Selamat membaca....
Sabtu pagi seluruh siswa kelas XI SMA Nusantara berkumpul rapi di aula utama sekolah. Penilaian kinerja kelas XI dilaksanakan hari ini, karena itu seluruh siswa kelas XI wajib hadir. Beberapa guru yang juga membimbing kelas XI juga diwajibkan hadir untuk mengawasi para siswanya.
Sekitar pukul 8 pagi seluruh siswa diberi pengarahan terlebih dahulu sebelum memulai aktivitas.
"Jangan sampai kepisah dari kelompok dan pastikan tugasnya selesai dulu baru kalian bisa main sepuasnya," ucap Pak Wijaya. "Nilai penilaian ini akan diambil sebagai ganti nilai ulangan tengah semester, jadi periksa lagi sebelum dikumpulkan. Sampai sini paham kan?"
"Lo nggak bilang kalo penanggung jawabnya bokapnya Justin," bisik Karin disela-sela pengarahan.
"Jangankan gue, Justin sendiri aja nggak tau kalo om Wijaya penanggung jawabnya," sahut Queen berbisik.
Ley melirik sekilas kearah kedua temannya yang masih sibuk berbisik. Abil yang sadar dengan tingkah teman-temannya bergegas menepuk lengan keduanya bergantian agar diam.
"Udah tau penanggung jawabnya bokapnya Justin, ya jangan berisik," peringkat Abil sembari berbisik.
Queen dan Karin menghela nafas pelan, keduanya saling memberi jarak kemudian kembali mendengarkan pengarahan. Sedangkan Ley dan Abil saling pandang sekilas, Abil yang menghela nafas pelan dan Ley yang hanya geleng-geleng pelan dengan tingkah kedua temannya.
"Kalau sudah paham, sekarang kalian kembali ke kelompok masing-masing. Saling menghargai dan jangan sampai ada keributan, sekarang kalian bisa bubar!"
Setelah menyelesaikan ucapannya pak Wijaya meninggalkan lapangan utama. Sementara seluruh siswa mulai bubar dan mencari kelompoknya masing-masing. Ley, Queen, Karin, dan Abil saling pandang, keempatnya seolah ragu untuk melanjutkan kegiatan hari ini.
"Jadi? Gimana sekarang?" tanya Queen memecah keheningan.
"Mau nggak mau gabung sama anak Ipa dulu, Bian sama yang lain pasti belum dateng," sahut Abil.
Ketiganya mengangguk pelan menyetujui ucapan Abil. Ley sendiri ingat Andre pasti akan datang siang karena semalam laki-laki itu sibuk bermain game dengan Leo. Ley sendiri bahkan tak tau sejak kapan Leo dan Andre jadi dekat, bahkan sampai bermain game bersama.
"Btw Ley, lo kemarin ketemu Andre kan?" tanya Queen saat keempatnya berjalan kearah koridor Ipa.
"Iya," sahut Ley.
"Syukur deh, kirain nggak ketemu. Soalnya kemarin kayanya dia marah banget, takut gawat aja hari ini."
"Gawat kenapa?"
Ketiga gadis itu menghentikan langkahnya kemudian menatap Ley.
"Dia kan nggak bisa nahan emosi, Ley. Kalo dia marah kemarin, bisa aja hari ini dia masih marah," ucap Abil.
Gadis itu menatap lurus kearah Kevin dan anak-anak Ipa yang tengah berkerumun.
"Apalagi hari ini dia satu kelompok sama musuhnya, bukan nggak mungkin Andre bakal ngelampiasin marahnya kan?"
Ley melirik sekilas kearah Kevin, laki-laki dengan jaket hitam itu juga tengah melirik sekilas kearahnya. Ley lebih dulu memalingkan pandangannya, gadis itu menatap ketiga temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Are You? ✔️
Fiksi Remaja(Follow sebelum membaca) ***** Kehidupan Ley yang penuh dengan bayang-bayang kematian kedua orang tuanya membuat gadis itu tumbuh menjadi sosok misterius penuh rahasia. Hingga suatu hari pertemuannya dengan laki-laki tampan pembuat onar bernama An...