedang membawa ambung,
Jamila melihat keranjangnya,
"Oh ini telur ayam dari paman Edi, bik Santi suruh rebus untuk kak damar," jawab Mila hangat,

Mendengar itu Wak Ida tertawa,
"Ohhh untuk damar, bik Ida tertawa misterius "sebentar lagi kamu bakalan gendong keponakan Jamila" tambahnya lagi,

"Hah" Mila berucap terkejut,

"Kenapa terkejut Mila, bukankah telur itu direbus setengah matang untuk kakak iparmu damar? Tanya Wak Ijah,

Jamila hanya mengangguk bodoh,
"He'eh, emang hubungannya apa? Mila bertanya bingung,

"Ay Jamila, kamu masih gadis belum tau apa-apa," ikut Wak mena,
Wak Ida mendekat dan menepuk bahu Mila,
"Jadi kamu kapan nyusul Mila" gurau wak Ida,

Jamila menggaruk kepalanya dan memaksakan senyumnya, dia bingung dengan percakapan mereka,

"Ah sudahlah" bik Ida tertawa melihat wajah kebingungan Mila,

"Ayolah ke sawah," bik Ida berbalik dan melihat teman-temannya,

"Kami pergi dulu ya Jamila, ingat cepat-cepatlah menikah agar kau tau untuk apa telur itu, hahaha," Wak Ijah tertawa dan berlalu pergi,

"Cepatlah pulang, damar butuh energi dari telur itu, kami pergi dulu Jamila, Wak mena ikut-ikutan mengejeknya,

Jamila berdiri melihat mereka pergi sambil sesekali tertawa, Jamila menggelengkan kepalanya dan berlalu pergi, matahari sudah terbit di kaki gunung di depannya,
Yang berarti sebentar lagi ayah ibu dan orang di rumah akan sarapan Jamila mempercepat langkahnya,

Sesampainya di rumah Jamila merebus air dan memasukkan dua telur ayam sambil menunggu telur setengah matang dia, mengambil kacang di keranjang ibunya untuk di potong,

Damar keluar dari kamar dan menuju dapur dia berdehem,
Mila menatap pemuda di depannya,
"Kenapa?" Tanya Mila,

Damar mengambil kopi yang di buat Fatma di samping Jamila
"Itu kopi" damar menunjuk dengan tangannya,

Jamila melihat tunjukkan damar, dan mengambil kopi tersebut,
"Ini, kak halizah mana? Tanya Jamila,

Damar menatap wanita di depannya sambil menyesap kopi hitam dan duduk di kursi dapur,

"Lagi tidur," jawabnya,
Mila hanya menganggukkan kepalanya,

Mereka lama terdiam Jamila benar-benar canggung entahlah dengan damar,
Fatma datang dengan bik karti,

"Jamila ini telur sudah berapa lama kamu rebus?" Tanya Fatma

"Baru sebentar ini Bu, belum setengah matang" ucap Jamila yang masih berkutat dengan kacang panjang di tangannya,

"Nanti kalau sudah setengah matang kasih ke kakakmu, jangan lupa tambahkan kecap asin sedikit," ucap Fatma yang mengambil nasi goreng yang di goreng bik Santi ke dalam mangkuk besar,

"Iya buk" jawab Mila,

"Ya sudah ibu mau panggil ayahmu dulu di bawah"fatmah berjalan menuruni tangga rumahnya,
Jamila bangkit mengambil centong dan melihat telur di api,

Damar yang melihat wanita itu bolak-balik ke kursi dan berdiri itu, mendekat dan mengambil centong kayu di tangan Mila,

"Duduklah serahkan saja semuanya padaku,"
Damar mendorong Mila ke samping, Mila tertegun dan menurut,

Damar mengaduk-aduk telur yang ada di Periuk menungggu mereka setengah matang,

Mila hanya melihat pemuda itu yang membelakanginya,

"Bang, kamu buat apa?" Halizah keluar kamar dan menggulung rambutnya,

Damar melihat kebelakang dan tersenyum hangat,
"Merebus telur,"jawab damar,
Jamila hanya menundukkan kepalanya, dia tidak sanggup melihat mereka,

Halizah mendekati Jamila dan duduk di sebelahnya,
"Dek baju kakak warna kuning kemarin kamu yang cuci? Tanya halizah,

"Iya, ada di lemari kakak mau memakainya," tanya Mila,

"Tidak kakak cuman tanya saja,"jawab halizah,

Bambang masuk diikuti Fatma di belakangnya,
"Dari mana Bu? Tanya halizah
"Ini dari manggil ayahmu di bawah, ayo makan semuanya, Mila bibik karti tadi dimana?
Tambah Fatma,

Jamila berdiri dan mengambil telur yang dimasak damar ke meja makan,

"Di bawah mungkin Bu, tadi dia pergi ke bawah tak lama ibu pergi, jawab Mila yang masih mengupas telur,

"Ibu ke bawah dulu panggil bibi kamu, oh ya itu telurnya jangan lupa di tambahin kecap asin sedikit, Fatma berlalu dan mengingati Mila dengan baik

Jamila menggangukkan kepalanya dan menuangkan kecap asin ke dalam telur yang sudah di kupas dan menyerahkan ke damar,

"Ini kak" Mila mengalihkan pandangannya, dia melihat halizah yang menyiapkan lauk pauk untuk damar,

Mila mengambil nasi dan memasukkan ke piring yang kosong dan menyusunnya rapi,

Tak lama itu ibunya dan bibik karti naik ke rumah,

Mereka makan dengan diselingi pembicaraan Mila hanya mendengarkan halizah dan damar yang dinasehati oleh ayah dan ibunya dia menundukkan kepalanya dan menekan perasaanya saat mendengar bahwa cepat atau lambat rumah mereka yang dulu akan ditempati oleh halizah dan damar,

Ya tampaknya dia tidak boleh lagi mengharapkan damar, Mila meremas rok yang dipakainya,
Dan berkata dalam hati,

"Apa aku balas saja surat-surat yang dikirim Bagas kepadaku, ya hanya itu satu-satunya jalan untuk melupakan damar, aku tidak bisa terlarut dalam perasaan sepihak seperti ini!

Mila makan dan terlarut dengan surat yang didapatnya dari sari temanya di desa pagi ini,

TBC.....

Semoga suka 😘😘

Turun ranjang (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang