Part 30

135 41 0
                                    

Selamat membaca....

Kabar mengenai hubungan Ley dan Andre sudah menyebar ke seluruh sudut SMA Nusantara. Dari mulai para siswanya, gurunya, bahkan penjual makanan di kantin pun tau beritanya. Tapi orang yang sedang menjadi topik pembicaraan terlihat tak terganggu dengan semua itu.

Andre Adrian Pratama, laki-laki itu kini sedang duduk di deretan bangku kantin bersama teman-temannya. Bolos bukan hal baru untuk mereka, tapi raut bahagia Andre jelas hal baru bagi mereka. Laki-laki yang nyaris tak pernah tersenyum dan selalu dingin itu tiba-tiba menjadi sangat hangat dan berbeda dengan Andre yang mereka kenal.

Buktinya saja kebiasaan mentraktir makanan di kantin adalah bagian Justin. Tapi hari ini dengan sukarela Andre yang membayar semuanya. Padahal bertahun-tahun mereka mengenal Andre, tak pernah sekalipun laki-laki itu mengeluarkan uang jika ada Justin.

"Ndre," panggil Justin, laki-laki itu menatap curiga ke arah Andre. "Ini bukan duit hasil ngutil di kamar gue kan?"

Andre melirik sekilas ke arah Justin kemudian tersenyum tipis lalu kembali menatap handphone-nya.

"Kalo ngutil di rumah lo ngapain cuma duit, ambil aja semua. Lebih untung," sahut Andre santai.

"Kan? Nggak beres nih anak, habis jadian sama Ley," ucap Justin.

"Udahan kali, Ndre. Malah jadi horor lihat lo kaya gitu," celetuk Hendry.

Andre menatap Hendry masih dengan senyumnya.

"Gue bersyukur ketemu sama Ley, itu aja sih."

"Aroma bucin sekarang makin kuat disini, kayanya kita harus buru-buru pindah," celetuk Ricky.

"Berarti lo aja, kita yang udah ada pawangnya mah santai," ucap Justin.

Ricky melirik malas kearah Justin, laki-laki itu tak berniat meladeni ucapan Justin. Tapi sebaliknya ia menatap Kevan dan Hendry yang sekarang duduk berjauhan.

"Btw, habis Andre siapa lagi yang bakal nyusul," sindirnya kemudian sengaja menyenggol lengan Hendry.

"Ah! Diem napa! Orang mau makan juga!" marah Hendry yang memang kebetulan sedang memasukkan gorengan kedalam mulutnya.

"Kalo nggak Kevan, ya Hendry," gumam Rendy pelan tapi masih jelas terdengar oleh yang lain.

"Nanti salah satunya kaya Bobby nih," cibir Justin melirik Bobby.

Bian yang tadinya sedang dalam mode kalem dan tak ingin ikut merusuh akhirnya terpancing. Laki-laki itu melirik tajam ke arah Justin, memberi kode bahwa ia tak menyukai candaan mereka saat ini.

"Ngomong, Ian. Jangan lirik-lirik kaya limbad. Gue nggak paham," ledek Justin.

"Gue ke kelas duluan," pamit Kevan.

Laki-laki itu bangun dari duduknya kemudian berlalu meninggalkan yang lain.

"Ngambek tuh, tanggung jawab!" tuduh Bobby ke arah Ricky.

"Kevan mah ngambeknya nggak lama," sahut Ricky.

Andre hanya geleng-geleng, ia tak mau bergabung dengan pembicaraan teman-temannya. Laki-laki itu memilih berdiri dari duduknya.

"Lo mau kemana sekarang?" tuding Hendry mendapati pergerakan Andre.

"Ketemu Ley, lo mau ikut?" sahut ya santai.

"Lah? Kan belum istirahat?" heran Bobby.

"Jam kosong."

Andre melengos meninggalkan teman-temannya yang masih terdiam di tempat.

Who Are You? ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang