17. menjelang menikah

65K 3K 51
                                    

Tinggalkan jejak
sebelum membaca ⭐

__________________________________

Damar dan keluarga Jamila duduk di meja makan bersama,Sanak saudara sudah pulang pagi tadi karna ingin ke sawah, suasana duka atas kematian halizah masih terasa,

Bambang berdehem di tengah kesunyian,
"Mila dua Minggu lagi kau menikah kan?"
Tanya Bambang,

Jamila yang sedang makan menghentikan kunyahannya dia menatap Bambang heran,
Memang benar dua Minggu lagi dia dan bagas akan menikah dan itu sudah tersebar di seluruh desa dan desa tetangga,
Apakah ayahnya ingin menunda pernikahannya lantaran karena masih berduka?

Entahlah! Yang pasti apapun yang orangtuanya katakan dia pasti akan ikut saja,

Jamila menelan nasi yang ada di mulutnya mengambil air di atas meja dan meneguk beberapa saat setelah itu baru berkata,
"Iya yah dua Minggu lagi aku dan Bagas menikah,"

Belum sempat Bambang membalas perkataan Jamila anak semata wayangnya saat ini Fatma ibunya berbicara,
Nada suaranya khawatir seakan-akan takut yang berkelebihan

"Bang awak tak puas dengan Bagas tu"
Ucap Fatma sambil melihat Bambang,

Bambang yang sedang minum tersedak,

Uhuk~uhuk~uhuk

Dia menatap damar yang masih fokus dengan nasi goreng buatan Jamila,

Jamila juga Canggung dia juga melihat ke arah damar,
Kenapa ibunya bilang seperti itu? Apalagi ada damar di sini!

"Kenapa kau tak puas? Bukankah dulu kau sangat membangga-banggakan dia karna menjadi calon menantumu? Bambang berbicara tegas,

Fatma melihat Jamila dia tampak khawatir,
Dia usia Fatma yang sudah 40 tahunan tak memudarkan kecantikannya, ibunya dulu mantan bunga desa,
Mungkin dia mendapat kecantikannya saat ini warisan ibunya,

Fatma menghela nafas panjang dan melihat ke arah damar
"Entahlah bang! Rasanya ada kekhawatiran saat Bagas yang menjadi calon anak kita,
Jeda lima detik
"Atau begini saja bang! Kita batalkan saja pernikahan ini, nikahkan saja damar dan jamila merr......"

Uhuk~uhuk~uhuk

Damar terbatuk keras Jamila yang duduk di dekatnya menyodorkan gelas pribadi miliknya, dia tak sadar bahwa gelas itu miliknya,
Melihat damar yang tersedak tadi dia refleks menyodorkan gelas yang sedang dia minum,

Damar mengambil gelas Jamila setelah itu meneguk kasar air di dalamnya,
Dia benar-benar syok dengan perkataan ibu mertuanya, istrinya baru meninggal dan ibu mertuanya sudah menyuruh untuk menikahi adik ipar yang sudah bertunangan dengan orang lain, siapa saja pasti terkejut dengan perkataan mertuanya,

Damar menstabilkan nafasnya, Jamila menatap kosong pada gelas di tangan damar,
Gelas itu tadi miliknya yang sudah dia gunakan, entah itu kebetulan atau apa, damar menyesap di tempat yang sama dengan mulutnya,

Jamila berteriak bodoh pada dirinya sendiri, jika damar tau bahwa bibirnya berada di tempat yang sama apakah dia jijik?

Astaghfirullah!
Apa yang dia pikirkan! Ingat Jamila kamu sebentar lagi akan menikah,

Suasana berubah canggung makanan diatas meja sudah lama dingin tak ada yang membuka suara diantara mereka,

Jamila menatap satu persatu orang yang ada dimeja makan, dan naasnya lagi tak ada yang sadar bahwa dia berseberangan dengan ayah dan ibunya, sedangkan di sebelahnya ada damar mereka benar-benar dekat,

Turun ranjang (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang