Selamat membaca....
Sinar matahari yang mulai meninggi membuat Ley dan teman-temannya masuk ke dalam ruangan. Sebentar lagi sudah waktunya jam makan siang, mereka kembali membagi tugas. Para perempuan membantu di dapur untuk menyiapkan makanan, sementara laki-laki mengurus meja dan semua peralatan makan.
Ley dan Abil sibuk mencuci sayuran sementara Queen dan Karin membantu dibagian bumbu sebelum teriakan Queen mengalihkan fokus ketiga temannya.
"Apa-apaan lo berdua?!"
Ley, Abil dan Karin kompak menoleh menatap ke arah Queen yang tengah berkaca pinggang pada Aila dan Chelasea.
"Kenapa sih, Queen?" tanya Abil memastikan.
"Kita capek-capek kerja, lo berdua enak duduk-duduk kaya gini!"
Chelsea berdiri dari duduknya kemudian membalas tatapan Queen tak kalah tajam.
"Kita kesini buat ngerjain tugas sekolah bukan jadi babu! Ngapain kita nyuci sayuran, motong bawang dan lain sebagainya!" kesal Chelsea. "Lagian kita udah dapet wawancaranya, nggak perlu sampai kaya gini!"
"Lo pikir dong pakai otak pinter lo itu, teori tanpa praktek itu sama aja bohong!"
"Ya daripada nggak pakai otak!"
"Bilang apa lo barusan!"
Abil yang berada disamping Queen berusaha menahan tangan gadis itu begitu pula dengan Aila yang berusaha menahan Chelsea. Kondisi kantin mendadak riuh, para laki-laki yang tadinya berada diluar kantin bergegas masuk ke dalam karena keributan tersebut.
"Woy-woy, ada apaan nih?" bingung Justin sembari menghalangi Queen yang berniat memukul Chelsea.
"Girls, udah!" lerai Kevin tapi keduanya masih terus adu mulut tanpa henti.
Andre melirik sekilas kearah Ley, gadis itu justru terlihat tak peduli sementara beberapa pengasuh mulai ikut melerai.
"Gimana nih?" tanya Hendry bingung, sementara Bian sudah berlari menarik Abil agar menjauh dari keduanya.
Andre berjalan mendekat kearah Ley membuat gadis itu menatap ke arahnya.
"Lo percaya sama gue?" tanya Andre sembari menatap Ley, gadis itu hanya mengerutkan keningnya bingung.
Andre kembali berusaha meyakinkan Ley,
"Percaya kan sama gue?" ulangnya lagi, Ley mengagguk karena memang tak tau apa yang akan Andre lakukan.Andre berbalik kemudian memisahkan Queen dan Chelsea, tatapan laki-laki itu menajam kearah Kevin yang juga masih berusaha melerai kedua gadis itu.
"Kita pisah kelompok aja," ucap Andre dingin, tentu saja hal itu membuat yang lain terkejut termasuk Ley. "Nggak ada untungnya kalo kita tetep saling serang, lagian kita emang nggak kompak.
"Lo yakin?" tanya Kevin dengan nada seolah meremehkan.
"Iya, kita gabung sama anak Bahasa. Kalian buat kelompok kalian sendiri, dari awal kalian sempet mikir gitu kan?"
"Kita lanjutin aja, Ndre. Udah setengah jalan juga," ucap Aila berusaha membujuk Andre, walau bagaimana pun ia harus tetap bersama laki-laki itu.
"Nggak usah, lagian juga kalian nggak ngapa-ngapain."
"Kita kan udah dapet wawancara-"
"Kita juga bisa kalo cuma wawancara," ucap Ley memotong perkataan Aila. "Lo simpen aja wawancara lo sendiri."
Ucapan Ley benar-benar membuat Aila terdiam sementara Andre diam-diam tersenyum. Sebenarnya ia tak tau mengenai laporan ataupun wawancara, aa hanya tak mau Ley jadi sasaran pukulan Chelsea atau Aila. Ia hanya berusaha melindungi Ley, ia tak peduli dengan nilainya yang memang sudah hancur sejak awal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Are You? ✔️
Teen Fiction(Follow sebelum membaca) ***** Kehidupan Ley yang penuh dengan bayang-bayang kematian kedua orang tuanya membuat gadis itu tumbuh menjadi sosok misterius penuh rahasia. Hingga suatu hari pertemuannya dengan laki-laki tampan pembuat onar bernama An...