Selamat membaca....
Bel pulang sudah berbunyi 15 menit yang lalu, tapi keempat gadis cantik itu masih betah di dalam kelas mereka. Ley, Abil, Queen dan Karin masih berada di dalam kelas. Hari ini jadwal piket Queen dan Karin, seeprti biasa Abil menemani sementara Ley hanya dipaksa untuk menunggu.
Ley sudah beberapa kali menolak tapi tentu saja ia selalu kalah dengan ketiga gadis itu. Apalagi setelah ia menolong Karin di kantin, ketiga gadis itu jadi semakin giat mengganggunya. Padahal Ley sudah bersiap pulang sejak tadi, jika saja hatinya tak memikirkan Karin yang mungkin akan dibully jika ditinggal sendirian pasti ia sudah pergi dari sana dan melindungi pendengarannya.
Iya, pendengarannya. Ketiga temannya itu benar-benar sudah seperti orang kesetanan. Mereka memutar lagu Energetic milik boygroup Wanna One kemudian menyanyikannya dengan lantang. Ley tak akan bermasalah jika liriknya benar, tapi nyanyian ketiganya lebih mirip seorang dukun yang sedang membaca mantra.
"Make me feel so high, michi giso nol mamcul su opso. You make me feel so high, i'm so crazy. Nugu narel bon sunggan... "
"Ne kul yodo, nega gyojo yeahhh. I'm felling so energetic..."
"Onul bam dul, out of control baby. I'm feeling so energetic..."
Ley menatap aneh ke arah ketiganya, lirik yang mereka nyanyikan jelas salah. Tapi ketiganya tetap percaya diri menyanyikannya bahkan sesekalj berjoget-joget mengikuti kereografi lagunya. Lagi-lagi Ley hanya geleng-geleng, bagaimana tugas mereka bisa selesai dengan cepat jika ketiga gadis itu terus menyanyi?
"Kapan selesainya?" tanya Ley gemas, tapi suara musik membuat suara Ley tak terdengar.
Gadis itu menggelar nafas kasar, percuma saja ia bertanya ketiganya tak akan mendengar. Pandangan Ley beralih keluar jendela, langit sudah mulai gelap sepertinya hujan akan segera turun. Ia harus bergegas pulang mengingat jika hujan turun neneknya akan repot membereskan toko sendirian.
Ley melirik ke arah ketiganya, mereka masih tak sadar dengan cuaca yang mulai menggelar.
"Gue duluan yah?" ucap Ley, suaranya masih tak terdengar.
Gadis itu memutuskan untuk pergi meninggalkan ketiganya. Lagipula nanti ia bisa menghubungi ketiganya melalui chat. Neneknya lebih penting untuk saat ini.
Ley melewati koridor sekolah yang masih ramai, beberapa siswa memang terlihat masih betah di sekolah. Begitu pula dengan Andre dan teman-temannya, sekelompok laki-laki itu terlihat masih berkumpul di dekat lapangan basket. Bahkan kini pandangan Andre menangkap Ley berjalan di koridor.
Andre berdiri dari duduknya, laki-laki itu berjalan menghampiri Ley diikuti suara siul-siulan teman-temannya yang menggoda dirinya.
"Asik abang Andre!" teriak Hendry.
"Pepet terus mumpung belum ada yang nikung!" tambah Bobby.
Andre melirik teman-temannya seolah menyuruh mereka agar diam. Sementara Ley yang menyadari Andre berjalan mendekat langsung mempercepat langkahnya.
"Mau gue anter, Ley?!" teriak Andre menghentikan langkah Ley.
Gadis itu menoleh menatap Andre sekilas kemudian kembali melanjutkan langkahnya. Sementara Andre terus mempercepat langkahnya.
"Gue anter yah, mau hujan," ucap Andre setelah menyamakan langkahnya dengan Ley.
"Nggak usah," sahut Ley, gadis itu masih menatap lurus ke depan.
"Nanti kehujanan, lagian udah sore juga."
"Nggak!"
Andre terus mensejajarkan langkahnya dengan Ley, SEMENTARA Ley berusaha mempercepat langkahnya agar Andre tak mengikutinya. Tapi langkah keduanya terhenti tepat sebelum keluar dari gedung sekolah. Rintik gerimis mulai turun dan semakin deras, beberapa siswa mulai berlari untuk berteduh sementara Ley dan Andre berhenti di tempatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Are You? ✔️
Teen Fiction(Follow sebelum membaca) ***** Kehidupan Ley yang penuh dengan bayang-bayang kematian kedua orang tuanya membuat gadis itu tumbuh menjadi sosok misterius penuh rahasia. Hingga suatu hari pertemuannya dengan laki-laki tampan pembuat onar bernama An...