Selamat membaca....
Andre dan Ley masih berada di tempatnya, keduanya hanya terdiam semenjak kepergian Hendry. Jantung keduanya masih berdebar cepat mengingat tadi keduanya sudah benar-benar larut dalam suasana.
Tapi dibandingkan Ley, Andre jauh lebih gugup saat ini. Ia pasti sudah setengah sadar sampai-sampai berniat mencium Ley di sekolah. Padahal jelas gadis itu masih sakit tapi ia justru terlihat seperti mencari kesempatan, meskipun memang iya.
"Andre," panggil Ley.
Andre menoleh cepat mendengar suara gadis itu. Ley masih duduk di ranjang uks, mata gadis itu terlihat bengkak. Sepertinya gadis itu benar-benar mengeluarkan isi hatinya tadi. Andre kembali mendekat, laki-laki itu kembali menatap wajah cantik gadis itu.
"Mata lo bengkak, nggak papa?" Ley mengangguk pelan.
"Iya."
Andre menghela nafas pelan, laki-laki itu kembali mengusap pelan rambut Ley. Meski berkata baik-baik saja tapi ia tahu betul bahwa gadis itu tidak baik-baik saja. Dari cara gadis itu menatapnya saja Andre sadar bahwa ada banyak hal yang ingin gadis itu katakan.
"Kalo mau cerita, bilang yah? Gue bakal dengerin," ucap laki-laki itu.
Ley tersenyum, tangan gadis itu terulur menggenggam tangan Andre yang singgah dipipinya kemudian mengangguk pelan.
Lagi dan lagi, Ley bersyukur dengan keberadaan laki-laki itu. Meski ia masih belum bisa mengatakan semuanya tapi ia yakin dengan adanya Andre, ia pasti bisa berubah.
"Jangan disimpan sendiri, apapun yang ganggu hati lo ceritain ke gue. Atau ke temen-temen lo," ucap Andre lagi, Ley kembali mengangguk. "Meskipun mereka bawel, tapi gue tau mereka baik. Gue kenal mereka dari lama."
"Iya."
"Beneran loh, gue nggak mau liat lo nangis lagi,"
"Iya."
"Kalo mau-"
"Iya Andre," potong gadis itu, ia meraih kedua tangan Andre kemudian menggenggamnya erat, berusaha memastikan agar laki-laki itu tak perlu terlalu mengkhwatirkannya.
"Gue khawatir, Ley."
Andre memasang raut cemas, setelah melihat Ley menangis hatinya jadi tak tenang. Mengingat gadis itu mungkin menyimpan semua masalahnya sendiri. Hatinya tak cukup kuat saat gadis itu menangis, bahkan meski gadis itu tersenyum saat ini pun ia masih mengingat betul bagaimana air mata itu mengalir dari mata indah gadis itu.
Sementara Ley hanya tersenyum menatap Andre. "Gue udah nggak papa, Andre."
"Janji sama gue yah?"
"Iyah."
Lagi-lagi tangan Andre terulur, ia mengusap lembut rambut panjang gadis itu. Melihat senyum Ley saat ini mengingatkannya pada Rico. Sahabatnya yang sudah lama pergi itu juga punya luka yang tak jauh berbeda dengan Ley.
Hanya saja berbeda dengan Ley yang menutup dirinya rapat-rapat. Rico justru sangat ceria, sahabatnya itu menutupi lukanya dengan senyuman setiap saat. Dengan harapan luka itu benar-benar sembuh, lalu ia bisa tersenyum seutuhnya dengan penuh kejujuran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Are You? ✔️
Roman pour Adolescents(Follow sebelum membaca) ***** Kehidupan Ley yang penuh dengan bayang-bayang kematian kedua orang tuanya membuat gadis itu tumbuh menjadi sosok misterius penuh rahasia. Hingga suatu hari pertemuannya dengan laki-laki tampan pembuat onar bernama An...