Part 24

131 46 1
                                    

Selamat membaca....

Andre berdiri di samping motornya, tepatnya di tempat parkir lapangan basket yang dia kunjungi. Ia punya kebiasaan buruk saat marah, salah satunya mencari pelampiasan. Karena hal itu pula Andre akan memilih pergi meninggalkan teman-temannya saat mulai emosi, ia takut salah sasaran.

Laki-laki itu bersandar di motornya, tangan kanannya sibuk menggulir layar benda pipih miliknya. Sekedar melihat postingane teman-temannya, bukan hal penting memang. Hanya saja terkadang hal itu sedikit meredakan emosinya.

"Mana temen-temen lo?"

Andre menoleh, mendapati orang yang menjadi pemicu amarahnya saat ini tengah berdiri dengan wajah sombong. Salah satu ekspresi yang sangat Andre benci, apalagi saat ia melihat wajah itu di pemakaman Rico. Rasanya Andre sudah sangat muak dengan laki-laki bernama Dewa itu.

"Gue heran sama lo, lo nggak pernah ngerasa bersalah sedikitpun?" tanya Andre memastikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue heran sama lo, lo nggak pernah ngerasa bersalah sedikitpun?" tanya Andre memastikan.

Sebenci apapun ia pada Dewa, ada satu hal yang membuatnya berpikir mungkin Dewa tak bersalah. Baginya dulu Dwqa sama berharganya dengan Rico, begitu pula teman-temannya yang lain. Hanya saja semenjak kejadian itu Dewa yang ia lihat saat ini, bukanlah orang yang dulu selalu ada di dekatnya.

"Lo sendiri juga nggak pernah berubah dari dulu, selalu lemah sama mereka," sindir Dewa.

"Gue peduli sama temen-temen gue, nggak kaya lo. Ninggalan temen demi kedudukan yang tinggi di geng lain."

"Bangsat!"

Detik berikutnya sekelompok siswa SMA Angkasa keluar dan mengepungnya. Sementara Andre tak sempat masuk ke dalam memanggil teman-temannya atau melakukan hal lain. Mau tak mau ia harus menghadapinya sendiri.

Hampir 10 menit berlalu, sebagian teman Dewa sudah pergi sementara Dewa sendiri sudah lari entah sejak kapan Andre sendiri tak menyadari. Laki-laki itu terduduk lemas, sekuat apapun dirinya melawan hampir 30 orang jelas sangat sulit. Apalagi ia hanya menggunakan tangan kosong sementara lawannya membawa benda tajam dan berkelompok.

Tak ada yang bisa Andre lakukan selain memejamkan matanya dan berharap ada orang yang melihatnya. Dan benar saja tak lama Andre mendengar suara Hendry dan yang lain keluar dari tempatnya latihan tadi. Ia yakin sebodoh-bodohnya Hendry dan Bobby, masih ada Bian dan Kevan yang otaknya bisa dipakai.

Dua laki-laki itu pasti menyadari keberadaannya, meskipun Andre tak berteriak atau meminta tolong.

"Ini kenapa banyak balok kayu, coba? Habis ada renovasi atau angin topan?" heran Hendry melihat kondisi tempat parkir yang berantakan.

"Anjir!! Bangsat!!! Motor mahal gue kebaret dong!!" heboh Justin sembari mengusap-usah motor merah miliknya.

"Motor gue juga, Anjing!" umpat Ricky.

Who Are You? ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang